Thursday, February 04, 2010

buku-buku dunia khayal saya

Pada suatu malam (bukan 'ku sendiri, tiada yang menemani', itu mah lagu), waktu saya lagi asyik baca The High Lord - Book 3 of The Black Magician Trilogy, hubby ngomong gini.

Hubby: Lho, kok sudah buku ketiga? Rasanya kapan hari baru buku pertama deh.
Saya: (dengan ekspresi cape deee) Hah? Yang buku kedua sudah selesai takbaca yo.

Hubby: Kok bisa sih kamu baca 2 buku setebal itu dalam waktu dua minggu?
Saya: Lah.. ba
gus ceritanya ini. Seru. Yang buku kedua kemarin cepet-cepet kukembalikan supaya bisa pinjam buku ketiga kok.
Hubby: Enak ya bisa seneng baca buku itu. Aku baca komik wae nggak lama terus tidur. (ceritanya curcol nihhh)

Habis ngomongin ini, saya sempet mikir. Saya bener-bener enggak bisa bayangin orang yang nggak suka baca itu gimana. Tapi enggak usah jauh-jauh nyari, ternyata hubby enggak suka baca. Dia berusaha untuk suka, tapi karena dari kecil dia sendiri enggak terbiasa membaca, itu kebawa sampe sekarang. Mungkin lebih tepat membaca itu memang minat atau hobby yah. Ini sama saja dengan seseorang yang jago maen piano dan suka banget sama musik enggak bisa bayangin orang-orang yang nggak bisa maen piano d
an nggak ngerti musik. Jadi intinya, kita mungkin enggak akan pernah bisa maksa orang untuk berminat atau tertarik pada sesuatu.

Dari kecil saya suka buku. Correction: saya suka buku tapi buku fiksi, jadi buku yang
enggak nyata ceritanya. Buku-buku non fiksi yang saya baca ya textbook semasa kuliah sebelum penjurusan. Setelah penjurusan, textbook saya justru novel-novel, puisi-puisi dan drama. Juz info, saya dari sastra inggris dan penjurusan yang saya ambil itu literature, bukan linguistic (saya putus asa sekali dengan bidang ini, IP saya sempat jeblok gara-gara mata kuliah wajib yang linguistic ini - curcol lagi deh..). Dulu saya suka sekali baca buku Lima Sekawan. Tokoh favorit saya tentu saja Georgina Kirrin alias George Kirrin, putri seorang ilmuwan (Quentin Kirrin) yang cerdas dan suka memotong rambutnya pendek-pendek supaya disangka laki-laki.

Selain buku Lima Sekawan, saya juga suka baca buku Little Women-nya Louissa May Alcott. Dan tokoh favorit dalam buku itu tentu saja si Jo. Anak perempuan tomboy yang enggak becus pakai rok, suka permainan-permainan yang membutuhkan energi, bisa berteman dengan siapa saja, agak ceroboh dan bermimpi untuk menjadi seorang penulis.

Buku ketiga yang dulu paling sering juga saya baca adalah buku-bukunya Laura Ingalls Wilder. Entah sudah berapa kali saya baca. Saya suka dengan tulisan perjalanan keluarga Ingalls. Dari tinggal di hutan, sampai tinggal di kota kecil dan bertemu dengan suaminya yang bernama Almanzo (cool name, i love it!). Dari keempat bersaudara perempuan itu, tentu saja saya paling suka dengan Laura yang kadang-kadang enggak nurut sama orang tuanya, selalu kepengen tahu terhadap sesuatu, dan bisa marah juga ngebales kalau diperlakukan tidak adil. "Setengah pint" adalah julukan Pa Ingalls pada Laura (dulu saya juga kepengen dipanggil "setengah pint" sama papi saya, tapi malah dibilang aneh karena kepanjangan). Beda dengan kakaknya si Mary yang lemah lembut, selalu taat pada orang tua, cantik dan bermata biru. Dan membaca bukunya Laura Ingalls ini bikin saya kepengen melakukan perjalanan juga dengan gerobak (gerobak? maksud saya yang kayak di gambar itu lho) dan kuda, kemudian punya rumah di padang rumput sehingga bisa main-main di sungai. Kenyataannya rumah saya di Pekalongan malah di tengah kota, dekat dengan pasar dan kali Loji yang kali-nya cokelat banget (percayalah, cokelatnya sama sekali tidak menggugah selera) sehingga tidak memungkinkan saya untuk bermain-main disitu.

Kesukaan saya dengan buku fiksi pernah ditanyakan oleh parttimer kantor saya si Rikes. Dia tanya kenapa saya lebih suka buku fiksi daripada buku non-fiksi yang lebih menjabarkan sebuah realita dan kenyataan yang ada di dunia ini. Saya sempat membela diri, karena itu berarti dia menuduh saya orang yang enggak hidup di dunia ini dan maunya yang enggak nyata-enggak nyata saja (sorry, kalau duit, tentu saja saya mau yang nyata, nggak ada yang mau terima duit nggak nyata soalnya). Kemudian setelah itu saya berpikir, saya enggak peduli deh, memang saya suka dengan buku fiksi. Hei, just info lagi, bukunya Laura Ingalls itu kisah nyata lho! Dan saya suka sekali. Tapi sebagian besar buku yang saya baca memang buku dunia khayal. Makanya saya tergila-gila dengan Harry Potter, Eragon dan The Black Magician. Buat saya, dunia khayalan lebih indah, lebih aneh, lebih absurd dan lebih tak terbatas dibanding dunia yang saya tinggali sekarang.

Saya senang saya bisa doyan membaca buku karena itu berarti jika saya sudah sumpek dengan dunia nyata, saya bisa lari sejenak ke dunia khayalan. Bagi banyak orang, buku boleh merupakan jendela dunia, tapi buat saya, buku adalah pintu kemana saja - pintu ke tempat-tempat yang ingin saya kunjungi biarpun hanya melalui benak.

Thursday, 4 February 2010
3:29 pm

PS: Tapi anehnya kok sampai sekarang saya belum pernah berhasil baca Alkitab sampai habis ya? Huhuhuhuhu... T_T (maaf saya kecilin ukuran font-nya, saya malu soalnya)

7 komentar ajah:

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Wah buku-bukumu itu memang melegenda. Percaya ato tidak, belum ada satupun yang aku baca. Sebaliknya, itu justru juga buku-buku favoritnya si Kristina. Kristina sering mengumpamakan kami seperti Mary dan Laura. Dia juga sering bilang tentang young girls-nya Ascott. Aku rasa meskipun tidak menghabiskan bertumpuk-tumpuk buku, pada dasarnya orang suka membaca. Ini sama dengan musik. Pada dasarnya, meskipun nggak fanatik pada aliran/band tertentu, nggak tahu bedanya drum ama kulintang, nggak ngertilagu apa dan saiap penyanyinya, kita pasti suka musik tertentu atau lagu tertentu. Mungkin gak sehebat musik. Tapi satu dua kali dalam hidupnya orang pasti pernah baca buku fiksi.

Aku tipe yang susah hidup tanpa buku. Bagi aku buku adalah teman, permadani terbang, guru, jendela,penina bobo, pemberat tas dan pengganjal pintu. Tapi aku cukup ngerti orang yang tidak suka buku. Mereka mungkin suka yang lain, tapi setidaknya sekali dalam hidupnya, taruhan deh, dia akan pernah bilang, "Ini buku yang aku suka," Entah kenapa.

jc said...

Melegenda? Aku malah baru tahu kalo dibilang melegenda heheheh... Kalau Kristina mengumpamakan kalian Mary dan Laura, kamu bagian jadi sapanya, Ya? Young Girls-nya Ascott itu sempat dibikin komik (tapi bukan yg serial cantik hehehe). Tapi yang aku baca itu versi aslinya. Suka banget, sampe bukune rusak terbelah-belah hahahaha.
Soal musik.. apa iya gitu? Ya mungkin yah, paling enggak walaupun satu tetep ada yang disuka. Kayaknya hubbyku itu enggak terlalu suka musik juga, enggak terlalu suka buku, tapi dia suka game dan teater dan punya feeling kuat dan interpretasi yang bagus kalau baca naskah. Jadi mungkin apa yg kamu bilang juga ada betulnya walaupun nggak bisa suka-suka banget. Dulu aku pengen banget punya hobi nonton sepak bola, tapi kenyataannya tiap kali nonton bola yang pemainnya ga ada yang ganteng, aku selalu ngantuk, jadi aku menyerah, hehehehe.

Fanda said...

Hai...baru sekarang semat kesini. Ternyata kita sama deh...sama2 suka buku! Menurutku itu karena kebiasaan juga. Dari kecil aku dah dikenalin ma buku, jadi ya biasa membaca. Kalo anak perempuan lain biasanya dikenalin ama boneka...bisa jadi apa ya kalo gede?? Suka bikin anak 'kali! hehehe...

Aku juga penggemar Lima Sekawan, dulu punya semua serialnya lengkap. Aku paling suka kalo pas mereka piknik. Perutku langsung kruyuk2 ngbayangin makanannya yang buanyaak dan kayaknya enak2 itu. Ini imajinasiku yg berlebihan apa ya, kok rasanya aku bisa merasakan tiap makanan itu di lidahku...

Anyway, baca fiksi itu juga perlu karena merangsang imajinasi kita, sehingga kita bisa berpikir out of the box. Setuju? Harus setuju!!

Anonymous said...

Hoi jes,beneran wes aku kayaE seneng buku2mu.ak dah bc smua kcuali black magician krn aku udh diblack list sama persewaan buku yg lengkap di deket kost.aku suka 5 sekawan tp ak lbh suka sm dick drpd george.little woman aku suka jo dan menyayangkan knp dia merit sm profesor tua,bukan sm laurie. O iya buku laura ingals aku seneng bgt.dulu pinjem di perpus sma bernard syg ga lengkap.smg gramed berbaik hati nyetak ulang bukunya jd ak bs beli.5 sekawan aja dicetak ulang ya.btw aku mary minus bagian dia jadi buta dan ria laura minus almanzo (blm ketemu sm manzo ni).knp?krn mary yg pgn jadi guru dan penulis tp akhrnya laura yg mencapainya.sementara di sini,aku pgn jd dokter or dosen tp akhrnya ria yg mencapainya.curcol ha3.ria,kw bnr2 gajah selalu ingat yo.kok bs msh inget buku2 yg aku suka

jc said...

@Fanda: Halo...!!! Wah senang sekali the famous Fanda mampir ke tempat sayaaaa.... ;)) *blink blink terharu* Iya, emang aku dari kecil udh dikenalin buku, mulai dari buku-bukunya enid blyton, sampe pop corn dan topeng kaca, terus majalah bobo, kemudian kawanku sampe.. lah keterusan.. hehehe.. sampe sekarang deh. Oyah, dulu benere aku suka boneka, tapi boneka dari kertas, tahu nggak? Yang bongkar pasang ada baju2nya, jadi aku suka bikin drama pake boneka2 kertas itu. Bikin cerita sendiri, dan naskah sendiri. ;) Dan aku sangat sangat sangat setuju kalo baca buku itu merangsang imaji kita dan berpikir out of box!! Hehehe.. hidup buku!!!

@Kristina: tumben kok Anonymous, Kris?? Hahahaha.. buku2 Laura Ingalls Wilder dicetak ulang kok, aku pernah liat di Gramedia. Cuma aku tetep suka punya yang lama yang di PEkalongan biarpun warna halamane udh kuning dan kalo dikasari sitik wes suwek hehehehe. Jyahhh.. silahkan curcol curcolll.. hehehehe.. be my guest!! Aku senang banyak sekali kawan2ku yang suka dengan buku2 itu.. *mulai lebay!*

Surti said...

Hi jes..sama, my hubby doesn't like to read too :))..anyway, coba baca yg little women kok gak gitu menarik ya? ketebelan? gak jg deh, soalnya harry potter jg tebel tp abis di baca tuh hahahha

jc said...

@c'Surti: Little Women bagian yg kedua emg ga semenarik yang bagian pertama cie.. seperti kata temenku, aku juga menyayangkan si Jo malah sama professor tua itu bukannya sama Laurie, tapi begitulah cerita.. justru kalo predictable jadi ga seru hehehe...