Wednesday, September 07, 2005

pilihanku

Aku ingin sedikit membuat rekapitulasi disini. Yah… setelah banyak kejadian dan peristiwa yang menimpaku selama dua minggu ini, kupikir tak ada salahnya aku sedikit mengenang setiap detil dari peristiwa-peristiwa tersebut. Dan tentu aku takkan melupakan pelajaran yang aku dapatkan.

Banyak emosi bergejolak selama dua minggu ini. Semangat. Ketegangan. Kekhawatiran. Kejengkelan. Kebahagiaan. Kepuasan. Pertengkaran. Kemarahan. Kekecewaan. Tidak peduli. Keceriaan. Keprihatinan. Bumbu-bumbu semacam itulah yang mewarnai hari-hariku. Dimulai dari persiapan pementasan drama sampai masa setelah Youth Camp.

Aku bertengkar dengan seseorang yang mana sudah kuanggap sebagai sosok dewasa yang sering menasihatiku berkaitan dengan masalah spiritual. Dan aku kecewa karena dia hanya bisa menasihati, tapi tidak bisa menerapkan semua yang ia keluarkan dari mulutnya itu kepada dirinya sendiri. Aku sungguh kecewa. Hanya saja, tentu aku masih menganggap dia sebagai sahabatku. Dia protes, mengapa tak ada seorangpun yang mau mengerti dia. Fren…, bagaimana mungkin kau harapkan kami mengerti dirimu kalau kau tak pernah bercerita masalah-masalahmu. Memangnya kau pikir kami ini ahli nujum?? Dia bilang, kami mengganggu kehidupannya dan yah… katakanlah, cintanya. Bagaimana mungkin? Kami bahkan tidak tahu dengan pasti kehidupan cintamu yang sebenarnya. Tolonglah. Jangan karena kau seorang yang sentimentil, kau harapkan kami semua berubah jadi makhluk sentimentil juga.

Kadang-kadang aku memang tidak mengerti jalan pikiran orang-orang yang diberi kadar sensitivitas lebih tinggi dari kebanyakan orang-orang seperti aku. Maksudku, mereka terlihat selalu dikelilingi masalah. Di lain waktu, mereka bisa menjadi orang yang sangat menyenangkan, terlihat peduli dan selalu ada disaat dibutuhkan. Dan setelah kupikir-pikir, akhirnya aku tahu, Tuhan ingin aku mempelajari sesuatu lagi. Inilah yang kudapatkan.

Hidup ini adalah sebuah pilihan. Ada banyak hal yang terjadi di sekitar kita yang mempengaruhi kita dan di luar kontrol kita. Dan tentu saja, yang di luar kontrol kita itulah yang tidak dapat diubah. Tapi, Tuhan memang maha adil, diberikanNya pada kita pilihan-pilihan yang mana kita betul-betul dibebaskan untuk memilih. Kadangkala aku memilih yang salah, tapi aku sadar semakin lama, semakin aku merasa Tuhan membimbing aku mengambil pilihan yang tepat ketika aku diperhadapkan dengan banyak pilihan. Bahwa ketika aku mendapat masalah, akulah yang berkuasa mengambil keputusan apakah aku akan menanggapi masalah itu dengan pikiran positif atau negatif.

Pertengkaran minggu lalu sangat membuatku tak nyaman. Apalagi kalau orang yang bertengkar denganmu tidak memberikan respon yang positif terhadap apa yang sudah kau coba lakukan terhadap dirinya. Kau akan semakin merasa tak nyaman ketika kau lihat gerak-gerik dan ekspresi wajahnya menunjukkan seolah-olah esok matahari tak bersinar lagi. Is it the end of the world, Fren? Hidup ini sudah cukup melelahkan tanpa perlu kita memikirkan hal-hal yang aneh yang membuat hidup ini jadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Aku bisa saja memilih untuk bersikap sama dengan dirinya. Tapi aku tidak mau. Aku tidak mau aku kehilangan momen camp ini bersama teman-teman lainnya hanya karena satu orang bersikap tak menyenangkan padaku. Aku ingin punya kenangan manis di camp ini dan takkan kubiarkan satu orang pun merusaknya, termasuk dia, sahabat sentimentil-ku yang satu itu. Dan disitulah perbedaan berbicara. Bahwa ketika kau memilih untuk bersikap positif, segala sesuatunya jadi lebih indah. Kau jadi lebih bisa menikmati hidupmu.

Amsal 15:13 bilang Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat. Ketika aku sedih, aku marah, aku bete, wajahku pun dengan jujur akan memperlihatkan semua yang aku rasakan. Dan kau tahu? Orang-orang yang ada di sekitarku akan melihat seorang cewek manis yang tak lagi manis karena begitu murung dan membuat mereka juga jadi merasa tak enak. Dan aku tahu, aku hidup tidak sendirian. Aku tahu banyak orang membutuhkan senyumku, tawaku, candaku. Dan untuk itulah aku hidup di dunia ini. Bukannya aku tidak boleh sedih, tidak boleh capek, tidak boleh bete, tapi kupikir menghadapi masalah tidak perlu dengan air muka cemberut, hati yang sumpek dan omelan serta keluhan tiada henti.

Inilah pilihanku. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan coba menghadapi segala sesuatu dengan kepala dingin, hati yang gembira dan juga semangat. Meskipun terlihat sulit, tapi aku ingin mencoba, karena untuk itulah aku hidup. Ketika aku dbiarkan dihadapkan pada suatu masalah, aku tahu aku akan berhasil melewatinya. Cepat atau lambat.


Tuesday, 6 September 2005
11.42 pm

Don’t frown, because you never know who’s falling in love with your smile!

0 komentar ajah: