Friday, October 28, 2005

jalan laki-laki dan perempuan

Well, buat teman-teman cewekku yang masih jomblo, biarlah kali ini aku yang mengumbar iri melihat kalian. Karena kalian tidak perlu memusingkan makhluk yang bernama pria dengan segala keunikan dan keanehan mereka yang membuat kita benci sekaligus cinta. Terlebih lagi, kalian juga tidak perlu lebih pusing lagi karena kalian tetap mempertahankan pria itu meskipun mereka membuat kalian tidak bisa tidur berhari-hari, jengkel sepanjang hari, marah-marah bahkan ketika mereka baru mengucapkan satu patah kata saja dan protes ketika mereka tidak punya cukup waktu untuk kalian. Dan kalian jadi sama anehnya dengan mereka.

Satu yang ingin kutandaskan disini, aku menulis sekarang ini bukan sebagai cewek materialistis yang melihat segala sesuatu hanya dari satu dimensi saja, yaitu uang dan sejenisnya. Berubahnya harga BBM diikuti oleh naiknya harga barang-barang yang dibutuhkan membuat aku berpikir. Kepala kantorku pernah berkata, keadaan seperti ini membawa dampak psikologis bagi keluarga dan pasangan suami istri. Istri akan mengeluh dan marah-marah karena uang yang disediakan sang suami tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dan karena keluhan istrinya itu, suaminya berinisiatif untuk mencari kerja tambahan yang tentu saja merampas sisa waktu yang dimiliki suami untuk keluarga. Si suami akan pulang kerja malam-malam dalam keadaan capek dan tidak menyenangkan untuk diajak mengobrol dan sekedar bertukar pikiran. Kalau itu terjadi, si istri akan kembali mengeluh dan marah-marah karena suaminya sudah tidak punya cukup waktu untuknya dan keluarganya. Kemudian itu semua menjadi lingkaran setan yang terus merongrong, membuat semakin terperosok dan kalau sudah terlalu dalam akan sulit menarik diri keluar dari lingkaran itu. Dan mengapa aku harus berpikir sejauh itu? Aku, yang belum resmi menjadi seorang istri.

Baiklah, ini daerah teritorialku menyingkirkan topeng. Kau akan melihat aku yang sejujurnya disini. Jessie tanpa topeng. Karena itulah aku takkan ragu-ragu menceritakan apa yang kurasakan disini. Well, ketika aku merencanakan untuk menikah, aku sama sekali tidak menyangka memerlukan uang sebanyak itu. Maksudku, kenapa sih harus merepotkan diri sendiri untuk menyewa gaun pengantin seberat dan semahal itu? Menyewa orang untuk melukis wajahmu yang akan membuat wajahmu terasa lebih tebal berlapis-lapis? Membuat tuxedo semahal itu padahal dipakai hanya untuk sehari? Memesan makanan sebanyak itu untuk menjamu sebagian tamu yang belum tentu kau kenal dengan baik? Membayar orang untuk mendekorasi gedung yang kau sewa dan pusing mencari-cari dekor macam apa yang harus dipasang supaya tamu-tamu berdecak kagum? Itu semua membutuhkan biaya besar, aku sadar itu. Dan kalau bisa, aku ingin lari dari itu semua. Menurutku, pernikahan lebih dari sekedar pesta. Lebih dari sekedar mengeluarkan uang sebanyak itu. Dan kau tahu? Demi melaksanakan suatu rangkaian acara yang durasinya tidak lebih dari dua puluh empat jam, diperlukan berlembar-lembar rupiah, berliter-liter keringat dan air mata, dan berjuta-juta pasir waktu yang ada yang mestinya bisa dipakai untuk berbincang-bincang santai, saling mencurahkan hati jadi lebur ditengah kesibukan-kesibukan yang dipaksa.

Aku merasakannya. Itu betul. Dalam beberapa bulan ini, San sulit dijangkau. Emailnya jarang muncul di inbox-ku. SMS-nya apalagi. Ia sendiri juga jarang hadir di area messenger. Dan kalau aku tidak meminta, mungkin dia tidak akan meneleponku sama sekali. Kalau aku mengirim email padanya, aku harus menunggu berhari-hari untuk mendapat balasan atau respon darinya. Kalau aku mengirim SMS, aku juga harus menunggu berjam-jam atau berhari-hari mendapat balasan. Bahkan mungkin aku harus menggigit jari karena tidak ada tanggapan sama sekali. Ketika dia muncul di area messenger itu pun, aku harus menerima untuk diduakan karena kalau sampai ia muncul di area itu, berarti ada satu atau dua tugas kuliahnya yang harus dikerjakan dan memerlukan komputer lab kampusnya. Dan diduakan sama sekali tak enak. Kau mengoceh panjang lebar dan tak ada tanggapan seolah-olah yang hadir disana itu hantunya yang sedang menggodamu. Berkali-kali harus mengetik: “u there?” atau “kamu masih disitu?” atau “halooo???” hanya untuk memastikan dia benar-benar masih ada. Menjengkelkan. Kadang-kadang. Kemudian sering. Aku tahu ia sibuk. Ia kerja. Banting tulang. Demi mengumpulkan dolar untuk ditukarkan dengan rupiah, untuk satu acara yang akan berlangsung kurang dari dua puluh empat jam. Kadang-kadang aku berpikir, lebih baik tidak usah pesta sama sekali, daripada aku harus kehilangan dia berbulan-bulan. Sungguh. Aku merasakan lingkaran setan itu. Yang menelanku tanpa ampun dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan kata-kata cinta dan kangen sudah tidak mempan membakar apa yang ada di hati ini. Seperti pemantik yang kehabisan gas.

Jadi kalian tahu kan mengapa kali ini aku yang berkata iri pada kalian, para high quality jomblo? Hubungan pria dan wanita itu rumit. Dan jauh di luar pikiran kalian. Aku menganggap San itu aneh dan menjengkelkan. Kemudian aku sadar, aku juga jadi aneh dan menjengkelkan. Yang membuat San lebih aneh dan lebih menjengkelkan. Terus menerus, seperti cincin yang tidak ada ujung pangkalnya. Membuat kecanduan. Dan kalau lama-lama dibiarkan, mungkin kami akan mati lemas.

Thursday, 27 October 2005
11:12 pm

“Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti: jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di tengah-tengah laut, dan jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.”
- Amsal 30 : 18-19 -

0 komentar ajah: