Tuesday, September 23, 2008

sakit nggak sakit


Enggak tahu kenapa akhir-akhir ini kondisi saya drop sekali. Rasa-rasanya baru dua minggu yang lalu saya sakit, minggu ini saya awali pula dengan sakit. Sakitnya pun anak-anak banget: sakit panas. Memang sebenarnya itu bukan penyakit yang sesungguhnya. Panas itu gejala suatu penyakit. Kalau yang lalu panas itu diikuti dengan flu, yang ini radang tenggorokan. Sakitnya bukan main kalau sedang menelan sesuatu.

Dari dulu saya sebenarnya jarang sakit. Sudah umur segini, baru dua kali saya masuk Rumah Sakit *duh.. jangan sering-sering lah ya..*. Yang pertama operasi telinga karena ada benjolan di luar telinga. Yang kedua pada waktu melahirkan. Sakit saya juga biasanya nggak jauh-jauh dari sakit panas yang diikuti dengan flu, pilek, batuk atau radang tenggorokan. Bahkan pada waktu hamil pun saya SEHAT WALAFIAT, thank GOD for that! Mual-mualnya hanya di bulan kedua dan ketiga, itu pun hanya terjadi kalau saya nekad makan nasi, kalau nggak nekad ya nggak mual-mual. Barangkali karena jarang sakit itu, setiap kali sakit, saya tersiksa bukan main. Lebih tersiksa lagi kalau jarak waktu antara sakit yang satu dengan sakit yang lainnya belum ada satu bulan. Tapi memang enak gitu: sakit? Jawabannya: SERING ENGGAK SERING, YA TETAP NGGAK ENAK.

Radang tenggorokan saya kali ini barangkali peringatan dari Yang Di Atas kalau saya sudah kelewatan makan sambal. Saya suka sambal. Bukan sekedar suka. Saya cinta setengah mati dengan sambal. Saya bela-belain bawa cobek plus terasi banyak-banyak waktu dulu berangkat ke Melbourne, Australia, supaya saya tetap bisa bikin sambal terasi disana. Susah sedikit tidak mengapa, yang penting tetap makan sambal. Sambal disana tidak enak. Sudah gitu mahal pula. Cabe rawit sekilo harganya bisa $12-an
*berapa rupiah tuh?*, tapi tetap juga saya beli, meskipun akhirnya beli sedikit-sedikit, supaya tidak terasa mengeluarkan duitnya. Disini, karena harga cabe termasuk murah, saya sering beli. Saya sering bikin sambal. Buat saya, makan siang hanya dengan sambal terasi dan mentimun itu CUKUP adanya. Saya masih bisa menikmati. Mungkin itu sebabnya saya jadi sering sakit, karena makanan yang saya konsumsi tidak sehat. Bah. Di Indonesia, makanan sehat itu mahal. Boro-boro beli makanan organik yang harganya bisa bikin mata melotot, beli untuk sehari-hari saja juga sudah bisa bikin melotot.

Tapi kemudian saya jadi ingat: "
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." ~ Amsal 17:22 ~

Jadi pertanyaan berikutnya: "Apa akhir-akhir ini aku kurang gembira dan tak bersemangat?"

Jawabannya: "
I dunno...."

Tuesday, 23 September 2008
12:01 pm

2 komentar ajah:

dy_nita said...

makanya, seperti saya...BIG NO NO to sambal :D

nurut jess..nurut...nurut sama saya :D

Anonymous said...

Yak apa ya des... namanya cinta... bukankah cinta itu buta? bwahahaaha... ngasal! Iyah iyah.. ini dikurangi kok pedesnya..