Tuesday, July 20, 2010

fals!

Punya orang tua yang hidupnya enggak jauh-jauh dari main musik dan ikutan paduan suara di gereja bikin masa kecil saya juga enggak jauh-jauh dari dua hal itu. Karena dari kecil saya ikutan paduan suara, saya sering sekali mengolok-olok sepupu saya yang suaranya kebetulan fals. Olok-olokannya sih biasanya terjadi kalau sepupu saya mulai nyanyi kemudian saya akan teriak-teriak, "Weekk.. fals.. fals...." Dan saya enggak ingat kenapa kok saya se-nasty itu sama sepupu saya, sampai-sampai mamanya sepupu saya itu bilang gini sama saya, "Nanti dia nggak mau ikutan paduan suara lho kamu bilang fals fals terus." Tapi itu enggak menghentikan saya untuk terus menggoda sepupu saya tiap kali nyanyi. Alhasil, saya enggak ingat, kapan dia terakhir nyanyi di depan saya.

Percaya nggak percaya, hukum karma terjadi sama saya gara-gara olok-olok saya terhadap sepupu saya itu. Dan hukum karmanya terjadi bertahun-tahun kemudian saat dia pindah ke Bandung dan saya pindah ke Surabaya. Memang jauh, tapi seperti kata Andrea Hirata, langit menyimpan ejekan-ejekan saya untuk ditumpahkannya kembali keatas kepala saya.


Di Surabaya saya masih ikutan paduan suara. Kata pelatih saya masuk soprano 1. Belum terlalu lama ikutan, saya diajak teman-teman pemuda masuk teater gereja dan saya merasakan sesuatu yang beda. Saya merasa itu dunia saya sebenarnya. Ketika ikutan paduan suara dan belajar musik, saya merasa saya ikutan itu semua karena orang tua saya. Papi dan mami saya asing dengan dunia teater. Dan semangat saya, meskipun tidak pernah ikutan teater sebelumnya, seperti minyak yang dilempari korek api yang menyala. Yang kemudian menyebabkan saya undur dari paduan suara. Perhatian. Undur dari paduan suara tidak menyebabkan saya berpendapat suara saya jelek atau fals. Suara saya lumayan lah. Tetap masuk soprano 1 gitu lho. Saya merasa saya mampu jadi singer, merasa yakin kalau saya bisa jadi pemandu pujian. Tapi yang namanya keyakinan bisa runtuh hanya karena ada orang-orang yang tidak berpendapat sama dengan saya.

"Cece suaranya kurang pas."

"Haduh, kamu mau nyanyi? Jemaatnya pada lari, Jes."

Itu kalau di gereja.


"Ampun, ce, ampun.. jangan nyanyi lagi." >> pas lagi nyoba nyanyi lagunya KLA Project: Yogyakarta

"Lha lagunya kok jadi kayak gitu?" >> pas lagi nyoba nyanyi lagunya Evanescence: Bring Me to Life

Ini di tempat karaokean.


Karena beberapa kali dibilang suara saya fals, nggak cuma jemaat yang bakal pulang tapi tikus yang ngendon di tempat tersembunyi dalam gereja pun bisa lari terbirit-birit, maka itu menyebabkan suatu perubahan keyakinan dalam diri saya. Iya, saya berpindah keyakinan dari
bisa nyanyi jadi nggak bisa nyanyi. Hingga sampai sekarang saya enggak pernah mau lagi ikutan paduan suara. Saya enggak mau berhubungan dengan yang nyanyi-nyanyi lagi. Dan saya cuma akan pergi ke tempat karaokean sama hubby aja, karena dia masih menganggap suara saya masih jauh lebih lumayan dari suara dia. Meskipun terkadang saya masih diminta untuk jadi MC di kebaktian, saya selalu minta singer yang vokalnya cukup kuat untuk mengimbangi saya, karena bisa dipastikan saya enggak akan banyak nyanyi. Mungkin ini juga yang dirasain sama sepupu saya itu.

Perpindahan keyakinan dari
merasa bisa jadi merasa tidak bisa itu tidak segera saya sadari bahwa mungkin ini pembalasan dari olok-olok saya ke sepupu waktu kecil. Barangkali waktu itu sepupu saya juga capek hati dan berdoa, "Tuhan, semoga suara dia juga fals!" yang kemudian jadi penyebab suara saya yang berubah jadi fals. Jadi dulu sebenarnya nggak fals, tapi karena sepupu saya doa seperti itu maka suara saya jadi fals. Yak.. kembali lagi mencari kambing hitam untuk dikebiri. Pantes sudah nggak ada lagi kambing hitam. Memang harus dilestarikan spesies itu. Lebih mudah memang menunjuk kesalahan orang lain daripada kesalahan diri sendiri. Jadi benar lah kata pepatah itu bahwa kuman di seberang lautan tampak tapi balok di kepala sendiri tak tampak. Dan butuh orang lain dengan perlakuan sama yang saya berikan untuk menyadarkan saya bahwa saya juga enggak bagus-bagus amat dan sama sekali enggak layak untuk menilai orang lain. It's like a big slap on my cheek.

Barangkali saya merasa saya cukup bagus di teater sekarang. Saya bisa nulis, saya bisa akting,
hell, lihatlah keatas, lihat sekeliling. Lihatlah bahwa ketika saya merasa puas maka saya akan berhenti belajar. Saya akan berhenti berusaha. Dan saya akan langsung menuding orang lain jelek. Saya tidak mau. Saya suka menulis, dan saya enggak merasa tulisan saya bagus. Terkadang saya merasa naskah saya enggak layak untuk dipentaskan. Terlalu membosankan. Terlalu aneh. Terlalu mengkhayal. Terlalu absurd. Saya mungkin enggak akan pernah kembali ke kelompok paduan suara. Tapi barangkali sekarang alasannya bukan karena saya merasa suara saya fals, tapi lebih pada untuk mengingatkan saya bahwa saya pernah suatu waktu berdiri dan menatap orang lain dengan keangkuhan tiada rupa dan mengeluarkan kata-kata tak senonoh macam, "Kamu enggak bisa! Suara kamu fals!"

Saya enggak marah dengan orang-orang yang sudah bilang suara saya fals dan bikin tikus gereja lari terbirit-birit atau kecoa dapur langsung pingsan. Terima kasih karena sudah bikin saya sadar bahwa tidak hanya gengsi saja yang letaknya di pantat, tapi juga kecongkakan dan keangkuhan. Dan setelah dipantatin, bisa dibuang jauh-jauh supaya tidak berani kembali dekat-dekat.


Tuesday, 20 July 2010
9:49 pm

PS: Gambar diambil dari sini

6 komentar ajah:

wongmuntilan said...

Hehehe... hukum karma ya??? Tapi saya yakin, kalau dulu kamu bisa nyanyi, sampe kapanpun tetap bisa kok. Mungkin jenis lagunya yang kurang sesuai. Coba Nessun Dorma yang dinyanyiin Paul Potts di British Got Talent ^^

ais ariani said...

paling suka pas bagian :

Lihatlah bahwa ketika saya merasa puas maka saya akan berhenti belajar. Saya akan berhenti berusaha.

*soalnya ikut merasa seperti itu juga. seperti : eh .. aku juga loh kaya gitu. Padahal itu gak baik yah? hehehehehe...

salam kenal mbak
:)

~ jessie ~ said...

Santhy, aku bahkan nggak pernah dengar lagu Nessun Dorma. Tapi kalo menilik dari suara Paul Potts, baiklah, mungkin aku nggak perlu tahu nggak papa heheheeh. Aku nyanyi lagunya project pop ajah. ;)

Melinda said...

Hahahahaaa... masa jes km skg ga bs nyanyi?

tp sek mending lah drpd aku, whahahah....

at least, km sek isa teater n nulis toh :) Jia yo! *paan seh?*

~ jessie ~ said...

Halo,mbak Ariani.. salam kenal juga yaaa.. mari kita sama2 terus belajar! ;)

Woi, Meeeiii.. aku bisa nyanyi yoooo.. kalo kamu tahan seruangan denganku pas aku nyanyi wkakakaka. Ehhhh.. tapi ada sesuatu yang kamu bisa dan aku nggak bisa, kamu SELALU rapi!! Hueeee.. gimana sihhhh caranya biar rapi ituuuu... T_T

Ariyanto S. said...

Fiuhh... untung i nggak bisa nyanyi :p