Thursday, October 29, 2009

Nyanyian Angsa

Buat teman-teman yang ada di Surabaya...
Buat teman-teman yang pengen ikut andil untuk kasi sumbangan ke pendidikan Kristen di kota-kota kecil di Jawa Timur...
Buat teman-teman penggemar WS Rendra...
Buat teman-teman yang suka nonton teater...
Buat teman-teman yang belum punya acara pada hari Sabtu, tanggal 21 November 2009...
Buat teman-teman yang berminat...

Datang ya!
MALAM PENGGALANGAN DANA
Sabtu, 21 November 2009
pk. 19.00 WIB
"Nyanyian Angsa" karya Alm. WS Rendra
Bertempat di AUDITORIUM UK PETRA
Jl. Siwalankerto no. 121-131, Surabaya

Silahkan dilihat cuplikan videonya.



Harga Tiket:
Reguler Rp 15.000,-
VIP Rp 25.000
VVIP Rp 50.000

Jika berminat, bisa kontak saya langsung via blog ini. Thanks alot!
Atau langsung klik aja ke http://www.gods-2009.com/ untuk pembelian tiket.

Thursday, 29 November 2009
10:52 am

Tuesday, October 27, 2009

masih tentang facebook

Kadang-kadang, diantara status-status tak jelas yang berseliweran di dinding facebook saya, ada satu atau dua status yang berkesan 'ngomel' atau 'nyindir'. Yang paling baru tulisannya kira-kira begini: "Facebook ini apakah untuk ajang pertemanan atau ajang narsisme yah?" Sebelum status ini, saya sudah pernah juga baca yang rada ngomel: "Enggak ngerti kenapa sih pada nulis status-status nggak penting!" atau "Hello, guys, emang gue pikirin lu mau kentut kek, mau beol kek, perlu gitu nulis di status?" Yang tulisannya nyindir juga ada: "Kayaknya ngumpulin status-status di facebook nih bisa jadi cerita menarik!"

Jujur aja, dulu saya sempet rada kecanduan dan lumayan sering update status ga penting. Tapi dulu update status saya masih hitungan jam, bukan hitungan menit (bandingkan dengan twitter-nya para seleb yang bisa beberapa meni
t sekali nge-tweet, saya pikir mereka orang tersibuk sedunia, tapi kenyataannya, saya aja nggak bisa nge-tweet beberapa menit sekali seperti mereka). Lama kelamaan saya nggak mau merasa terlalu attach dengan facebook. Oke, saya ngaku, setiap kali duduk manis di kursi kantor, facebook adalah salah satu web yang saya buka secara rutin selain email pribadi dan email kantor saya, tapi beberapa waktu terakhir saya enggak terlalu sering update status (bener nggak? bener!).

Kemudian saya pikir-pikir (sesuai hobi saya yang suka observing people's behavior), sebenarnya menarik juga loh mengamati status-status yan
g ter-update setiap harinya. Dan setelah mengamat-amati cukup lama, saya mengkategorikan facebook's status updater menjadi seperti di bawah ini:
1. Reporter
Updater kategori ini sering menulis kayak: @Kampung Daun, makanannya enak euy atau lagi nge-gym nih, duh kapan kurusnya yah atau atau hanya baru bangun tidur, tapi masih ngantuk atau hanya sekedar @home. Makanya saya kasi nama reporter karena rata-rata statusnya melaporkan keadaan, tempat pelapor berada dan apa yang baru saja dilakukan
2.
Ecclesiastic (alias rohaniwan/rohaniwati) Updater tipe ini biasanya suka quote dari Alkitab atau nulis doa kayak: Dear God, forgive me and all my sins atau kadang-kadang juga ngutip syair lagu rohani kayak a whole new world..ehhh salah, salah itu bukan lagu rohani kan ya? Uhm, kayak S'bab Kau besar, kekuatanMu ajaib, tiada seperti Engkau... atau kadang bisa juga nulis: Tuhan tak pernah tertidur, jadi jangan pernah menyerah.
3. Gamer
Updater tipe ini biasanya suka minta-minta tolong untuk membantu dia melawan mafia dalam MAFIA WAR (game opo sih iki... sering di-invite, tapi sekali tidak tetap tidak!). Atau suka. Sekarang enggak cuma Mafia War, ada juga Vampire War, terus Castle Age (kalau ga salah) terus Pet Society terus Farmville terus Sorority Life terus Aquarium terus.. weleh banyak pokoke.

4. Quizzer
Seperti nama kategorinya, bisa ditebak bahwa updater tipe ini suka sekali ngikutin quiz yang tersedia di facebook (kadang-kadang saya juga sih hihihi, tapi biasanya quiz yang cukup menarik, kalau hanya 'Hantu apa yang ada di kamar anda?', mending saya nggak ikut deh, daripada kepikiran).
5. Hidden-message messenger

Kalau updater tipe ini biasanya nulis status untuk ditujukan ke salah satu orang aja, walaupun mungkin empat ratus friends lainnya membaca status, enggak masalah buat dia. Yang penting orang yang dimaksud juga dapet pesan tersembunyi dari dia. Updater tipe ini juga bisa saja mengungkapkan cinta pada seseorang tapi belum punya keberanian untuk mengungkapkan langsung. Contoh status: Kangen kamu
...
6. Promoter
Updater ini biasanya punya toko online jadi sering mempublikasikan 'barang-barang dagangannya'. Katanya sih, via facebook ini cukup efektif untuk meningkatkan penjualan. Statusnya tentu saja berkisar: Ada barang baru lho.. sila
hkan dilihat-lihat dulu.. (iyah, cie.. jangan kesindir loh!!! wkaakakaka)
7. Curhat Mania (maap saya ga nemu bahasa inggrisnya 'curhat', haruskah: heart devoter? i dont think so)
Biasanya statusnya berisi curhat-curhat pribadi, dan kadang-kadang nggak nyadar kalau dengan nulis status itu x friends dalam list dia akan menerima status tersebut. Jadi misal dia nulis status: aku patah hatiiii... dan jumlah temannya ada 1000, maka 1000 orang itu tahu bahwa dia sedang patah hati.

8. Questioner
Bisa dilihat dari kategorinya, updater tipe ini biasanya statusnya berkisar pertanyaan. Misalnya: ada yang tahu gempa terakhir itu berapa skala
richter? Tapi kadang-kadang juga bisa: enaknya makan siang ini makan apa ya? ada ide? atau kenapa sih semuanya terjadi padaku?? Yang terakhir ini pertanyaan retoris yang ga perlu jawaban maupun comment sebenernya, tapi karena penulis menulis di facebook maka dia juga nggak bisa ngelarang orang kasi comment di statusnya dia.
9. Quoter
Kayaknya saya cukup sering nih di tipe ini karena i love insightful quotes very much! Jadi kalau dapet quote bagus dari film or dari buku or dari email biasanya saya tulis di status. Contohnya: to be a princess you have to believe that you a
re.
10. Announcer
Maksudnya tukang kasi pengumuman. Misal mo ada acara apa gitu terus update status: Buat panitia XX, nanti jangan lupa rapat jam 7 malam yah. On time lohhh...

Sisanya? Yah... mungkin ada yang mau nambahin?

Intinya sih.. enggak masalah deh mau tulis status apa. Tapi memang harus berhati-hati dalam update status. Karena enggak jarang juga orang bisa tersinggung dengan status yang ter-update padahal yang menulis belum tentu bermaksud demikian. Apalagi yang mengandung unsur SARA. Yakin deh, diantara friendlist kita tuh kemungkinannya kecil sekali kalau satu agama semua. Juga jangan sampai de
h, update status berupa keluhan tentang bos tapi lupa kalau boss juga ada di frenlist. Kayak gini:

I hate to say but yes.. Facebook is where your privacy is not private anymore. Just be careful, guys...

Tuesday, 27 October 2009
12:20 pm


Friday, October 16, 2009

supermom?

Baru teringat bahwa sudah setahun ini saya hidup tanpa pembantu. Seumur-umur, seingat saya, dari kecil saya sangat bergantung pada pembantu. Sampai saya kuliah pun, kost tempat tinggal saya juga tantenya pakai pembantu. Saya berhenti menggantungkan diri pada pembantu setelah saya menikah. Bukan karena saya tiba-tiba kerajinan melakukan tugas-tugas rumah tangga, tapi karena pada waktu itu saya sempat diajak suami menikmati hidup ala kadarnya di Melbourne, Australia. Hidup pas-pasan tanpa pembantu. Kembali dari negeri kangguru itu, saya masih tinggal di rumah mertua, yang lagi-lagi memakai jasa pembantu. bulan keempat sesudah saya punya anak, saya mulai berburu pembantu, karena saya bekerja. Lagipula saya butuh punya pembantu sendiri kalau pindah rumah nanti. Akhirnya saya dapat pembantu yang lumayan cocok untuk saya ikutan boyong pindahan rumah, tapi ia tidak kembali setelah lebaran tahun lalu. Saya sendiri sebenarnya tidak terlalu percaya dengan pembantu atau babysitter. Maraknya berita tentang babyistter yang menganiaya anak majikan bikin saya keder untuk meninggalkan anak dan pembantu sendiri di rumah. Jadi selama bekerja, anak dan pembantu saya titipkan di rumah mertua. Waktu itu. Setelah ia tak kembali, saya tak lagi berburu pembantu baru, tapi saya berburu daycare yang bagus tapi tidak terlalu mahal. Seperti yang sudah pernah saya katakan, saya tipikal orang yang act first, think later. Maka dengan gagah berani tapi tidak sakti mandraguna, saya bilang, tak apa-apa anak di daycare selama jam kerja, tugas-tugas rumah tangga saya yang urus! Berbulan-bulan setelah keputusan itu, saya baru merasakan beratnya pekerjaan pembantu tapi terlalu gengsi mengakuinya.

Jika saya bilang mengerjakan tugas pembantu, maka saya memang mengerjakan tugas pembantu. Hubby kadang-kadang masih membantu juga, thank goodness, enggak semua pria di Indonesia mau melakukan seperti yang dia lakukan. Ada yang bilang saya hebat karena selain kerja di kantor delapan jam sehari, saya masih harus ngurus rumah dan batita. Tapi barangkali lebih banyak lagi yang bilang saya tolol: ada yang gampang kok cari yang sulit. Menyusahkan diri sendiri saja. Makanya jangan sekali-kali menganggap remeh perempuan yang memilih karir menjadi ibu rumah tangga penuh waktu, karena jam kerjanya bukan delapan jam sehari, tapi dua puluh empat jam sehari dan tidak dapat libur di akhir pekan. Barangkali seperti motto McD (eh sekarang di Indo TonyJack's ya?): 24/7.

"Ciecie itu supermom." Begitu yang pernah saya dengar seseorang berkata pada saya. Awalnya saya anggap itu pujian. Senangnya bukan main diberi titel supermom. Menjadi supermom adalah sesuatu yang membanggakan. Tapi yang sebenarnya menjadi supermom itu melelahkan. Apalagi kalau menuruti tuntutan masyarakat yang tersebar di iklan-iklan di televisi. Bayangkan saja, seorang ibu dituntut untuk memasak makanan yang enak (pakai minyak ini, bumbu penyedap itu, kecap ini, dsb), dituntut untuk kreatif bikin snack (puding ini, sirup itu, es krim ini, roti itu), dituntut untuk membuat lantai tetap bersih (karena hidup terjadi di atas lantai), dituntut untuk mencuci pakaian tapi tetap cantik (jangan lupa memutihkan baju putih yang kotor dan menghilangkan noda pada pakaian warna), dituntut juga untuk cuci piring (sekaligus mengumpulkan ibu-ibu arisan biar dapat tambahan duit belanja), dan... ah saya capek nulisnya! Intinya begitu-begitu tugas ibu semua dah! Selain itu, seolah-olah belum cukup tugas-tugas yang harus dikerjakan, ibu-ibu diatas tiga puluh dan empat puluh juga dituntut untuk menunda kerutan dan menjaga supaya tetap awet muda (biar masih bisa memasak, mencuci baju, mencuci piring, mengepel, menyeterika, dll).

Seandainya jadi supermom itu semudah iklan obat nyamuk di televisi. Nyamuk datang, ibu semprot dengan obat nyamuk merk B dengan gaya keren, dan semua berteriak menyambut SUPERMOM! Ah, indahnya dunia barangkali jika semudah itu. Tapi tidak. Tidak semudah itu. Mungkin ada juga yang akan bilang, kalau mau dapat titel supermom ya memang ada harga yang harus dibayar, ada sesuatu yang harus dilakukan, ada kecoak yang harus dibunuh (eh? ga nyambung ya? biarin! blog saya ini! hehehe)! Entahlah, saya juga nggak tahu apa yang saya lakukan sekarang ini benar adanya? Atau bodoh tak terkira-kira? Atau hanya karena idealisme belaka (makan tuh idealisme!)? Atau apa?

Yang jelas ini melelahkan. Pergi tidur dalam keadaan lelah juga tidak bikin tidur jadi nyenyak. Yang jelas ini bikin capek. Dan rasa capek sama sekali tidak membantu saya untuk lebih memperhatikan hubby dan anak saya. Terlebih, tidak menyehatkan pergaulan pula.

Apa saya terdengar mengeluh? Mungkin. Tapi tidak. Saya tidak mengeluh. Saya hanya curhat.

Friday, 16 October 2009
12:38 am

Wednesday, October 14, 2009

batik

Sebenarnya saya mau tulis ini sudah lama, sejak saya tahu kalau UNESCO menetapkan batik adalah warisan budaya bangsa yang berasal dari Indonesia. I also found this in UNESCO website.

"Indonesian Batik has a rich symbolism related to social status, local community,
nature, history and cultural heritage; provides Indonesian people with a sense of identity and continuity as an essential component of their life from birth to death; and continues to evolve without losing its traditional meaning."
Selanjutnya pada tanggal 2 Oktober, ditetapkan menjadi hari Batik - untuk merayakan keputusan dari UNESCO tersebut. Thanks to UNESCO - and our neighbour.

Pada waktu saya mendengar ini, sebenarnya saya cukup senang dan bahagia *ceilah bahasanya*. Karena akhirnya budaya kita diakui dunia luar! Akhirnya kita berhasil 'ngecup
' atau klaim duluan bahwa batik adalah budaya negara kita, bukan budaya negara tetangga yang suka ngaku-ngaku itu! Akhirnya Pekalongan rules! Karena eh karena Pekalongan adalah kota batik dan kampung halaman saya! Akhirnya!

Tapi kemudian saya berpikir ulang. Sebenarnya, diakui tidak diakui, diresmikan tidak diresmikan BATIK tetap produk Indonesia kok. Tari pendet biarpun di-klaim sama negara tetangga juga tetap produk Indonesia kok. Yang ciptain juga orang Indonesia. Warisan budaya bangsa yang berasal dari Indonesia kok. Kita gembira dan menetapkan hari batik, kemudian ribuan orang turun ke jalan dan mengenakan baju batik, pertanyaan yang menggelitiki adalah: KENAPA BARU SEKARANG? Kenapa baru sekarang sih kita bangga bahwa kita punya batik? Dulu sebelum baju batik jadi trend, jarang sekali saya lihat anak-anak muda pakai batik. Jangankan anak-anak muda, yang tua-tua *baca: dewasa* juga jarang. Paling-paling kalau cuma mau kondangan atau menghadiri pemilihan lurah atau waktu lebaran. Kenapa baru bangga sekarang setelah bertahun-tahun batik itu secara turun-temurun diproduksi oleh anak-anak bangsa Indonesia? Kenapa baru menetapkan batik day itu tahun ini? Kenapa? Enggak, saya enggak bilang kalau hari memakai batik tanggal 2 Oktober kemarin itu sia-sia dan useless. Saya pakai rok batik hari itu, dan senang sekali sejauh mata memandang terlihat orang pakai batik. Kampus tempat saya bekerja jadi lautan batik. Saya senang. Ini awal yang bagus. Tapi ya itu tadi.. kenapa baru sekarang?

Bolehlah dibilang saya skeptis, saya berpikiran negatif, tapi saya merasa euforia batik day beberapa waktu yang lalu itu euforia karena akhirnya kita berhasil mendahului negara tetangga untuk dapat 'pengakuan' dari UNESCO. Sudah cukup tari pendet, rendang, aksara jawa yang di-klaim sebagai milik mereka. Sudah cukup! Tapi kalau dipikir ulang lagi *kebanyakan mikir ulang nih*, mereka boleh meng-klaim, tapi yang sebenarnya itu semua asli produk Indonesia! Yang menciptakan juga orang Indonesia!

Saya sempat membaca blog-nya marcell siahaan (yang menikah dengan artis asal negara tetangga tersebut). Pada waktu rakyat Indonesia marah karena banyak budaya Indonesia diaku-akui sebagai budaya negara tetangga, ia sedang dalam persiapan bekerjasama dengan musisi asal negara tetangga tersebut. Entah yang dikatakannya ini wujud pembelaan diri dia atau memang pemikirannya saja, tapi dia bilang begini: Jangan seperti anak kecil yang merengek dan langsung marah-marah, banting-banting barang ketika mainannya diambil. Padahal kalau mainannya tidak disentuh, anak itu juga lupa kalau dia pernah punya mainan. Jangankan diurus, diingatpun tidak (Marcell's blog).Dan terus terang saja, maaf jika pembaca mungkin tidak setuju, tapi saya akur dengan kalimat ini. Selama ini saya melihat juga budaya Indonesia sudah tidak terlalu lagi menjadi kebanggaan. Modernity! Tarian jawa mah kuno! Musik dangdut itu musik kampung! Aksara jawa itu bahasa dan tulisan yang ribet! Bikin nilai pelajaran bahasa daerah saya dulu menghiasi rapor karena jadi satu-satunya yang warnanya merah *wah ketauannnn*. Kalau datang ke pernikahan, biasanya musiknya pakai lagu-lagu barat *saya juga lhooo hehehehe, jadi malu*, jarang saya dengar pakai musik dangdut *uhm, mungkin kecuali kalau di desa dan di kampung-kampung gitu yah*. Rata-rata kalau diusulin untuk pakai dangdut atau gending jawa suka bilang aihhh kampungan bangett sihhh *iya saya tahu enggak semua lah*, Padahal, tahu nggak, waktu saya di Melbourne dan saya sempat datang ke pernikahan teman gereja yang married sama bule setempat, mereka pakai musik dangdut untuk disko time. Tamu-tamu yang bule juga pada 'melantai' pake musik itu lho! Dan seru aja, sih. Balik ke kalimat-nya Marcell, barangkali memang perlu ada satu moment yang menyadarkan rakyat Indonesia betapa banyaknya budaya Indonesia yang sudah hampir dilupakan. Yang melulu dipikirkan sekarang malah MIYABI, PORNOGRAFI *bahkan kemben khas bali katanya pernah hendak di'musnah'kan karena bisa dianggap porno*, PORNOAKSI, SINETRON. Kenapa? Kenapa enggak menghabiskan waktu untuk memelihara budaya bangsa Indonesia yang unik dan cantik-cantik ini? Kenapa lebih ribut tentang sesuatu yang diberi nama MORAL karena helloooo... moral itu bukannya urusan pribadi masing-masing individu? Kalau memang kita bermoral, bukankah jauh lebih berguna jika menggantikan waktu untuk demo menentang kedatangan miyabi dengan terjun ke daerah gempa untuk nolongin mereka yang sedang kesusahan? Bukankah lebih bermoral jika waktu untuk demo 'bikini untuk putri indonesia di miss universe competition: perlu atau tidak?' itu diganti dengan waktu untuk memikirkan bagaimana mempopulerkan kembali budaya Indonesia dan mengembalikan nama baik Indonesia yang lekat dengan terorisme?

Saya pikir, barangkali memang rakyat Indonesia butuh tamparan dari negara tetangga *sorry about that* karena dengan begitu, kami jadi bangun dari lamunan dan mati suri serta ketidaksadaran bahwa betapa kayanya Indonesia dengan berbagai hal: perbedaan-perbedaan yang ada, suku-suku dengan keunikan masing-masing, banyak agama dan penganutnya yang saling menghormati, makanan-makanan kaya rempah, tari-tarian yang indah dan beraneka ragam. Saya akui, kadang-kadang saya tidak bangga atau mungkin bangga tapi cuek dengan budaya-budaya yang ada di Indonesia, tapi memang sudah saatnya mencintai apa yang ada di negeri sendiri *kecuali sinetron! wkakakak teteppp* , tidak melulu berkiblat pada western culture.

Anyway, I really love this song!

NEGERI IMPIAN
by: PROJECT POP (
ha!)
Alkisah sebuah negeri di jaman prasasti

Yang dulu hijau makmur gemah ripah loh jinawi

Namun tiba-tiba datang raksasa sakti

Menghancurkan negeri adu domba sana sini

Raksasa tertawa hahahahaha

Gembira karena membuat orang2 jadi sengsara
Rakyat pun menangis hihihihihi

Ksatria bertikai membela diri dan golongannya sendiri

Reff:
Ada
kah negeri impian, negeri khayalan
Negeri yang kudambakan
Disana tak ada perang dan kejahatan
Rakyatnya aman dan tentram

Menyenangkan, mengasyikkan


Nafsu serakah raksasa semakin menjadi
Tiga kali sehari dia minta upeti

Raksasa menjawab, perut buncit kayak demit

Bikin lari terbirit-birit

Adakah negeri impian, negeri khayalan

Idaman semua orang
Semua cukup sandang pangan

Bergandengan tangan

Menjunjung persaudaraan

MERDEKA!!!

Wednesday, 14 October 2009
4:01 pm

Wednesday, October 07, 2009

fame is cruel

Masih ingat nggak, waktu SD atau SMP, biasanya cewek-cewek punya buku semacam diary yang isinya biodata temen-temennya. Jadi mereka akan bertukar buku diary tersebut kemudian saling mengisi. Tulisannya berkisar antara nama, alamat, dsb bahkan kadang-kadang singkatan dari nama si pemilik buku atau si penulis. Ngerti nggak maksud saya? Misalnya: JatuhcintaEmangSipSipIndahEkali *agak ga nyambung sih, tapi ngerti kan maksudnya? masih nggak ngerti? ya sud lah...* Nah, sebagai anak yang cukup gaul, saya juga punya tuh buku diary semacam itu. Yang menarik dari buku ini yang mau saya ceritakan adalah, saya menulis cita-cita saya.

Tahu nggak apa yang saya tulis? Enggak tahu? Ya iyalah wong saya belum ngomong. Saya nulis begini: CITA-CITA: JADI PENYANYI ATAU BINTANG FILM (JANGAN KETAWA YA). Saya yakin semua teman saya atau orang yang baca tulisan itu pasti akan tersenyum simpul sampai yang ketawa terbahak-bahak. Soalnya saya sendiri waktu nemu buku diary itu bertahun-tahun kemudian juga ketawa geli. Barangkali karena waktu itu saya masih kecil, masih nggak terlalu ngerti tentang pekerjaan jadi penyanyi atau bintang film yang banyak muncul di televisi, jadi berani bermimpi menjadi orang terkenal.

Kalau ditanya, sekarang masih pengen nggak? Saya dengan pasti, sambil hormat ke bendera merah putih yang berkibar, akan berteriak lantang: TIDAK, TERIMA KASIH. Kenapa? I'll tell you.

Terus terang, saya enggak hobi nonton infotainment. Tapi saya tetap lumayan ngeh dengan info seleb-seleb, kayak: PROJECT POP NGELUARIN ALBUM BARU *saya langsung merencanakan pengeluaran untuk beli CD yang asli, ceilah* atau DEWI PERSIK AKHIRNYA DICERAI ALDI TAHER, SAIPUL JAMIL DIBERI SELAMAT *berita yang aneh* atau ANANG-KD AKHIRNYA RESMI BERCERAI *akhirnya cerai juga toh?* atau MARSHANDA MARAH-MARAH DI YOUTUBE *sayang nggak sempet nonton videonya* atau MANOHARA AKHIRNYA KEMBALI KE PELUKAN IBUNDA *duh tapi kok jadi montok gitu?* Melihat dan mendengar berita-berita ini saya jadi sadar akan satu hal: FAME IS CRUEL. Coba saja bayangkan kalau infonya kayak gini: JOY-BAND NGELUARIN ALBUM BARU *apaan tuh JOY-BAND? dari kelurahan mana?* atau SARIYEM AKHIRNYA DICERAI PAIJO, DULKARIM DIBERI SELAMAT *berita yang lebih aneh, itu pembantu rumah sebelah sama supirnya rumah depan yah?* atau RUDI-DIAN AKHIRNYA RESMI BERCERAI *rudi siapa nih? rudi wowor? dian siapa? dian nitami? bukannya dian nitami sama anjas?* atau JULEHA MARAH-MARAH DI YOUTUBE *wooo orang edan palingan, terus search video lain*.

Mungkin nggak, jadi heboh? Hal sekecil apapun yang dilakukan seleb/orang terkenal bisa jadi hal yang besar. Seakan-akan mereka bukan manusia yang nggak boleh melakukan kesalahan. Julia Perez pernah dicekal albumnya karena memberi bonus berupa kondom. Puluhan, bahkan ratusan pemilik tempat lokalisasi pun barangkali juga melakukan hal yang serupa: memberi bonus kondom pada pelanggan, tapi mereka enggak dicekal. Padahal apa bedanya? Bedanya adalah Julia Perez terkenal secara nasional *atau internasional?* sementara pemilik tempat lokalisasi itu lokal-lokal aja mah dikenalnya. Orang pacaran putus-nyambung itu biasa. Yang luar biasa adalah cerita yang dibikin infotainment untuk putus-nyambungnya Raffi Ahmad, Raditya Dika dan sederet nama seleb muda lainnya. Karena apa? Karena mereka terkenal! Dan lebih anehnya karena masyarakat juga PEDULI dengan berita putus nyambung-nya mereka. Agak tidak adil juga kalo dibilang, ITU RESIKO MEREKA JADI ARTIS. Istilah kerennya: itu HARGA YANG HARUS DIBAYAR untuk jadi artis.

Saya bilang fame is cruel itu kalau lagi kebetulan menonton infotainment dan baca kolom gosip di majalah atau surat kabar. Terus terang aja, saya belajar untuk tidak 100 persen percaya pada apa yang tertulis di media seperti surat kabar atau tabloid. Apalagi kalo tulisannya tentang berita seseorang, karena biasanya ada bias *eksplisit atau implisit* terlihat disitu. Kalau tulisannya bilang, A cerai dengan B karena ada pihak ketiga, maka saya enggak akan terlalu percaya dengan berita itu, mana tahu kan kita alasan perceraian yang sebenarnya itu kayak apa? Terus kalau ada berita kayak: Sheila Marcia sedih harus mendekam di penjara lagi, kata sedih itu belum tentu keluar dari muluh Sheila Marcia sendiri lho! Mungkin waktu itu dia lagi sakit perut, jadi bawaannya cemberut, terus langsung diinterpretasikan oleh wartawan jadi SEDIH. Cruel bukan? Makanya saya terkadang suka bertanya-tanya dengan mereka yang daftar di audisi Indonesian idol misalnya, atau daftar untuk jadi pemain sinetron, apa mereka sudah siap untuk jadi terkenal? Apa mereka sudah berpikir bahwa menjadi terkenal itu, selain ada enaknya juga ada enggak enaknya? Bahwa menjadi terkenal juga bersiap kehidupan pribadi terganggu, bahkan barangkali jika tidak kuat mental, kehidupan siap disetir oleh manajer, fans dan jadwal kegiatan yang seabreg? Sudah siap?

Maka dari itu.. Sudahlah, saya tidak lagi bermimpi jadi penyanyi atau bintang film. Bukan karena saya takut dengan popularitas/fame, tapi karena saya enggak bisa nyanyi dan enggak bisa akting di depan kamera. Saya ini pendiam dan pemalu, remember?

Cita-cita saya sekarang? Masih jadi penulis. Masih pengen tinggal di luar negeri. Masih pengen backpacking. Masih pengen ambil S2. Terkenal enggak terkenal lah....

Wednesday, 7 October 2009
11:45 am