Tuesday, August 16, 2005

sekolah dasar membuang sampah

Bekerja di kampus dan tiap hari bertemu dengan mahasiswa-mahasiswi tidak membuatku lantas berpikir seperti layaknya mereka. Kadang-kadang aku tidak mengerti jalan pikiran mereka. Tapi kemudian aku ragu karena mungkin saja aku punya jalan pikiran yang sama dengan mereka saat aku kuliah dulu.

Istirahat siang ini, aku dan teman sekantor makan siang di kantin lama gedung Petra. Pengen nyoto. Kantin cukup penuh karena ya ini jam makan siang. Kami duduk bersama-sama dengan para mahasiswi yang secara performa punya penampilan mirip dan sedang ngobrol ngalor ngidul, sapa sana sapa sini, mulut tak henti-henti mengecap makanan dan mengomentari segala sesuatu bergantian. Sampai aku sempat bingung mereka mengomentari makanan atau mencecap orang-orang di sekitarnya. Tahu maksudku dengan performa sama kan? Maksudku sebenarnya sebagian besar mahasiswi di Petra punya penampilan yang sama. Rambut panjang direbonding lancip-lancip dan lurus abis, agak disembur warna-warna favorit, pakaian ketat membungkus tubuh, celana hipster yang kalau dipakai untuk berdiri oke-oke aja tapi jangan coba-coba untuk duduk, karena celana hipster dapat memperlihatkan bagian dalam-mu yang sebenarnya tabu buat dipelototin makhluk-makhluk berlainan jenis.

Salah satu teman dari makhluk-makhluk sesama jenis yang mirip itu datang belakangan dan duduk serong di hadapanku dan temanku. Rupanya dia baru saja menikmati es krim yang mungkin saja ia beli karena hawa Surabaya begini panas. Yang aku tidak suka adalah, ia meletakkan bekas plastik es krim beserta stick-nya di atas meja begitu saja. Untung teman-temannya bilang kalau di meja itu ada orang yang akan menempatinya jadi mohon jangan dibuang disitu. Kalimat lainnya adalah, lu boleh taruh disitu asal nggak ada orang yang bakal pake tuh meja. Aku cuma menggeleng-gelengkan kepala. Dan kau tahu, kemana dia buang plastik dan stick bekas diemut-emut itu? Yap, ke lantai. Nggak ada rasa jijik. Nggak ada rasa bersalah. Percuma dia punya kulit mulus bak pualam, wajah cantik nan ayu, baju tren terbaru, rambut kinclong abis creambath, tapi nggak ada kesadaran untuk hal sepele macam itu. Dan aku berpikir, pantas saja negara ini tak pernah maju, wong buang sampah ke tempat yang disediain aja nggak bisa, gimana mau maju coba? Apa harus ada orang yang berinisiatif membuka sekolah bertajuk "Sekolah Dasar Membuang Sampah"?

Kau berminat? Mungkin kita bisa invest bersama-sama dan mulai hunting guru-guru berkompeten untuk mengajari masyarakat kita cara membuang sampah yang baik dan benar?


-jc-
Tuesday, 16 August 2005
after lunch

0 komentar ajah: