Perkara terlalu memikirkan apa kata orang ini sering sekali dikeluhkan oleh teman-teman saya di dunia maya maupun dunia nyata. Bahkan ada yang terang-terangan mengeluh kalau ternyata susah banget menyenangkan hati semua orang. Dan kepadanya saya bilang, enggak akan pernah seumur hidup kita, kita bakal bisa menyenangkan hati semua orang. Selalu akan ada saja orang yang tidak setuju sama kita. Saya nggak bisa ngebayangin kalau saya terus berusaha untuk menyenangkan hati semua orang maka saya akan menjadi orang yang paling tidak menyenangkan di seluruh dunia. Saya jadi orang paling plin-plan sedunia. Dan saya akan terus membohongi diri saya terus menerus demi supaya orang lain bisa senang sama saya. Padahal rumus kehidupan dimana-mana sebenarnya sama: jadilah dirimu sendiri dan jujurlah pada dirimu sendiri, karena orang lain justru enggak akan pernah percaya pada saya kalau saya enggak jujur pada diri saya sendiri. Di lain waktu ada yang pernah berharap bisa membaca pikiran orang lain, dan lagi-lagi kepadanya saya ngomong, percayalah kadang-kadang ketidaktahuan merupakan sumber kebahagiaan manusia.
Menjadi diri sendiri di tanah air Indonesia yang saya cintai ini saya sadari penuh menjadi pergumulan tersendiri. Terkadang susah sekali menolak sesuatu yang sudah jelas-jelas tidak sesuai dengan pendapat saya hanya karena sungkan. Sungkan karena yang diajak bicara itu jauh lebih tua dari saya. Sungkan karena yang diajak bicara itu atasan saya. Sungkan karena takut menyakiti hati yang diajak bicara. Kenyataannya saya sering menemukan jauh lebih mudah untuk bilang setuju walau hati bilang sebaliknya hanya supaya orang itu tetap menyukai saya. Coba bayangkan, kamu enggak suka dengan seseorang dan suatu hari kamu harus ketemu dengan dia dan dia mengajak kamu pergi. Kira-kira apa yang bakal kamu lakukan? Sungkan menolak supaya dia enggak tahu kalau kamu enggak suka dengan dia atau bagaimana? Asal tahu aja, untuk perkara seperti ini, saya sering menolak dengan berbagai macam alasan jika saya merasa tidak nyaman pergi dengan seseorang. Dan entah bagaimana kejujuran sering dianggap sama dengan 'galak' atau 'unpleasant character'. Saya bisa bersikap ramah dengan orang yang enggak saya sukai dan saya enggak akan pernah stab dia dari belakang tapi untuk bekerjasama dan berkata setuju padahal di hati berkata tidak? I dont think so.
Sudahlah, apapun kata orang, enggak akan ada habisnya. Seperti kata iklan di tipi itu, waktu belum menikah ditanya "kapan kawin?", terus waktu sudah menikah ditanya lagi "udah isi belum?", nanti kalau sudah punya anak satu kayak saya tetep ditanya lagi "kapan nih adiknya?" Ngikutin kata orang enggak pernah ada habisnya. Jadi kalau saya sih jika sudah melewati garis batas privasi saya, saya akan bilang ke mereka, "Sori, lu udah ngelewati bates, silahkan mundur beberapa langkah...."
Jadi... berdoa... MULAI!
Monday, 2 August 2010
1:51 pm