Thursday, July 10, 2008

balada school of rock

Kemarin malam, saya panik. Apa pasal?

Di kantor saya, lagi ada acara untuk mahasiswa selama liburan. Acaranya berlangsung selama empat hari, dan hari ini adalah hari ketiga. Judul acara itu adalah Rally (Career) Movie. Kalau dilihat dari judulnya pasti sudah bisa tertebak kalau acaranya itu ya NONTON FILM! School of Rock adalah salah satu film yang akan ditonton. Dan film ini akan ditonton hari ini. Total film yang ditonton selama empat hari itu ya empat judul film. Satu hari satu film. Rencana awal saya adalah membeli keempat film itu, sekaligus menjadikannya properti kantor yang bisa ditonton kapan saja. Tapi waktu beli, yang ada cuma dua judul. Sayang sekali, School of Rock nggak termasuk yang ada di toko. Mungkin karena film ini sudah nggak terlalu baru, jadi toko juga malas nyetok. Dasar saya itu suka melakukan sesuatu itu mepet-mepet. Pikir saya, ntar aja kalo sudah dekat harinya akan saya pinjam di rental langganan saya; filmnya udah lama ini masa ada yang pinjam.

Oke.. sampai disini paham ya? Karena habis ini saya akan ceritakan sesuatu yang kelihatannya nggak ada hubungannya sama sekali dengan cerita saya barusan.

Dua hari yang lalu, saya ditelpon teman gereja. Dia meminta (agak maksa juga sih) saya untuk jadi liturgos di kebaktian pemuda minggu ini. Hah? Minggu ini? Iya! Minggu ini! Mereka bukannya tanpa persiapan atau suka ndadak-ndadak kayak saya, tapi karena liturgos yang terjadwal tiba-tiba dikirim kantornya ke luar kota pada hari itu. Meskipun saya agak keberatan *ya iya lah keberatan, persiapannya cuma berapa hari bo??*, saya iyakan juga permintaan mereka. Yang berarti, saya harus secepat kilat berpikir tentang lagu-lagu dan susunan kata-kata yang harus saya ucapkan minggu nanti dihadapan jemaat. Bukan sesuatu yang main-main ini.

Sampai disini masih paham kan? Nggak ada hubungannya? Kayaknya nggak ada... tapi ada!

Kemarin malam, saya latihan untuk kebaktian minggu ini. Sebelum berangkat latihan, saya mampir ke rental langganan saya untuk pinjam School of Rock itu. Sesampainya di rental langganan saya, mbak-nya bilang kalau film itu lagi keluar, ada yang pinjam. Shock-lah saya! Lha, terus besok anak-anak nonton apa kalau film-nya nggak ada? Ya sudahlah, saya keluar sambil menggondol judul film untuk hari terakhir *sebelum keduluan orang*. Was-was juga hati ini, tapi saya pikir di gereja nanti saya kan bakal ketemu anak-anak Ubaya, kali aja ada yang punya atau pinjam di rental langganan mereka yang dekat Ubaya. Di gereja, waktu latihan saya kenalan dengan pengiringnya, seorang cewek, pemain piano yang bisa main sambil merem sementara jari-jarinya bergerak lincah diatas tuts, dan ternyata masih SMA! Tapi waktu jam sudah hampir menunjukkan pukul sembilan malam, saya mulai panik dan berkoar-koar. "Aduh... aku harus cepet pulang ini... aku belom dapet film buat besok...." Sang pianis bertanya: "Film apa ce?" "School of Rock.""Kayaknya aku punya... eh tapi takcari dulu ya.. kayaknya di dus-dus." "Iya deh tolong cariin dong... abis ini aku juga mo ke rental lainnya." Sepulang dari itu, saya ngebut isi bensin terus pergi ke rental yang bukan langganan saya dann... film itu TIDAK ADA. Wah pusing tujuh keliling saya. Tapi parttimer saya dengan kalemnya bilang, kalo memang nggak ada filmnya ya film untuk hari keempat dulu aja diputar, habis perkara. Malam itu juga, saya SMS sang pianis, dan ternyata dia memang PUNYA filmnya. Rumahnya?? DEKET banget!!! Lima menit naek motor juga nyampe.

Setelah DVD School of Rock itu di tangan saya, saya mikir. Kenapa bisa kayak serendipiti begini ya? Seandainya saya nggak mau jadi liturgos dadakan minggu ini, saya nggak akan kenalan dengan sang pianis ini. Dan kalau saya nggak kenalan dengan sang pianis ini, belum tentu saya dapat VCD/DVD School of Rock malam itu. Yang bikin saya geleng-geleng juga, memangnya sang pianis ini waktu dulu beli DVD School of Rock tahu kalau nantinya akan ada yang sangat membutuhkannya seperti saya? Hal se-complicated ini mustahil kalau tidak ada yang mengatur. Siapa? Ya tentu saja Dia yang Di Atas. Yang memperhatikan seluruh aktifitas manusia di muka bumi ini. Yang tahu satu persatu karakter-karakter dan sifat-sifatnya, sehingga bisa mengatur hal-hal serumit meskipun terlihat sepele seperti proses mendapatkan pinjaman DVD School of Rock tadi. Dia yang lebih tahu apa yang akan terjadi di masa depan, yang rancangan-rancanganNya jauh melebihi apa yang kita pikirkan.

Saya tertegun. Kalau hal yang rumit tapi kelihatan sepele ini saja Dia pikirkan, mengapa saya harus khawatir? Mengapa harus takut menghadapi masalah? Dia toh akan selalu ada. Dan Dia mengerti apa yang saya hadapi. Dia cuma ingin saya... PERCAYA. Simple, yet difficult. To do. Tapi saya mau. Kalau bukan Dia, siapa lagi yang harus saya percaya?

Thursday, 10 July 2008
9:38 am

2 komentar ajah:

Michael said...

Aku paham banget dengan situasimu itu aku juga pernah mengalaminya, so selalu ingat dengan janji ini "Datanglah kepada Ku kamu semua yang lelah & merasakan beratnya beban; Aku akan menyegarkan kamu."
Your experience is precious story for us.
Ok, gbu..(^^)/

Anonymous said...

Wah.. saya tidak sendirian hehehe... Betul sekali yang kamu katakan!
Gbu too!