Thursday, October 13, 2005

dan topeng itu retaklah

Sudah lama sekali tidak menulis sesuatu. Sekalinya aku harus menulis, ternyata aku harus menulis di saat topengku retak.

Banyak hal terjadi. Dan meskipun kadang-kadang membuat sakit hati ini, aku merasa aku harus berakting menjadi seseorang yang seolah-olah tak pernah punya masalah. Aku tak tahu. Bolehlah kali ini kau anggap aku munafik. Karena sekali aku diam, sekali aku merasa aku punya masalah dan kuperlihatkan pada orang lain, aku dianggap orang yang sangat moody dan selalu bermasalah. Thanks.

Aku tak menyangka dosaku sebesar itu. Dulu seseorang yang pernah kupercaya mengatakan aku orang yang suka omong, pamer, dan bangga akan diri sendiri. Oke. Mungkin ada benarnya. Dan aku juga tidak suka itu. Seiring berjalannya waktu, aku mulai menekan perasaan itu. Menahan lidah yang kadang-kadang mau seenaknya sendiri bergerak. Mengunci rapat-rapat mulut yang siap membuka untuk membanggakan diri sendiri. Itu semua jadi tersimpan rapi. Aku merasa, aku cukup berhasil menekannya.

Sekarang masalahnya lain lagi. Jessie memang orang bermasalah. Selalu saja ia dikelilingi masalah. Seolah-olah tak pernah dibiarkannya tenang dan nyaman barang sejenak. Aku benci. Aku benci diriku sendiri. Barusan ada yang bilang aku terlalu mengagung-agungkan keempat temperamen yang terkenal itu. Yang mana saat aku memutuskan untuk berhenti mengkotak-kotakkan diriku dan orang lain ke dalam empat temperamen itu, aku justru terjerumus di dalamnya. Dan mengapa aku yang harus merasa dibenci? Mengapa bukan orang-orang di sekitarku yang selalu mendengung-dengungkan itu di telingaku dan menyeretku untuk turut memakai empat temperamen tersebut dalam segala situasi yang dibenci? Aku tak menyangka dosaku sebesar itu. Kemana aku harus meminta ampun? Aku yang ternyata menurut sebagian orang tidak mempunyai sisi baik. Orang yang membingungkan. Orang yang tak punya pendirian. Orang yang tidak tahu harus kemana. Orang yang tidak mempunyai planning dalam hidupnya. Well, orang yang nggak punya sisi baik sama sekali. Oh, bisa kubayangkan bagaimana masa depanku. Jessie, manusia yang tak punya masa depan.

Oke! Aku jujur. Aku sakit hati. Dan aku benci. Sungguh. Ijinkanlah aku kali ini, Tuhan. Kali ini saja. Untuk tidak berpura-pura bahwa aku tak ada masalah. Untuk benci pada orang lain - orang lain yang mungkin kuanggap sebagai kakakku sendiri, yang kujadikan contoh dalam beberapa hal, yang terlalu sempurna untuk dicacat. Untuk benci pada diri sendiri karena cuma bisa ngomong dan menulis tapi sulit memerintah otak ini untuk melakukan yang diomongkan dan dituliskan.

Aku benar-benar merasa sendiri. Sakit. Dan tempatku hanya di pojok, menutupi luka dengan tangis. Tak seorangpun tahu. Tidak mereka. Tidak dia. Apalagi kau.


Wednesday, 12 October 2005
11:18 pm

… tak adakah orang disana? Ayo…! Mumpung aku masih memperlihatkan wajah asliku – sesuatu yang jarang terjadi.

0 komentar ajah: