Wednesday, December 12, 2007

sent from california


Having read my post, a friend sent me a message. Turned out, he would like to give some comments but not a short one. It was a brief opinion of his considering what I have written.

This is what he said.
... Menurutku, yup, aku setuju banget dengan berbagai masalah yang harus diatasi oleh rakyat Indonesia dan semua masalah yang kamu sebutkan adalah valid dan aku setuju sekali dengan masalah-masalah yang kamu beberkan di atas. Dan jujur aku juga seringkali sakit hati dengan perlakuan semena-mena seperti diserobot waktu antri, atau rokok di sembarangan, dan kerakusan-kerakusan orang yang gak tahu diri. Sering aku misuh-misuh gara-gara hal itu.
Tapi semakin aku pikir dan sering aku merasa sedih dengan hal-hal semacam ini, masalah sebenarnya adalah jurang yang begitu besar antara kaya dan miskin. Budaya antri untuk orang-orang yang miskin dan kurang pendidikan adalah budaya yang absurd. Karena mereka, notabene, sudah berpuluh tahun “antri” “kuwe” kemerdekaan dan keadilan yang merata yang namun tidak pernah mereka dapatkan. Kekayaan dan sumber-sumber kemakmuran, hidup sejahtera, dan hidup seperti yang disajikan di tayangan sinetron bagi mereka adalah “fairy tale” yang hanya bisa dinikmati yang kaya dan yang berkuasa.
Juga masalah pembelajaran yang tidak pernah habis, namun bagaimana bisa belajar bila perut tidak diisi, dan keadilan tidak pernah terjadi. Korupsi adalah tanda bahwa keadilan itu masih belum terwujud. Aku lihat polisi di US tidak bakal mau korupsi atau disuap, karena gajinya saja sudah sangat besar per tahun bisa mencapai $70.000. Makan sogok, bisa hilang kesejahteraan mereka. Polisi di Indo harus makan suap kalau tidak bagaimana mereka bisa membiayai keluarga mereka dengan gaji yang sangat minim. Juga kalo omong soal supir bis atau bemo yang kejar setoran setiap hari. Di US lagi-lagi gaji supir bis tinggi sekali, jadi ngapain juga ngejar setoran, nggak ngejar makan sudah terjamin empat sehat lima sempurna. Lagi-lagi masalah keadilan.
Terus terang memang pemerintah korup, kroni-kroni, penguasa yang haus darah dan harta adalah yang membuat semua pemerataan, keadilan, dan kemiskinan semakin menjadi-jadi. Aku terus terang sudah muak dengan semua itu. Tapi sekali lagi, janganlah terlalu membandingkan dengan negara barat seperti US atau Ausie. Banyak sekali faktor politik yang kedua negara ini mainkan di negara kita yang juga membuat aku muak. Salah satu professorku berbicara betapa korupnya negara Amrik ini sekarang, dan begitu banyak pemberian untuk negara lain yang harus ada “string attached”-nya. Memberi dengan balasan.
Aku yakin bakal lama sekali membenahi Indonesia, tapi aku yakin masih ada harapan. Aku sampai sekarang tidak pernah berhenti berpikir tentang Indonesia, dan satu sisi dalam hatiku aku masih berharap suatu saat bakal pulang dan ikut dalam perjuangan ini. Siapa tahu???
~ v.a.s. 2007 ~

For me, perhaps it's quite difficult for me to admit that I do love my homecountry, Indonesia. Yet, on the other hand I quite agree with my friend that one day, it's just getting better. The people, the government, the system.... However, I would like to admit one thing for sure. It might have been the people who make this country sucked, but I do not want to be one of those people. A better environment started with one person followed by the others. Let us be the first one!

Wednesday, 12 December 2007
11:53 am

To my brothie: C.A.P
Many happy returns!! God bless you to be a better man, son, brother, friend and servant.

1 komentar ajah:

Ika Devita Susanti said...

wew... pembahasan yang sangat berbobot. Seandainya saja lima puluh persen dari seluruh penduduk Indonesia mengetahui fakta ini,dan kemudian be the first one, mungkin akan ada secercah harapan bagi kita untuk segera berubah. (ambigu.com)

I wanna be the first!! wait... if everyone wanna be the first, then who'll be the second....the third...the fourth....??!!??!!!:D