Monday, May 11, 2009

ain't easy being christian? : a shout out

Perhatian: postingan ini mungkin bisa bikin merah kuping, tapi percayalah ini hanyalah curahan hati saya saja yang sedang kecewa.

Ada satu waktu saya mempertanyakan diri saya untuk menjadi seorang Kristen. Karena pada kenyataannya jadi orang Kristen itu, menurut saya tidak gampang sama sekali. Banyak kali saya bertemu orang Kristen yang saling menghakimi satu dengan yang lain. Alkitab bilang: janganlah kamu menghakimi supaya kamu tidak dihakimi. Tapi rupanya sulit sekali tidak menghakimi. Kalau misalnya kau duduk di gereja, tiba-tiba ada bapak-bapak berkumis yang tampangnya mirip teroris yang wajahnya terpasang di poster-poster yang kau lihat, apa yang kau pikirkan? Jangan-jangan ini orang bawa bom, habis ini mau ngebom gedung gereja, bla bla bla. Manusiawi sekali memang pikiran tersebut. Lebih menjengkelkan lagi kalau mendengar ada orang Kristen yang suka ngomong kesana-sini berapi-api tentang Kekristenan tapi kemudian suatu hari kau menemukan bahwa dia sendiri gagal melakukan apa yang dia omongkan. Terus kau akan memaki: ngomong tok!

Pernah juga saya sempat tergila-gila dengan ajaran postmo bahwa ada begitu banyak kebenaran tentang dunia ini. Dari semua kebenaran itu, tak ada satu pun yang hakiki. Maka dari itu, marilah kita saling menghormati kebenaran yang kita anut. Misalnya, saya beranggapan bahwa ketelanjangan tubuh manusia dalam sebuah gambar adalah suatu karya seni, dan kau beranggapan itu bukan karya seni, melainkan gambar porno, maka tak ada yang salah dengan anggapan saya dan kau. Menurut saya, ketelanjangan tubuh manusia dalam sebuah gambar yang merupakan karya seni adalah benar, begitu juga kata kau kalau itu kau anggap gambar porno. Semuanya berawal dari sudut pandang yang kau ambil untuk melihat atau menanggapi sesuatu. Menarik sekali! Saya berpikir seandainya semua manusia di dunia ini berpikiran seperti itu, barangkali keperbedaan itu tidak lagi mengganggu karena tiap manusia saling menghormati apa yang mereka anut.

Saat saya sedang tergila-gila dengan paham postmo, hidup seperti berpusat pada diri sendiri. Orang lain tidak boleh mengutak-utik apa yang menjadi prinsip saya dan apa pendapat saya. Dan hidup saya bukan berarti menjadi lebih baik, tapi lebih berantakan. Karena saya tidak mau tahu apa yang terjadi di sekeliling saya. Saya bahkan beranggapan bahwa Alkitab yang berbahasa Indonesia itu tidak sepenuhnya benar, karena ada beberapa terjemahan dipaksakan oleh pemerintahan Belanda jaman dulu untuk mendapatkan respek dari orang-orang Kristen pada waktu itu.

Dan pada waktu saya sedang tergila-gila oleh paham postmo itu, datanglah dua laki-laki ini. Dua laki-laki yang saya sudah saya anggap saudara. Yang satu (sebut saja A) bicara tentang paham kualat dan doa. Dia bilang, di seluruh dunia ini hukumnya sama: hukum kualat. Jadi kalau misalnya kau kurang ajar pada orang tua, maka kau harus siap anakmu akan memperlakukanmu serupa dengan yang kau lakukan pada orang tuamu. Saya tidak setuju. Saya lebih setuju dengan hukum tabur tuai: apa yang kau tabur itu yang kau tuai. Contohnya, seandainya kau kurang ajar dengan orang tua, there’s nothing to do with the relationship between you and your children, but yes, it means something to do with your parents. Kalau tiba-tiba kau butuh mereka untuk menolongmu, maka barangkali mereka tidak akan ada untukmu. Meskipun I urge you kalau Tuhan juga ajarkan dalam sepuluh perintah Allah tentang menghormati orang tua. Kemudian ia bicara tentang doa. Ketika saya cerita masalah saya padanya, apa yang dia katakan? Jawabnya: makanya berdoa! Seolah-olah di seluruh dunia ini, hanya dia yang berdoa. Kami semua, sisanya para manusia berdosa ini tidak pernah berdoa. Manusia yang memiliki masalah bukan berarti karena ia tidak berdoa. Istri si A ini juga sama saja. Dengan gagah berani ia (si istri) berkata pada saya, mbok sekali-kali jadi ibu, nanti anakmu jadi anaknya tempat penitipan. Oh, pasti kau berpikir si istri ini ibu rumah tangga yang tinggal di rumah, urus anak sendiri, bla bla bla, sempurna sekali menjadi istri, tapi tidak, saudara. Ia bekerja dari pagi hingga malam, buka restoran. Anaknya? Dengan neneknya (meaning ibunya si istri). Pernah sepanjang hari saya bersama anaknya. Si istri ini tidak menelepon, tidak bawain makan siang untuk anaknya, anaknya ternyata tiap hari cuma makan telur dan nasi dan tiap sore dimandiin di tempat terbuka di bagian belakang rumah, dia juga nggak tahu! At least, biarpun saya titipkan anak saya ke tempat penitipan, saya masih sediain makan siangnya, saya tahu jadwal tiap harinya, saya tahu! SAYA NGGAK CUEK, JADI JANGAN SEKALI-KALI BILANG SAYA NGGAK JADI IBU UNTUK ANAK SAYA SENDIRI. SAYA URUS RUMAH SENDIRI NGGAK SEPERTI SITU YANG NGGAK PERNAH NGURUS RUMAH KARENA SUDAH ADA MAMA SITU YANG NGURUSIN. JADI SIAPA YANG NGGAK JADI IBU UNTUK ANAK SENDIRI??


Itu baru yang pertama. Laki-laki yang kedua datang. Lebih meyakinkan bicaranya. Dia seorang pendoa yang bisa berbahasa roh yang katanya juga sudah mengalami banyak mujizat dengan mata kepalanya sendiri. Sebenarnya saya sudah tidak terlalu impressed saat dia menceritakan satu persatu mujizat yang ia alami. Mujizat bagi saya adalah ketika saya membuka mata di pagi hari dan menghirup udara yang tidak kelihatan. Mujizat bagi saya adalah ketika kesepuluh jari tangan saya dapat bergerak sesuai dengan yang saya inginkan. Mujizat bagi saya adalah sistem tubuh manusia yang begitu rumit dan mencengangkan yang diciptakan oleh Yang Di Atas. Mujizat bagi saya adalah yang saya alami tiap hari yang barangkali dianggap biasa karena sudah biasa. Oh, yang ia ceritakan juga sebuah mujizat, bagaimana sobekan pada tubuh anaknya bisa tertutup sendiri tanpa operasi. Memang. Itu jelas mujizat, tapi bukan berarti menjadi lebih istimewa dibanding dengan yang saya sebut diatas. Dia bilang, doa yang diucapkan tiap pagi jam 3 akan lebih didengarkan Tuhan, karena pada jam-jam segitu, Tuhan sedang menyebarkan berkat. Itu katanya lho, bukan kata saya. Pertanyaannya: 1. Jam 3 pagi bagian mana? Bagian indo? Bagian Europe? Bagian mana?; 2. Atas dasar apa jam 3 pagi itu? Untuk pertanyaan nomor dua, laki-laki ini punya jawabannya. Katanya itu berdasarkan alkitab, kan Yesus pada waktu berdoa di Taman Getsemani itu jam 3 pagi. Ho’oh? Terus? Hubungannya? Well, tapi apa yang ia lakukan sih pada waktu dimintain tolong sama saudaranya untuk menjemput di stasiun jam 1 pagi? Apa? Jawabannya: wah, aku doa jam 3 pagi, lah kalau aku jemput kamu jam 1 pagi, berarti kamu ga kasihan sama aku, tidurku jadi 2 jam tok. O yeah, itu sama saja dengan ada orang kelaparan minta makan terus dia bilang, iya kalau kamu lapar kamu harus cari makan, tapi dia nggak kasih, atau dia bilang, iya nanti saya doain kamu supaya dapat makan. Sounds familiar? Itu bukan kerjaannya orang farisi jamannya Yesus dulu yah? Sampai sekarang ternyata masih ada yah?

Jadi orang Kristen emang susah sih. Kalau mau gampang ya mungkin lakukan seperti dua laki-laki yang sebutin diatas. Tinggal ngomong, tapi belum tentu dilakukan. Seolah-olah di seluruh dunia ini, yang bener cuma mereka, yang lainnya manusia berdosa. Nggak tahu mana yang lebih baik, saya yang semi-postmo ini tapi masih percaya dengan satu kebenaran hakiki yang dikatakan Alkitab diantara kebenaran-kebenaran lainnya atau mereka yang mengaku satu kebenaran, mengoar-ngoarkan bagaimana hidup ala orang Kristen tapi belum tentu mereka lakukan sendiri.


Monday, 11 May 2009
3:25 pm


4 komentar ajah:

Surti said...

Sabar ya Jes..(kipas-kipas JC) heheh..emang, hidup berdampingan dengan orang-orang yang 'menarik' itu satu tantangan dan warna tersendiri..kalo gak kan hidup jadi gak berwarna (inget kan postingan dulu tentang pelangi? hehheh)

rikes said...

wah...wah...
ada yang lagi panas neh
hahaha
naluri seorang ibu yah?
saya bisa mengerti

biarlah ce, anjing menggonggong orang2 seperti itu berlalu...
hahaha

jc said...

to c'Surti: asik dikipasin ama cc Surti.. adem dong.. ngipasinnya dari LV, hehehe. Ho'oh ya ce? Tapi betul2 ga berharap dah deal with those kind of people hehehe.. tapi nggak seru dong yah? ;D

to Rikes: nah lho.. baru tau nih kalo panas kayak apa?? aku jg ntar bisa ngomong banyak neh kalo ketemu lagi ama dua orang itu.. i will definitely beat them!

Sera Melinda said...

Ahhh... intinya seh kl org dah terlalu fanatik mala jdnya begono, jd 'kelenger' dewe geto d.... Buntut2nya, teori yg dikoar2 k org laen ma prakteknya jd ga match.