Saturday, October 15, 2005

attempting to transform...

Siapakah saja diantara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
- Matius 6:27 –

Khawatir. Khawatir. Khawatir. Well, aku nggak ngerti kenapa beberapa akhir belakangan ini aku selalu ditegur tentang kekhawatiran. Sampai aku bertanya pada Yang Di Atas, Tuhan apa aku ini selalu khawatir. Bikin orang khawatir iya, tapi khawatir? Mungkin salah satu motto hidupku adalah: kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Jadi, sementara orang-orang disekelilingku sudah mulai khawatir besok bakal ngapain, besok jadinya gimana, minggu depan musti makan apa, dsb, dsb, aku masih memikirkan tentang hari ini.
I’m not a good planner however. Yeah, that’s true, in fact I’m not a planner. And people around me have been frustrated of me about that matter.

Jujur saja, ketika aku menoleh ke belakang, hampir setahun yang lalu, saat kami berdua, aku dan San merencanakan untuk menikah, aku sama sekali tak yakin apakah kami bisa punya uang sebanyak itu untuk sebuah pesta pernikahan. Sebenarnya aku sama sekali tidak terlalu suka pesta. Aku hanya ingin pesta kecil sederhana yang hanya dihadiri keluarga dekat dan sahabat-sahabat. Kenyataannya tidak sesederhana itu. Apalagi aku bermimpi membuat pesta yang unik, yang berbeda dari biasanya. Butuh konsep yang matang, butuh uang yang tidak sedikit (kalau tidak bisa dikatakan banyak), butuh rencana!! Aku tahu aku sudah khawatir, padahal sejelas aku melihat tanganku, sejelas itulah Tuhan pelihara aku sampai aku bisa jadi seperti sekarang ini. Dan mengapa aku harus khawatir?

Wahai saudara-saudara dan teman-temanku yang terkasih, jessie memang terbiasa dianggap anak kecil, adek kecil, bukan seorang yang dewasa, yang selalu merepotkan. Maafkan daku. Kadang-kadang aku menikmati saat-saat aku dianggap anak kecil, adek kecil dan bukan orang dewasa, tapi ketahuilah, aku menyadari waktuku untuk menikmati itu sudah hampir habis. Aku sendiri berusaha setengah mati supaya bisa dianggap dewasa. Aku berusaha setengah mati supaya tidak sakit hati dan berpikir negatif ketika seseorang mengatakan padaku bahwa aku dan San memiliki kesamaan yaitu kami berdua adalah orang-orang yang spontan dan tidak punya rencana kedepan seperti apa. Bahwa tidak terlihat dari kami berdua siapa menuntun siapa. Membuatku berpikir beratus-ratus kali apakah itu sinonim dari kalimat bahwa kami ini pasangan yang tak punya masa depan?

Apa hubungannya dengan kekhawatiran yang kusebutkan diatas? Tentu saja ada! Justru tatkala aku berpikir positif bahwa Tuhan pelihara dan aku tak perlu khawatir, orang-orang disekitarku-lah yang mengkhawatirkan aku. Tidak jelas apakah itu karena kepedulian mereka terhadap aku dan San, atau karena mereka sudah frustasi terhadap aku atau kami berdua. Yeah, saat ini aku sedang belajar menjadi perencana yang baik. Pada kenyataannya, menjadi dewasa tidak semudah yang dikira. Butuh transformasi total seperti ulat menjadi kupu-kupu atau kecebong mungil menjadi kodok bermata besar.

Jessie yang pelupa, jessie yang moody, jessie yang cerewet, jessie yang manja, jessie yang sudah membuat khawatir orang sekampung apakah dia punya masa depan atau tidak akan bermetamorfosis menjadi wanita dewasa??? Tidakkkk…!!!! Itu yang bikin khawatir!!! Itu yang bikin orang ragu, apakah dia berhasil atau tidak melalui metamorfosis itu. Akan sangat menyakitkan, kau tahu itu? Dan jessie harus siap-siap menerima tomat busuk dari penonton.

Aku hanya ingin berpikir sederhana. Aku tidak menyangkal kalau aku pernah khawatir akan masa depanku, tapi aku tahu aku bisa. Aku tahu aku bisa bermetamorfosis. Dan kalau aku tidak khawatir, mengapa kau harus?


Saturday, 15 October 2005
04:30 pm

dedicated to… Sister EIO, IIA and Brother S, SAA

0 komentar ajah: