Thursday, August 11, 2005

stitch mendesah

Stitch mendesah. Kenapa? Karena Stitch sibuk. Stitch berpikir. Stitch sibuk. Stitch bekerja. Stitch sibuk lagi. Dan itu berputar terus menerus. Seperti tak habis-habisnya. Dan jangan lupa, Stitch adalah Jessie.

Hari pementasan tinggal enam belas hari lagi. Jujur saja, aku suka pementasan. Aku suka jadi orang lain diatas pentas karena di atas pentas aku bisa melakukan hal-hal yang mungkin tak bisa aku lakukan dalam situasi normal. Dan karena aku suka, kalau bukan masalah yang benar-benar mendesak, aku tidak mau terlambat dan absen dalam latihan.

Beberapa minggu yang lalu, aku merasa aku berjalan sendiri dalam persiapan pementasan ini. Semua hanya mau main tapi nggak ada yang mau nyiapin tetek bengek lainnya untuk latihan dan teknis pra pementasan. Aku memang datang terlambat. Papa mamaku datang dan mau tak mau aku harus menemani mereka dulu sebelum ijin untuk hadir latihan. Ketika aku datang dengan asumsi bahwa aku sudah terlambat, aku salah berasumsi. Mereka belum latihan. Mereka santai. Dan mereka tidak menyiapkan apapun untuk latihan seperti mengambil kunci ruangan untuk latihan, tape dan perlengkapan lainnya. Mereka menungguku menyiapkan itu semua? Aku marah dan menangis. Dua hal yang kubenci tapi jarang bisa kuhindari karena kalau sudah marah, aku pasti menangis. Mudah kan membuat aku menangis? Waktu itu, kupikir tak ada seorang pun yang peduli. Tapi Tuhan mengirimkan seseorang yang menunjukkan kalau ia peduli meskipun sebenarnya aku hanya mengatakan aku marah pada dua teman terdekatku saja. Dan aku tahu, Tuhan tidak pernah membiarkan aku berjalan sendirian. You'll never walk alone.

Hari-hari berikutnya kujalani dengan sukacita. Stitch tak lagi mengomel. Stitch tak lagi merasa sendiri. Dan Stitch tak lagi mendesah, kecuali kalau dia mengantuk. Hari ini, Stitch membaca pengkhotbah 2:1-11. Tentang keluhan Salomo. Bahwa meskipun kita melakukan segala sesuatu dengan suka cita dan rasa senang dari dalam hati tapi kalau tidak untuk Tuhan, itu semua sia-sia. Stitch tertohok. Kemudian memeriksa dirinya sendiri. Meja kantor pojok jadi tempatnya untuk memohon ampun kalau selama beberapa waktu Stitch mungkin melakukan persiapan pementasan untuk kesenangannya sendiri.


Thursday, 11 August 2005
-jc-

"What you are is God's gift to you, but what you become is your gift to Him."

0 komentar ajah: