Tuesday, January 20, 2009

semangkuk mie ujung pandang


Mie ujung pandang di tempat itu memang kesukaan saya. Karena itulah, setelah beberapa minggu tidak mengkonsumsinya, lidah ini bukan main mengiming-imingi saya, vinn dan teman kantor bersama suaminya untuk ke tempat itu.

Hari itu Minggu sore, ketika kami menggelinding menuju tempat mie ujung pandang favorit saya itu. Tiga mangkuk besar untuk yang dewasa, satu mangkuk yang kecil untuk anak saya, vinn. Saya tahu yang semangkuk kecil itu masih terlalu banyak untuk anak seumur anak saya. Tapi saya tetap pesan, karena setengah porsi tidak diberikan untuk dijual. Di pikiran saya, sisanya akan saya bungkus dan dibawa pulang.

Yang tidak pernah saya pikirkan adalah ternyata masih ada orang-orang yang memberikan komentar-komentar enggak penting - yang sama sekali bukan urusan mereka. Teman kantor saya bilang keesokan harinya kalau pada saat itu, sebuah keluarga (ayah ibu dan dua anak) yang duduk di dekat kami membicarakan kami. Tepatnya, membicarakan anak saya yang menghadapi semangkuk mie ujung pandang. Masih kata teman saya, yang pertama kali berkomentar sebenarnya adalah si anak. Lalu dilanjutkan oleh sang ibu yang kata teman saya bahkan sampai dilihat, dipandang dan ditatap sedemikian rupa - sambil berpikir FREAK BETUL MAMANYA KARENA SUDAH KASI ANAKNYA YANG MASIH KECIL SEMANGKUK MIE UJUNG PANDANG. Kenapa saya yakin sang ibu berpikir demikian, karena pikiran itulah yang keluar dari mulutnya. Lagi-lagi yang dengar memang teman saya. Untung bukan SAYA. Kalau saya yang dengar sendiri, barangkali saya sudah tidak akan pikir panjang lagi. Kemungkinan besar saya akan berbuat dosa karena bakal ngomong begini:
"Kebanyakan ya, Tante? Tolong dong bilangkan sama yang jual, masa pesan setengah porsi aja kok nggak bisa. Kalau bisa pesan setengah porsi kan kita nggak perlu diliatin tante sampe segitunya, ya kan tante? Lagian, emang tante yang mau bayarin pesanan kita yah kok sampe perhatian gitu?"

Kadang-kadang nggak ngerti sama orang-orang yang sepertiitu. Apa susahnya sih ngurusin urusan mereka sendiri? Apa susahnya sih nggak ngomongin orang lain?

Tuesday, 20 January 2009
4:07 pm

5 komentar ajah:

Lisa said...

Halah..motoe kok mie-nya uda keobrak-abrik sihhhh...?? :)
Ya.. gimana ya mbak, mulut orang emang ga bisa distop gitu aje...hehehe
Jangan panas donk, ntar berasa kesiram kuah mie UP loh jeng..hihiihi
Pizzzz...
Btw, itu mie up yang dimana yach?
Gua jadi melu ngilerr.... srrooott.. (loh iler pa umbel ya?wekekekek)
Maap uda sore... keentekan obat..

rikes said...

hohohoho
kayaknya tau nih mie UP yang dimana!
kalo diliat dari mangkoknya itu mie UP yang didaerah nginden bukan?
yummyyyy.....
n___n

Anonymous said...

to C'Lisa aka DL: Noh ce.. udah ada yg nebak. Bener pulak! Hihihi.. ngiler ya?? Udh diobrak-abrik pun masih ngiler yakkkk...
Kapan2 maem2 bareng nyok ceeee...

to Rikes: kekekekeke...no comment!!! ;D

Anonymous said...

Your blog keeps getting better and better! Your older articles are not as good as newer ones you have a lot more creativity and originality now keep it up!

jc said...

@Anonymous: Whoaa.. sorry for my late reply, thanks anyway for the comment. Might I ask, is it Dilys or somebody else? Hehehe... juz curious. Thank you so much for reading my blog! ;)