Wednesday, February 17, 2010

kodrat perempuan

Ada waktu-waktu dimana saya enggak terima akan banyak hal yang seolah-olah membatasi gerak perempuan. Ini belum termasuk yang soal rebonding dan larangan tukang ojek perempuan ya. Dulu saya pernah protes sama papi saya karena alasannya yang enggak banget waktu saya minta sepeda motor dan ditolak, sementara adek saya disetujui. Alasan yang enggak banget itu adalah: "Soalnya kamu cewek." Lah apa hubungannya? Terus, tengok saja iklan-iklan yang sering nongol di televisi. Jika mereka bicara untuk produk dapur, maka peran utama dari iklan tersebut adalah seorang perempuan, atau kebanyakan seorang ibu, baik dengan satu anak maupun dua anak (tidak pernah lebih, mungkin karena mengikuti program pemerintah? ^^). Pernah juga saya membaca artikel-artikel yang barangkali bermaksud untuk bicara tentang emansipasi perempuan, tapi ujung-ujungnya sering mengatakan: jangan lupa kodratmu sebagai perempuan. Ini masih ditambah dengan budaya patrialineal yang seolah-olah memberikan aturan-aturan khusus bagi perempuan yang kemudian diberikan label kodrat. Lebih menyedihkan lagi, ketika membaca artikel-artikel dan forum-forum diskusi yang membicarakan tentang emansipasi perempuan, kebanyakan mereka berpendapat bahwa kodrat perempuan tidak jauh-jauh dari memasak, bersih-bersih rumah, mengurus anak-anak dan melayani suami. Bahkan kadang-kadang ada pendapat yang bikin kening saya berkerut karena mereka menganggap menjadi ibu rumah tangga jauh lebih terhormat daripada wanita karir yang dianggap kurang becus mengurus rumah dan keluarganya. Tell you what, ibu rumah tangga dan wanita karir sama terhormatnya. Saya juga akan mengatakan bahwa menjadi petani sama terhormatnya dengan menjadi dokter atau presiden.

Tapi yang sebenarnya, apa sih kodrat itu? Saya sebenarnya tahu, tapi tidak sadar, bahwa apa yang sudah ngendon di kepala saya, kodrat adalah kewajiban. Padahal itu dua hal yang sangat-sangat berbeda. Kewajiban bicara tentang tugas-tugas yang harus dilakukan, sementara kodrat a
dalah yang sudah ada sejak lahir dan enggak bisa diubah. Maka, jika ditarik dari definisi tersebut, kodrat perempuan hanya ada empat biji, yaitu: menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Keempat-empatnya hanya bisa dilakukan oleh perempuan. Jika pembaca sampai pernah mendengar seorang pria hamil, either itu hanya film fiktif saja atau pria hamil itu 'dulunya' juga perempuan. Selama ini yang digembar-gemborkan oleh masyarakat Indonesia (saya tinggal di Indonesia, remember?) justru berlebihan sekali. Makanya tidak heran jika kebanyakan laki-laki Indonesia terkadang merasa malu jika berbelanja sendiri di supermarket, atau menjaga anak di rumah, atau ikutan mengurus rumah (maaf ya buat pembaca laki-laki yang mungkin enggak seperti yang saya sebutin, makanya saya bilang 'kebanyakan'). Saya bangga sekali karena hubby sama sekali tidak keberatan dengan belanja sendiri di supermarket (dia bilang malah bisa lebih hemat ^^), dia tidak malu menjaga anak kami di rumah (saya pernah meninggalkan hubby dan anak selama empat hari tanpa pembantu) dan juga membantu saya bersih-bersih pada waktu-waktu kami tidak menggunakan jasa pembantu. Ia bahkan kadang-kadang memasak untuk kami (hubby lebih pinter masak daripada saya hehehe).

Saya setuju kalau mungkin emansipasi perempuan sering disalahartikan oleh para perempuan Indonesia. Emansipasi bicara tentang hak, bukan tentang kodrat. Ibu RA Kartini (yang harum baunya, eh namanya) itu bukan bicara tentang kodrat, ia berusaha keluar dari aturan-aturan yang pada waktu itu terlalu membatasi hak-hak perempuan untuk maju dan berkembang. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, hak untuk membuat keputusan, hak untuk memilih. Itu semua sah-sah saja, karena pada beberapa aspek, laki-laki lebih diprioritaskan ketimbang perempuan. Paling tidak, menerima pegawai laki-laki, perusahaan tidak perlu repot-repot memikirkan hak untuk cuti hamil dan melahirkan. Belum lagi saya pernah mendengar ada seorang perempuan yang melayangkan protesnya pada perusahaan dimana dia bekerja lewat sebuah radio. Dia bilang pegawai perempuan di perusahaan itu tidak mendapatkan hak libur menstruasi. Uhm, hello.. gimana perempuan mau maju kalau lagi dapet aja minta libur? Gimana perempuan enggak terus dipandang sebelah mata kalau melulu minta privilege ini dan itu atas nama 'perempuan'?

Sebenarnya kalau dipikir-pikir perempuan itu jauh lebih kuat ketimbang laki-laki. Saya bukannya meremehkan laki-laki, karena saya tidak bicara tentang tenaga yang notabene laki-laki lebih bisa mengangkat lemari ketimbang perempuan kurus seperti saya. Saya bicara soal mental. Pada sebuah statistik di Cina, dikatakan bahwa sebanyak kira-kira 80% perempuan tidak akan menikah lagi jika ditinggal mati oleh suaminya dan sebanyak kira-kira 90% pria akan menikah lagi jika ditinggal mati oleh istrinya. Saya tidak tahu bagaimana cara pengambilan samplingnya tapi barangkali memang begitu adanya. Paling tidak, perempuan sudah biasa menahan sakit. Ingat, kodrat perempuan adalah menstruasi (saya selalu migrain berat kalau lagi mau dapet, teman saya malah ada yang nggak bisa bangun dari tempat tidur), hamil (sembilan bulan membawa-bawa 'barang' di perut itu butuh kekuatan tersendiri, itu belum tubuh yang harus menyesuaikan dengan kehadiran si kecil), melahirkan (entah itu melahirkan normal maupun cesar, semua punya kesakitan masing-masing), dan menyusui (bisa dibayangkan jika si bayi tumbuh gigi dan masih menyusui?).

Semuanya ini mengingatkan saya pada sebuah lelucon. Begini bunyinya.

Suatu hari Adam bertanya pada Tuhan. "Tuhan, mengapa kau ciptakan seorang perempuan itu begitu cantik sekaligus bodoh?" Kemudian Tuhan menjawab, "Aku menciptakan perempuan begitu cantik, supaya kamu mau dengan dia." Adam kembali berkilah, "Tapi mengapa Kau ciptakan dia begitu bodoh juga, Tuhan?" Tuhan tersenyum dan menjawab, "Memang dia Kuciptakan sedikit bodoh, supaya dia mau sama kamu."

Gubrak.

Intinya sih, perempuan (baik sebagai anak, istri, ibu, nenek) punya hak dan kewajiban masing-masing. Itu yang harus dilakukan. Sementara kodrat tidak bisa dihindari, dan oleh karena itu perempuan memiliki tempat khusus tersendiri di hati laki-laki dan di hati Tuhan.

Wednesday, 17 February 2010
4:02 pm

PS: Foto seorang laki-laki yang hamil itu diambil dari sini

8 komentar ajah:

fanny said...

setujuu.paling sebel kalo selalu bilang kodratmu tuh menikah. emang kalo gak menikah kenapa? nyalahin kodrat? duuh, bete deh. ups, jadi esmosi nih. hehehe...

wah, hubbynya baik sekali tuh. andai semua hubby spt itu ya?

Fanda said...

waah..komennya keduluan diambil si Fanny. Idem sama soulmate-ku itu deh! Meski diciptakan berbeda, tapi kurasa Tuhan ga pernah membedakan pria dan wanita kok dalam hal kesempatan meraih mimpi dalam hidup. Jadi...santai ajaaa...

jc said...

@Fanny: nah itu dia.. karena kebanyakan mereka ga terlalu tahu arti kodrat itu apa. Kalau ada yg ngomong gitu lagi sodorin kamus bahasa indonesia aja, Fan.. atau disuruh tanya Nyonya Wiki ;) Iya, saya beruntung ya? Semoga hubby saya juga merasa beruntung dapet saya hahaha ^^

@Fanda: Betul sekaliiiiii..!!!! ^^

Ester Agustina said...

aku cuka blog-mu ce....^^

disti said...

setuju tentang hak cuti, kadang heran d klo ada yg ngomongin ttg itu, bahasa gaulnya,'please deh' dan 'capek deh'... :D

bukannya ga setuju ttg cuti2 tersebut, tp tentu saja produktifitas orang yang sebulan cuti 2 hari (diluar hak cuti yg sudah 12 hari setaon) ama yg ga cuti kan pasti beda kan...

memang ga banyak cowok yang kaya gitu, dan aku sama beruntungnya ma kamu karena punya suami yang tidak segan2 mengambil sapu, pel, setrika, dan pekerjaan2 yang dibilang 'pekerjaan' wanita itu....

duh kok jadi panjang.... :P

jc said...

@Ester: Hah? Cuka? Ester.. ini blog, bukan bakso.. hahahaha.. makasi yaaa.. ayo kamu bikin blog, pasti aku follow!

@Disti: Senengnya dapet comment dari Distii... iya Dis.. kita mah cewek2 beruntung yaahhh... biarpun kadang-kadang para hubby ini bikin sebel, tapi mereka punya kelebihan tersendiri, ya kan? ;)

Linda said...

kebanyakan perempuan memang lebih cepat beradaptasi dengan keadaan yang penuh tekanan & survive dengan keadaan itu. Fakta yang jelas adalah sperti yang kak jessie sampaikan di blog, ada survey yang mengatakan (bahkan yang aq jg lihat sendiri), kebanyakan perempuan tidak akan menikah lagi jika ditinggal mati oleh suaminya, sebaliknya kebanyakan pria akan menikah lagi jika ditinggal mati oleh istrinya.

Btw.. joke tentang ketika Adam berkilah itu.. Jadi iseng ngebayangin eskpresinya Adam, pasti saat itu terbengong2 plus shock, setelah mendengar jawaban Tuhan yang terakhir (hihi ^^)

jc said...

@Linda: waktu aku pertama kali denger joke itu aku ketawa ga brenti tapi ada satu temenku cowok langsung cemberut hahahaha. Tapi terus aku mikir, sialan berarti aku bodoh donggg hehehee