Thursday, December 25, 2008

this Christmas



Christmas isn't about the tree
Christmas is neither about expensive presents and splendid party
It isn't even about the fat man called Santa Clause as well!


CHRISTMAS IS ABOUT THE GREATEST GIFT EVER TO THIS WORLD.
THE GIFT IS CALLED: JESUS


Merry Christmas, everybody!!

-jc,win,vinn-

Thursday, 25 December 2008
9:28 am

Wednesday, December 17, 2008

tentang merokok


Buat saya, keputusan untuk merokok dan keputusan untuk kecanduan merokok itu adalah murni hak asasi manusia. Betul. Kecanduan pun juga merupakan satu keputusan. Seperti sekarang, kalau saya kecanduan sambal dan kopi, juga keputusan saya. Bukan karena TELANJUR. Karena itu saya enggak pernah secara langsung berkampanye STOP SMOKING karena dapat mengakibatkan impotensi, dsb, dsb. Memang, pada sebuah banner di blog saya, saya terang-terangan pasang tulisan: KEREN TANPA ROKOK, tapi saya tidak menulis BERHENTI MEROKOK. Saya cuma mengatakan lebih keren kalau enggak merokok. Jadi kalau mau lebih keren ya silahkan berhenti merokok. 

Bicara soal merokok, kampus saya (sekaligus tempat kerja saya) termasuk kampus yang mengilegalkan merokok. Jadi sangat nyaman kalau singgah di kampus saya makan di kantin, karena bebas asap rokok. Saya baru mensyukuri hal itu setelah singgah di kampus tetangga yang masih membebaskan mahasiswanya merokok, jadi pada waktu makan di kantinnya, saya harus rela cuping hidung saya menyerap asap rokok. Dulu waktu kampus saya ini baru-baru saja melarang orang merokok di area kampus, saya enggak termasuk mereka yang pro. Karena seperti yang saya bilang diatas, merokok adalah hak asasi manusia (hak asasi mereka yang mau merusak tubuh sendiri) dan saya menjunjung tinggi hak asasi manusia. Hanya saja, saya suka enggak habis pikir dengan mereka yang merokok. Kalau memang mau merokok, prinsip saya, ya monggo, saya hormati haknya untuk merokok, tapi mbok ya hormati hak saya yang tidak mau menghirup asap rokoknya! Kalau mau rusak badan, ya rusak sendiri, jangan bawa-bawa orang lain! *hosh hosh.. saya mulai emosi lagi* Jadi pada akhirnya, saya nggak suka orang merokok adalah karena kebanyakan mereka tidak menghormati saya! Ngapain saya hormat sama orang yang tidak menghormati saya.

Tapi saya baru sadar bahwa merokok adalah BIG DEAL bagi saya setelah ada satu kejadian. Begini ceritanya.

Karena setiap pagi saya mengantarkan anak saya ke childcare di daerah Tenggilis, mau tidak mau, minimal dua kali saya bolak-balik lewat jalan yang sama. Di suatu pertigaan lampu lalu lintas, karena sedang berhenti, saya sering tengak-tengok, melihat-lihat. Dan sering mata saya tertumbuk dengan sebuah iklan besar, gambarnya sesosok laki-laki muda, salah satu dari tampang-tampang narsis yang mulai berceceran di kota Surabaya karena mereka adalah calon legislatif dapil 1, dapil 2, asal enggak ngupil aja. Saya tertarik dengan iklan itu karena: 1. dia dari partai yang tidak berasaskan agama; 2. dia masih tergolong muda; 3. dia mencantumkan alamat blog-nya di bawah iklan tersebut.

Ketika ingat dan ada waktu longgar, saya iseng membuka blog-nya. Sebagai warga negara yang akan memilih, ya tentu saya kepingin tahu dong seperti apa calon wakil rakyat yang berkampanye? Ketika membuka blog-nya, saya menelan kekecewaan. Kenapa?
1. Di blog itu baru ada 4 posting, itu pun 3 posting pertama tentang dia dan aktifitasnya, juga janjinya untuk memperkenalkan diri pada posting-posting berikut, which turned out TO BE NOTHING. Hal ini bikin saya berpikir, nah, janji untuk posting saja dia nggak bisa menepati apalagi janji untuk rakyat ya?
2. Pada postingan yang terbaru, dia memang menulis tentang tekadnya menjadi calon legislatif. Tapi pada satu baris kalimat (yang mungkin hanya untuk keindahan belaka), dia menulis sambil menghisap sebatang LA Lights merah favorit saya... which means DIA MEROKOK.

Entah karena postingnya yang masih terlalu sedikit tetapi dia sudah mencantumkan alamat blog-nya itu besar-besar pada iklan gambar dirinya. Atau barangkali karena dia mengaku secara tidak langsung bahwa dia merokok. Yang jelas saya TIDAK AKAN MEMILIH DIA. 

Barangkali ada yang akan bilang ke saya, oh come on, jess.. it's not a big deal, dia merokok atau tidak yang penting apa yang bisa dia lakukan untuk rakyat atau come on, jess.. it's not something serious, cuma tulisan di blog aja lho.. life is too precious to be taken seriously (ha! Sorry, cuma quote ini yang nempel di kepala saya saat mau nulis bagian yang ini.). But I assure you... orang yang bahkan tidak menghargai tubuhnya sendiri, sangat diragukan (apalagi) bisa menghargai orang lain. Apalagi soal blog.. untuk sesuatu yang kecil seperti blog saja tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, apalagi sesuatu yang besar. Saya nggak mau memilih wakil rakyat hanya karena tampang mereka tercecer dimana-mana sementara saya nggak tahu pemikiran-pemikirannya seperti apa, program-programnya apa saja. Saya tahu. SAYA TAHU pejabat-pejabat sekarang barangkali kebanyakan merokok. SAYA TAHU pabrik rokok di Indonesia adalah penghasil pajak terbesar, dan saya menggunakan fasilitas negara yang barangkali ditunjang oleh pajak dari pabrik rokok tersebut. But still.... Saya nggak akan pernah milih orang yang tidak menghargai tubuhnya sendiri.

Merokok? It's A BIG DEAL! Kecuali dia jauh-jauh dari saya dan anak saya (dan orang-orang yang lagi hamil) kalau sedang merokok dan tidak melakukannya di ruangan ber-AC atau di dalam gedung. Sekali lagi, saya tidak anti smoker, ada beberapa teman saya yang merokok. Sepupu saya yang ganteng juga merokok. Saya tidak anti. Saya menghormati mereka dan hak-hak mereka. Tapi tolong... hormati juga kami yang tidak mau merokok maupun menghisap asap rokok! PLEASE!

Untuk calon legislatif yang menghisap LA Lights merah... maaf... saya tidak jadi memilih anda. 

Wednesday, 17 December 2008
1:49 pm

Friday, December 12, 2008

hal-hal konyol

Hidup saya memang tidak melulu diisi dengan masalah. Hidup saya juga tidak melulu diisi dengan hal-hal yang bikin hati bahagia. Hidup saya diisi juga dengan hal-hal konyol yang bikin malu. Tapi justru hal-hal yang konyol itu yang kadang-kadang bikin saya senyum-senyum sendiri waktu sedang mengingatnya.

Berikut adalah hal-hal terkonyol yang pernah saya alami. Tentu sebenarnya masih banyak hal konyol lainnya, tapi semuanya tidak akan cukup dituangkan disini.


Hal konyol #1 
Venue: samping Matahari plaza, Pekalongan 
Misi: mencari poster Boyzone, Backstreet Boys, etc 
Waktu: saya masih SMA (tahun berapa tuh!) 
Kronologi: 
Ini saat-saat saya sedang tergila-gila dengan yang namanya Boyband. Jadi sering banget saya pergi hunting poster supaya poster di kamar saya terus nambah. Waktu itu, biarpun matahari panasnya amit-amit, berangkat juga saya berburu poster di sebuah tempat. Sebenarnya saya tahu kalau daerah itu agak rawan. Banyak yang sering kehilangan helm atau asesoris sepeda motor disitu. Apalagi saya naek motor sendirian. Jadi tidak akan ada yang menjaga motor itu pada waktu saya asyik memilih poster. Tapi saya tetap nekad. Pada waktu saya parkir, saya melihat dua orang laki-laki *masih muda*, senyum-senyum penuh arti sambil melihat-lihat saya dan sepeda motor saya. Hati saya enggak enak. Jangan-jangan mereka mengincar sesuatu dari sepeda motor saya! Itu yang ada dalam benak saya. Tapi saya tetap saja keukeuh dengan misi saya. Sampai saya sendiri lupa sudah dengan kecurigaan saya dengan kedua laki-laki itu. Ketika selesai dengan poster-hunting, saya dengan langkah enteng kembali ke sepeda motor saya. Saya tertegun. Dan saya langsung membayangkan wajah marah papi saya karena spion sepeda motor saya HILANG. Segera saya hampiri itu motor sambil lirik-lirik ke laki-laki yang saya curigai tadi. Mereka berdua masih senyum-senyum sambil melihat-lihat saya. Tukang parkir datang dan saya langsung protes. Saya bilang, "Pak, ini spion saya hilang!" Jawab si tukang parkir yang mulai pasang tampang bingung: "Waduh, nggak tahu saya, mbak." Saya sahut lagi, "Lha, bapak gimana, masa ga perhatiin sih?" Si tukang parkir diam saja, tapi wajahnya mulai panik. "Coba tolong bapak tanya sama mas-mas itu, barangkali mereka tahu!" saran saya agak memerintah dengan ketus gitu. Pergilah tukang parkir bertanya pada kedua laki-laki itu. Mungkin di pikirannya, daripada dia yang bayar kali ya.... Waktu tukang parkir tanya, jawaban salah satu laki-laki tadi: "Lho, mbak, itu bukan sepeda motor mbak. Sepeda motor mbak yang di sebelahnya." Baru kemudian saya pelototi sepeda motor tanpa spion itu dan baru sadar bahwa ITU MEMANG BUKAN SEPEDA MOTOR SAYA. Ngeloyorlah saya dari situ tanpa ngomong apa-apa. 
Moral of the story: Jika hendak mengambil motor, harap perhatikan apakah motor tersebut betul-betul milik anda!




Hal konyol #2 
Venue: Happy Puppy Kebon Bibit, Surabaya 
Misi: Menghilangkan stress dengan karaoke 
Waktu: saya kuliah semester-semester awal 
Kronologi: 
Saya pergi dengan kedua teman kost saya. Waktu itu memang tanggal tua sebenarnya, jadi duit yang ada pada kita ngepas banget. Plus ATM yang paling dekat dengan kost sedang tidak bisa berfungsi. Dan kita agak ngotot pergi karaokean. Masalahnya: 1. nggak ada satu pun diantara kita yang bawa motor; meskipun ada, yang bisa mengendarai sepeda motor cuma saya, misalpun saya dapat pinjaman sepeda motor, satunya mau ditaruh dimana? 2. nggak ada satupun dari kita yang bawa dan bisa nyetir mobil. Jadi untuk memecahkan masalah ini adalah: kita harus naek taksi. Waktu itu argo taksi belum gila seperti sekarang. Kita sudah hitung duit masing-masing, cukup untuk 2 jam karaoke, ongkos taksi dan lunch di tempat dengan harga terjangkau. Sesampainya di tempat karaoke, kita cari lunch yang deket-deket situ. Ada sebuah resto yang dalamnya cukup cozy untuk nongkrong, namanya: KJ's cafe. Seharusnya kita tahu, kalau yang namanya cafe, biarpun makanannya enggak seberapa enak, harga tidak sesuai dengan kantong anak kost di tanggal tua. Tapi entah apa yang ada di pikiran kami waktu itu, kami nekad masuk aja. Dan betul saja, ketika kami harus membayar, kami memelototi struk-nya, dan apa boleh buat, kami harus membayar. Memangnya ada pilihan laen? Setelah itu, kami berunding, ok, duit yang ada sekarang cuma bisa bayar karaoke 1 jam. Oke lah, 1 jam cukup untuk melepaskan stress. Ongkos pulang? Urusan nanti! Cari ATM dulu! Akhirnya kami tetap nekad berkaraoke-an. Ternyata untuk jam segitu, dikenakan harga promo di Happy Puppy. Dan harga promo yang petugasnya sebutkan itu, uang kami masih lebih dari cukup untuk 1 jam. Yang tidak kami sadari adalah, harga promo itu baru berlaku untuk penggunaan minimal 2 jam! Jadi harga promo itu dikalikan dua! Kesimpulannya: UANG KAMI TIDAK CUKUP UNTUK MEMBAYAR. Karena pada waktu itu Happy Puppy belum menerima gesek-menggesek debit card, dengan sangat terpaksa salah satu dari kami harus tinggal di tempat itu sementara dua yang lain mencari ATM untuk mengambil tambahan uang. Setengah jam mencari, tidak ada ATM di dekat-dekat situ. Kami akhirnya kembali sambil sepakat untuk menelepon kost, minta tolong teman yang ada di kost untuk menyusul dan bawa uang. Malu?? Jangan tanya! Setelah menelepon, bengonglah kami duduk di ruang depan, sambil menghisap asap rokok tamu-tamu lain. Tidak berapa lama, salah satu kawan-nya teman saya lewat. Dengan semangat empat lima, teman saya itu memanggil, dan voila! Dapat pinjaman duit! Kami keluar dari tempat itu sambil berjanji bahwa untuk beberapa bulan kedepan kami tidak akan pergi karaokean disitu!  
Moral of the story: Pastikan uang anda cukup untuk ongkos pulang pergi, lunch dan karaoke untuk dua jam sebelum berangkat karaoke!




Hal konyol #3 
Venue: Jalan tol HR Muhammad, Surabaya 
Misi: mengunjungi Grand Ocean untuk sewa tempat 
Waktu: tahun 2005 
Kronologi: 
Saya pergi dengan teman gereja saya. Namanya Nita. Nita ini agak parno dengan namanya polisi. Jadi kalau lagi naek sepeda motor, terus lihat polisi, biarpun tu polisi ga ada ganteng-gantengnya, Nita bisa tiba-tiba grogi dan serba salah. Biarpun tahu parno-nya Nita, sebagai teman yang baik, saya tetap mengajak dia pergi, hehehe. Waktu itu, dengan naek sepeda motor, kami meluncur menuju arah Grand Ocean Restoran. Ketika hendak belok, ada polisi sedang menilang mobil, grogi-nya Nita kumat. Jadi dalam posisi sebagai yang membonceng, saya yang mau belok ke arah kanan *biarpun ragu-ragu*, jadi lurus karena Nita ngotot jalan yang lurus adalah yang betul. Ya saya nganut aja wong dia orang Surabaya asli gitu. Tapi yang namanya orang Surabaya asli, tapi yang lagi grogi dan parno ama polisi, memang sebaiknya tidak didengarkan. Ketika meluncur di jalan itu, saya curiga karena tidak melihat sepeda motor lain. Saya sempat tanya sama Nita, "Eh, kok ga ada sepeda motor ya?" Nita enggak jawab. Kemudian... eng ing eng.. sampailah kami DI DEPAN JALAN TOL. Astaga ajubilah... ternyata kami nyasar ke JALAN TOL. Seolah-olah belum cukup menanggung malu karena para pengendara mobil yang lewat di samping kami menyempatkan diri membuka jendela dan bertanya, "Ngapain disini, mbak?", petugas jalan tol dengan menggunakan speaker *yang berarti didengar oleh seluruh pengguna jalan tol berteriak, "Mbak, mbak.. itu sepeda motor mau kemana?? Ini jalan tol, mbak.. bukan untuk sepeda motor. Ayo putar balik, mbak...." Bla bla bla... masih panjang komentar si petugas lewat speaker. Saya dan Nita langsung putar balik dan tancap gas. KABUR! Sambil berdoa supaya tidak ketemu polisi yang sudah bikin Nita kumat groginya tadi... 
Moral of the Story: Kalau lagi naek sepeda motor, jangan takut sama Polisi! Apalagi grogi! 


Hal konyol #4 
Venue: tram lewat Brunswick West, Victoria 
Misi: menuju ke Melbourne CBD 
Kronologi: 
Waktu itu saya lagi pakai softlens saya yang warna ungu. Sebenarnya saya bawa dua *karena dengar-dengar softlens disana mahal banget*, satu warna cokelat, satu warna ungu. Tapi yang cokelat waktu itu sudah robek. Jadi terpaksa saya pakai yang warna ungu, walaupun agak aneh kelihatannya. Wajah oriental, mata ungu? No way! Benar saja, baru saya tapakkan kaki di lantai tram, ada seorang bule perempuan langsung teriak-teriak ngelihat saya. Dia bilang, "Oh, freak, her eyes are purple!" Dalam hati saya langsung misuh-misuh. Kurang ajar banget nih orang, emang nggak pernah lihat orang pake softlens apa? Terus bule itu tanya, curiously "Are those real?" Saya yang sudah ilfil males ngejawab, hubby yang ngejawab, "No, she's just wearing contact lens." Baru tahu kalau disitu bule-bule biasanya pake softlens yang bening, bukan yang warna-warni. Tapi emang perlu gitu dipanggil FREAK gara-gara pake softlens warna?? 
Moral of the story: Jangan pernah pakai softlens warna kalau kamu merasa wajahmu oriental dan bakal sering ketemu bule, karena kamu bakal dipanggil FREAK. 



Hal konyol #5 
Venue: tram stop di Elizabeth street, Melbourne 
Misi: mengejar tram 
Kronologi: 
Pulang dari kerja di Resto Jepang di Swanston street, Melbourne, saya harus jalan kaki dulu ke Elizabeth street untuk dapat tram yang langsung berhenti di depan flat saya. Yang namanya tram kalo siang datangnya bisa 5-10 menit sekali. Nah waktu itu, tram sudah menunggu di tram stop, siap untuk berangkat. Malas menunggu 10 menit lagi untuk tram berikutnya, berlarilah saya sekencang-kencangnya supaya masih bisa ikut tram tersebut. (Perhatian: jangan ditiru, karena kurang baik untuk kesehatan). Sedang enak-enaknya berlari, entah bagaimana kaki saya terantuk sesuatu dan terjerembablah saya dengan sukses di tengah jalan raya dekat tram stop. Persis di sebelah saya, sebuah mobil van lewat, supirnya melihat saya dan bertanya, "What are you doing there?" Saya misuh lagi, sudah tahu jatuh malah tanya! Heran deh! Sambil menanggung malu, saya tertatih-tatih jalan dan memutuskan untuk menunggu tram berikutnya sambil menenangkan jantung yang berdebar-debar kencang dan membersihkan luka di kaki saya. Ini namanya sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah jatuh di jalan raya, malu pula, ditinggal tram. Huh. 
Moral of the story: Jangan pernah mengejar tram, karena tidak sesuai dengan kata pepatah yang kita pelajari pada waktu SD dulu: TAKKAN LARI GUNUNG DIKEJAR. Karena tram jelas akan lari jika sudah waktunya meskipun kita mengejarnya. 

Konyol? Tak apa! They are! Tapi betapapun malunya, betapapun marahnya pada waktu itu, ketika sekarang saya mengingatnya kembali, saya hanya tertawa. Karena semuanya mewarnai buku kehidupan saya.

Friday, 12 December 2008 
3:08 pm 

PS: Happy birthday to my brother!


Friday, December 05, 2008

the moment


Hujan di bulan Desember selalu kutunggu. Karena ketika hujan datang itu berarti Natal sudah dekat. 


Ketika hujan, hal yang paling kuinginkan adalah, aku ada di rumah, dengan secangkir mochaccino atau cappuccino atau latte atau susu cokelat hangat juga boleh, disertai buku tebal yang tidak akan habis dalam sekejap sambil mendengarkan musik Natal (Kenny G!) di atas sofa atau tempat tidur. Paling tidak itu dulu yang kulakukan saat aku tinggal di kost dulu. Enam tahun. Tidak perlu memikirkan jemuran (karena ada pembantu kost). Tidak perlu memikirkan piring kotor yang menumpuk (lagi-lagi karena ada pembantu kost). Tidak perlu juga memikirkan timbunan baju yang siap untuk diseterika atau tidak ada baju yang bisa dipakai (oh, pembantu kost… betapa berjasanya dirimu). Juga… tidak perlu memikirkan seorang makhluk mungil nan lucu yang harus dijaga setiap saat (waktunya makan! waktunya minum susu! waktunya mandi!)

Aku tidak sedang mengeluh. Aku mensyukuri setiap hal yang aku miliki sekarang. Kalau dulu aku hanya tinggal di kost, sekarang aku tinggal di rumahku sendiri. Kalau dulu aku tidak suka anak kecil, sekarang aku cinta berat dengan anak laki-laki kecil yang selalu menyita waktu dan perhatianku. Anak laki-laki kecil yang baru berumur 21 bulan, minggu depan. 

Tadi hujan turun. Hanya sebentar. Aku memang tidak sedang menikmati cappuccino atau mochaccino atau latte diatas sofa sambil membaca buku, tapi aku sedang memandang wajah pulas anakku yang tertidur disampingku sambil mendengarkan musik natal dari Kenny G. Dan untuk waktu yang sesaat itu, aku tidak ingin menggantikannya dengan apapun. Meskipun timbunan baju untuk diseterika masih disitu dan satu dua piring kotor menunggu untuk dicuci.

Friday, 5 December 2008
9:36 pm