Friday, October 21, 2005

tanpa sahabat

Ok! Aku mengaku! Aku lelah. Aku capek. Aku kesal. Aku marah. Everything sucks. Life sucks. Kenapa? Karena meskipun banyak orang lalu-lalang di sekitarku, aku tetap merasa kesepian. Tak ada seorangpun yang bisa kujadikan pegangan.

Baru sekarang kusadari. Ternyata jessie tidak mempunyai sahabat. Kalau teman, iya. Banyak. Tapi, sahabat? Ok, akan kusebutkan satu-persatu orang yang menurutku cukup dekat denganku namun saat ini mereka seperti hilang dari peredaran.

1. NOO
Nun jauh disana, hiduplah ia. Dengan peluh mencucur dan keringat membanjir. Membunuh waktu dengan bekerja dan belajar. Demi masa depan nan cerah ceria. Habis sudah waktunya untukku. Mungkin ia berpikir aku cukup kuat bertahan hidup tanpa ia. Tak pernah bertanya tentang kabarku. Sekali pesannya muncul di inbox-ku, hanya permintaan dan perintahlah yang ia kirimkan. Statistik namanya muncul di dalam email-ku sebagai pengirim kalah jumlah dengan temanku yang bahkan ketemu pun hanya sekali seumur hidup. Dan bagaimana mungkin aku masih menuntut waktunya?

2. IIA
Peristiwa tak enak yang sudah hadir diantara kami menyebabkan aku selalu urung menceritakan banyak hal padanya. Tidak menceritakan masalah-masalahku pun ia sudah menganggapku anak kecil yang merepotkan, apalagi kalau bercerita setumpuk masalah yang mungkin menurutnya hanya membuang-buang waktu dan energinya saja. Kusadari kini, meski pernah dalam beberapa waktu di kehidupanku, aku menganggap dia kakak kandungku, seseorang yang kukagumi, dan sekarang… wush..! ia bertransformasi menjadi seseorang yang menakutkan, yang mana aku harus berhati-hati sekali bersikap dan berkata-kata, yang mana aku harus memakai topeng berlapis-lapis jika berhadapan dengannya. Kau pikir enak mengenakan topeng berlapis-lapis?

3. AI
Aku bertemu dengannya beberapa waktu yang lalu. Belum selesai aku bercerita, waktu sudah memperingatkan kami. Tak ada waktu. Dua tiga jam tidaklah cukup untuk setumpuk masalah yang ada. Sibuk. Sibuk. Sibuk. Dengan urusan kami sendiri. Waktu bertemu yang sedikit, sekali bertemu mungkin kami tidak bisa duduk berdua karena teman-teman kami yang lain mengalihkan perhatian kami.

4. EIO
Kuharap kalian tak bosan melihat inisial nama ini untuk yang kedua kalinya. Pekerjaan dan keluarga barunya menuntut waktu dan energinya. Dan aku masih harus menuntut sisa waktu yang seharusnya digunakan untuk dirinya sendiri? Jessie tidak seegois itu.

5. SDO
Dekat dengannya dalam beberapa bulan ini. Kuangkat ia seperti kakakku sendiri. Kami hampir mirip dalam beberapa hal. Tapi entah mengapa, begitu hujan masalah menimpaku begitu derasnya, begitu juga ia. Jadilah, aku tak tega menambahi hujan masalah lagi dalam hidupnya. Masalahnya sendiri sudah cukup berat, dan hati ini selalu ragu bercerita, gemetar karena saat ini ia seperti beruang yang siap hibernasi, marah kala diusik, mencakar kala disentuh, menerkam kala diganggu.

Seseorang pernah berkata padaku, jangan pernah memperlihatkan kesedihan, kemarahan dan kejengkelanmu ketika kau sedang berada di tengah-tengah kerumunan orang. Mereka tak suka melihat wajahmu ketika semua perasaan itu tengah bertamu dalam hatimu. Mereka hanya suka melihat senyummu, tawamu, candamu. Sekuat tenaga aku berusaha tersenyum tatkala air mata sudah mengambang di pelupuk. Setengah mati aku berusaha tertawa tatkala hati ini sedang mengembung karena marah. Sebisa mungkin aku berusaha bercanda meskipun tak ada satu joke pun mampir di benakku, dan kemudian joke itu menjadi kering melebur dengan udara.

Ingin kubatalkan semua rencanaku. Ingin kubuang semua yang sudah telanjur kuambil dan sekarang hampir kusesali. Hanya ingin hidup untuk hari ini. Tidak untuk kemarin, apalagi untuk besok. Hanya hari ini.

Friday, 21 October 2005
04:16 pm

Malcolm Forbes bilang: “Kehadiran adalah lebih daripada sekedar berada disana.” Dan aku hanya ingin bilang: “Tak ada yang berada disini, tak ada yang hadir, mereka hanya menuntut topengku yang sebenarnya rapuh.”

0 komentar ajah: