Thursday, December 03, 2009

tangga

Anakku suka sekali dengan tangga. Tiap kali melihat tangga ia selalu menggapai-gapai tanganku, supaya aku mau menemaninya naik, mengeksplorasi dunia apa yang ada di ujung tangga. Kadang-kadang, karena kekhawatiranku yang berlebihan, aku lebih sering melarangnya untuk naik. Ngeri rasanya membayangkan ia memanjat tangga itu dan jatuh berdebam karena langkahnya belum seteguh langkah orang dewasa. Suara tangisannya bisa bikin hatiku remuk. Apalagi suara tangisan karena menahan sakit.

Tapi aku tahu mengapa ia suka sekali dengan tangga. Setidaknya barangkali kesukaannya dia akan tangga itu bisa merupakan persoalan genetik. Aku pun dulu tergila-gila dengan tangga. Setiap kali melihat tangga aku selalu bergegas ingin memanjat. Berkali-kali ayah dan ibuku berteriak-teriak melarang, karena tidak semua tangga aman untuk anak kecil. Kadang-kadang selain tidak aman, tangga itu berada dalam area asing. Di rumah orang lain misalnya. Tidak mungkin orang tuaku membiarkanku berkeliaran menaiki anak tangga.

Jika ditanya mengapa aku tergila-gila dengan anak tangga, maka jawabku begini. Aku ingin tahu apa yang ada disana. Di ujung tangga sebelah atas maksudku. Apakah disana ada ruangan serupa dengan dibawahnya? Apakah ruangan biasa saja? Atau malah lebih menarik? Atau jangan-jangan disana ruang angkasa yang tidak bisa sembarangan manusia masuk? Seringkali bahkan aku berimajinasi bahwa ujung tangga adalah pintu menuju dunia yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Dimana lingkarannya berbentuk segitiga, sementara yang berbentuk kotak dibilang hati dan yang berbentuk hati dibilang trapesium. Bayangkan jika ujung tangga itu adalah ruang masa depan. Pasti aku akan nekad memanjat untuk barang sejenak mengintip seperti apa masa depan itu. Sampai sekarang aku masih suka dengan tangga meskipun tidak segila-gila dulu. Mengapa? Karena aku sudah tumbuh dewasa. Pikiranku jadi lebih cupet. Ada rasa takut, rasa khawatir, rasa sungkan dan rasa-rasa tak enak lainnya. Lagipula, imajinasiku akan ujung tangga sudah tak lagi menarik. Ah, imajinasi anak kecil selalu jauh lebih menarik daripada imajinasi orang dewasa. Dalam pikiran orang dewasa, tangga hanyalah alat untuk menuju lantai dua. Apa yang ada di lantai dua itu tergantung dari apa yang ada di lantai pertama. Jika lantai pertama adalah toko baju anak-anak, maka kemungkinan besar lantai kedua adalah toko mainan anak-anak. Jika lantai pertama hanya ada ruang tamu, ruang tengah dan ruang makan, maka hampir bisa dipastikan lantai kedua berisi kamar-kamar tidur. Kamar tidur orang tua dan kamar tidur anak. Tidak menarik bukan?

Buatku, penemuan tangga jauh lebih brilian daripada penemuan lift/elevator. Penemu elevator si Elis G. Otis itu pasti orang yang malas memanjat tangga, makanya berpikir daripada dia yang tersengal-sengal menggerakkan kedua kakinya untuk naik tangga satu persatu, biar tangganya saja yang bergerak. Seperti yang kadang-kadang kulihat pada mahasiswa-mahasiswa dikampusku. Naik ke lantai tiga dari lantai dua saja naik lift, padahal jalan menuju lift lebih jauh daripada jalan menuju tangga. Lagipula, masih menurutku, lift dan elevator itu hanyalah merupakan pengembangan dari ‘bentuk’ anak tangga. Tugasnya sama, dengan tujuan yang sedikit ditambahkan. Setidaknya manusia yang menggunakan lift/elevator tidak perlu ngos-ngosan untuk naik ke lantai berikutnya, juga tidak membuang terlalu banyak waktu. Tapi, tetap saja, buatku tangga masih lebih menarik dan lebih brilian. Asal tahu saja, konsep tangga diciptakan pertama kali untuk mengambil madu dari sarang lebah diatas pohon. Dan ini dilakukan oleh manusia-manusia zaman batu dulu. Kata siapa manusia modern lebih pintar dari manusia zaman dulu? Keliru. Manusia modern justru lebih manja dan tinggal menikmati dan mengembangkan hasil penemuan-penemuan manusia terdahulu.

Kenapa aku masih suka dengan tangga? Karena tangga juga mengingatkanku tentang hidup. Jangan pernah memikirkan lelahnya menaiki anak-anak tangga karena rasa lelahnya akan terbayar jika sudah sampai di ujung anak tangga. Setidaknya rasa penasaranmu terjawab. Dan tak ada yang lebih menyenangkan daripada rasa penasaran yang terjawab, meskipun jawabannya tidak kau sukai sekalipun. Apa yang akan terjadi tahun depan? Apa yang akan terjadi tahun 2012? Apa yang akan terjadi jika aku sudah tua, peyot dan tidak terlihat cantik lagi? Itu urusan nanti. Naiki saja anak tangganya satu persatu. Karena tiap anak tangga memiliki pemandangannya sendiri-sendiri, kesulitannya sendiri-sendiri. Apapun yang terjadi di akhir anak tangga, itu urusan nanti.

Gitu aja kok repot.

Thursday, 3 December 2009
3:03 pm

4 komentar ajah:

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Aku setuju dengan "dunia lain" di ujung tangga. Aku juga selalu penasaran, soalnya tangga pasti dibuat dengan tujuan kan? Tidak mungkin ada tangga yang tidak mengarah kemana-mana. Ngomong2 tentang lift, aku juga elalu memilih tangga. Karena konon naik turun tangga bia membuat bokong kita lebih indah...

REYGHA's mum said...

Anakku yang pertama juga suka banget ma tangga, dan pengen banget punya rumah tingkat biar ada tangganya, tapi aku ngga pernah selidiki kenapa dia suka tangga...haruskah ku tanya alasanya?

jc said...

@Kristina/Ria *kali ini beneran ga tahu hahaha*: tangga yg tidak mengarah kemana-mana berarti tangga yang blom jadi hehehehe... Naik turun tangga bisa bikin bokong tampak lebih indah? Patut dicoba!

@Reygha's Mum: Uhm.. selidiki aja, Bu, kali dia nemuin dunia lain di ujung tangga hehehehe

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

jes, yang kemaren ria...ini baru kristina hihihi. tumben ga bisa ngebedain. tulisanmu tentang tangga ini menarik juga. aku tadinya ga menyadari kalo tangga itu begitu menarik. secara kantorku di lantai 18 jadi aku jelas pilih lift daripada tangga karena bokong gede tidak sebanding dengan kaki metekol. namun aku biasa naik turun tangga kalo aku mo ke wc lantai 17. karena wc di lantai 17 lebih bagus dan sudah direnov (karena di lantai 17 banyak bulenya) sementara wc lantai 18 tidak terawat bahkan serem kalo malam2. sebelum ngelantur kemana2, aku sebenarnya malah takut sama tangga. justru sebisa mungkin aku ga pengen tau ada apa di ujung tangga itu karena bayanganku itu serem. misal tangga ke loteng rumahku dulu...or tangga ke lantai paling atas kantorku or tangga darurat kantorku...(kalo dah malem aku ga berani lewat tangga). soalnya aku ga terlalu suka surprise...jadi mending aku dikasih tau dulu ada apa di ujung tangga baru aku mo naek or turun. film aja aku sering liat tamatnya dulu or baca sinopsisnya di wikipedia sambil nonton..kalo tau tamatnya jelek biasanya aku jadi males nonton hihihi..nyambung ga ni sama tulisanmu tentang tangga?