Thursday, January 28, 2010

i think i still love..

Saya sedang berpikir. Barangkali saya salah, tapi barangkali juga saya enggak salah (meskipun tidak sepenuhnya benar). Saya memang ingin sekali tinggal di luar negeri. Saya ingin kembali ke Australia. Dan kenyataan bahwa saya suka tinggal disana dan sering membanding-bandingkan dengan kehidupan disini barangkali membuat jengah. Ada yang bilang saya mengagung-agungkan negara tertentu. Ah, barangkali benar, barangkali juga tidak terlalu benar.

Tapi kenyataan yang betul-betul asli dan enggak main adalah ini: saya cinta Indonesia. Berapa kali saya menangis dan merindukan Indonesia saat saya disana. Tak terhitung. Dan tanyalah pada teman-teman dekat saya, makanan apa yang menjadi favorit saya. Bukan, bukan pizza, bukan steak, bukan keju (yaiks! saya benci keju! saya bilang, keju itu mambu sikil >> bau kaki, coba aja cium kaki kalian, terus cium keju-nya, kan sama tuh baunya). Saya cinta makanan Indonesia. Saya tersiksa setengah mati karena ternyata masak ala Indonesia itu mahal dan susah disana. Tapi saya enggak peduli, saking cintanya lidah saya dengan masakan Indonesia.

Saya memang keturunan cina, tapi saya enggak bangga dibilang keturunan cina. Apalagi saya pernah mengalami diteriakin "Cina!" oleh segerombolah anak-anak laki-laki yang tidak saya kenal sama sekali. Dan saya sakit hati. Bahwa saya enggak bangga dibilang keturunan cina bisa dibuktikan dengan saya enggak suka nonton film mandarin. Enggak suka belajar bahasa mandarin. Bahkan untuk sekedar bilang jumlah uang dengan bahasa cina paling sederhana pun saya masih mikir. Makanya, hubby sering bilang saya casingnya aja yang cina, dalamnya Indonesia banget.

Saya akui, banyak kritikan saya ajukan ke negeri ini. Kenapa? Karena saya cinta! Saya enggak mengkritik negara lain, karena saya enggak peduli! Dan seandainya saya kadang-kadang terlihat membandingkan, itu karena menurut saya ada baiknya sesuatu yang baik dari tetangga atau negara lain dicontoh. Masa saya akan bilang: tuh negara tetangga aja korup, ya kita enggak papa korup juga atau tuh negara tetangga aja suka copycat, masa kita enggak copycat juga? Masa saya bilang begitu? Hal baik lainnya tentang negara ini yang enggak ada di negara tetangga yang sering saya sebut adalah kalau malam diatas jam sepuluh saya enggak khawatir bakal kelaparan, pasalnya selalu ada aja yang lewat di depan rumah, entah itu tahu tek, atau nasi goreng, bahkan kadang-kadang bakso. Kalau di negara tetangga mah udah pada tutup, yang ada toko kecil dua puluh empat jam itu yang jual makanan-makanan instan dengan porsi enggak niat (gile, perut kayak saya mah enggak cukup kalau buat diisi chocolate bar atau wafer segitu doang, bisa protes berat).

Jadi saya minta maaf deh kalau memang ada yang terganggu juga dengan postingan saya yang kelihatannya terlalu menjelek-jelekkan Indonesia. Saya tetap menghargai kok, jangan khawatir. Itu menandakan bahwa saya eksis (lho?), hehehe, maksud saya, itu menandakan bahwa anda care dengan blog ini. Sama kayak saya yang mengkritik terus nih negara (yang hari ini katanya bakal ada demo besar-besaran ya?) karena saya care. Seperti yang Hale Berry pernah bilang: anda tidak berhak atas sebuah pujian, jika anda tidak mau dikritik.

Thursday, 28 January 2010
9:40 am

PS: Saya tetap cinta Indonesia, meskipun segala sesuatunya kadang berjalan tak tentu arah, berantakan dan bikin sakit kepala. Saya tetap cinta Indonesia, meskipun saya pernah diteriakin bukan Indonesia. Saya tetap cinta Indonesia meskipun orang-orangnya kadang enggak bisa saya mengerti. Dan menurut saya, cinta adalah meskipun, bukan karena.

4 komentar ajah:

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Postingan yang bagus, karena aku tahu persis gimana rasanya perasaan itu. Kayaknya aku juga berada di tempat yang sama. Lihat ke bawah, jangan2 kita pake sepatu yang sama! Makasih ya sudah menuliskan ini semua...

Temanku bilang kita tidak bisa hidup di dua negara. Kalau cinta, kenapa protes? Aku bilang, aku protes bukan karena aku tidak cinta. Aku cuman heran kenapa negara yang aku cintai ini merusak dirinya sendiri. Aku rasa kita punya bahan yang sama, kenapa kita tidak menghasilkan produk yang sama baiknya? Kita punya matahari dan air dan tanah, kenapa kita tidak punya taman dan bunga? Kenapa semua fasilitas umum di rusak, kenapa hukum milik orang kaya, kenapa orang merokok di tempat umum dan kenapa sampah menghiasi setiap inci permukaan bumi kita dan kenapa ada orang yang bisa beli bakso di eropa (gak ada ding ya) sementara lainnya bingung gimana cara dapat makanan besok.

Aku mikir cara berpikir di bentuk oleh keadaaan ekonomi dan keadaan ekonomi dibentuk oleh mental. Seperti lingkaran setan. Akhirnya aku berpikir untuk mulai dari aku sndiri. Taraf yang paling kecil. Aku berhenti mengomentari negaraku. Aku cuman berpikir, apa yang bisa aku lakukan, meskipun kecil dan tidak bisa dilihat dengan mata telanjang? Mungkin itu membuat kita merasa sedikit berdaya Jess, dan nggak terlalu frustrasi...

jc said...

Huhuhuhu.. jadi semakin terharu membaca comment-mu, Ria.. (ini pasti Ria! aku yakin!) Iyah, jadi semakin miris deh ngelihat orang-orangnya yang enggak bikin jadi tambah baik negara malah jadi tambah susah. Kalau ada orang-orang yang sudah benci dan antipati sama pemerintahnya, saya enggak. Saya kasihan sama pemerintahan negara ini. Semuanya kayak lingkaran setan. Pemerintah nggak bisa kerja sendiri. Presiden nggak bisa bekerja dengan baik kalau terus dicaci dan dimaki. Pejabat-pejabat juga enggak akan bisa bekerja dengan baik kalau terus-terusan mewarisi budaya korup dari predecessor mereka. Tapi yang namanya mencabut akar yang sudah menghunjam terlalu dalam memang susah. Butuh kerjasama yang baik dan kesatuan yang utuh. Aku blom frustasi kok, aku setuju dengan kata-kata Dahlan Iskan kalau Indonesia ini masih bisa lebih baik. Dan aku setuju denganmu, kita mulai dari kita sendiri, betul?

Anonymous said...

Apakah saya boleh menanggapi bahasan Anda? Karena saya hanyalah seorang gadis yang baru berusia 14 tahun, tetapi memiliki cinta dan anggapan yang sama dengan Anda mengenai Indonesia. Saya menyukai postingan Anda. Saya juga tengah mengalami krisis dimana saya tidak lagi seantusias dulu. Namun saya percaya saya masih cinta Indonesia dan masih berusaha mengembangkannya. Apalagi kini saya memiliki teman yang sepaham dengan saya, walaupun teman yang lainnya mnegerjai saya. Saya memiliki keyakinan bahwa suatu saat nanti Indonesia yang memiliki potensi besar ini akan menjadi mercusuar dunia yang turut mewarnai kepemimpinan di dunia dan dihargai negara-negara yang lain. Saya juga bangga karena ternyata masih banyak orang yang care dan cinta dengan Indonesia. Jika Anda tidak keberatan, saya berharap Anda sesekali miengontak e-mail saya di indonesia1945cinta@yahoo.com untuk sekedar membahas Indonesia. Saya percaya, dengan langkah kecil namun pasti, kita pasti bisa mencapai harapan besar demi masa depan RI! :)

jc said...

Halo Nona Anonymous.. Tentu saja nona boleh menanggapi tulisan saya, kan saya publish di blog hehehe. Saya senang sekali punya kenalan lagi yang se'penanggung'an dengan saya. Dan lebih senang lagi kalau seumur nona sudah memikirkan bangsa ini dengan betul-betul. Lebih banyak lagi yang seumuran dengan nona di luar sana lebih sibuk dengan facebook, belanja di mal dan cari pacar.
I will try to drop a message today to your email, hope we can make friends! ;) Ada nama kan? Hehehe..