Monday, December 05, 2011

tentang cinderella

Ada yang salah pada dongeng Cinderella. Bahwa sesungguhnya barangkali si ibu tiri dan kakak-kakak tiri Cinderella itu tidak jahat. Karena jika demikian, mengapa ayah Cinderella mau-mau saja mengawini sang ibu tiri jika ia memang jahat? Pria bukanlah makhluk yang bodoh. Jika kau melihat pria sebagai makhluk bodoh, maka aku sarankan, sebaiknya berhentilah kau menontoni sinetron-sinetron busuk itu – yang dengan senang hati mempertunjukkan para pria yang sepertinya tidak punya otak dan yang isi kepalanya cuma air mata saja. Berhenti. Pria di dunia nyata tidak setolol mereka.

Dengarkan aku, barangkali apa yang akan aku ceritakan ini tidak bikin enak kuping. Tapi ini yang sesungguhnya terjadi. Sesuatu yang sesungguhnya terjadi namun kurang sensasional memang tidak terlalu menarik, bukan? Sesuatu yang sesungguhnya terjadi namun pemeran utama di dalamnya kurang rupawan juga tidak menarik hati bukan? Tapi biar bagaimanapun, kebenaran tetap kebenaran, walaupun yang sudah telanjur menyebar beritanya bukanlah yang benar.

Jadi begini.

Kau tahu, selama ini dunia diberitahu bahwa Cinderella adalah perempuan rupawan yang ditinggal mati oleh ibunya yang baik hati dan dermawan. Yang sesungguhnya terjadi ibunya Cinderella mati bukan karena sakit, tetapi karena ia terlalu banyak minum alkohol. Ia sering pergi ke tempat-tempat untuk minum minuman keras sambil memamerkan anaknya yang cantik jelita bernama Cinderella itu. Sedari kecil, Cinderella terus-menerus diberitahu oleh ibunya bahwa ia akan tumbuh jadi perempuan yang cantik dan rupawan. Dan perempuan yang cantik dan rupawan selalu punya tempat tersendiri di bumi manusia ini. Mereka yang cantik dan rupawan tidak perlu khawatir akan hidup susah. Tidak perlu khawatir akan hidup menderita. Dunia akan selalu memihak mereka yang cantik dan rupawan. Biarlah yang perlu khawatir akan hidup susah dan menderita adalah mereka yang berburuk rupa atau yang diberi wajah biasa-biasa saja. Mereka yang akan merasakan betapa hidup ini tidak adil adanya. Biar mereka saja. Karena itulah Cinderella tidak pernah khawatir akan hidupnya. Ia tahu ia cantik, dan ia akan menikah dengan pria kaya yang tampan kemudian hidup bahagia selamanya.

Sebab itulah Cinderella benci betul dengan perempuan yang dikawini ayahnya setelah ibunya meninggal. Ia juga benci dengan kakak-kakak tirinya. Ia tidak mengerti kenapa perempuan tidak rupawan itu dikawini oleh ayahnya. Ibunya jauh lebih cantik dari ibu tirinya. Tiap kali ia mematut-matutkan diri di depan cermin, ia selalu tertawa terbahak-bahak membayangkan kakak-kakak tirinya. Dipandang dari segi mana pun, dilihat dari ujung bumi mana pun, ia tetap yang paling cantik diantara semuanya.

Tapi Cinderella tak hanya benci pada ibu dan saudara-saudara tirinya karena mereka buruk rupa. Ia benci karena ibu barunya suka mengatur kapan ia harus belajar untuk sekolahnya. Jam pulang rumah yang tidak boleh terlalu malam. Ibu barunya juga selalu ingin tahu ke mana ia pergi dan bersama dengan siapa. Padahal dulu dengan ibunya, tidak pernah ia diberitahu ini dan itu, kapan pulang dan ke mana ia pergi, juga dengan siapa. Ia bisa pulang dan pergi seenaknya sendiri. Bukankah sudah biasa jika gadis cantik sering diajak kencan oleh teman-teman prianya? Kan bukan urusannya kalau tak ada laki-laki yang sudi mengajak kakak-kakak tirinya yang rupanya biasa-biasa saja itu? Yang lebih senang mendekam di kamar, tekun belajar demi hari esok yang lebih cerah untuk mereka? Ia sudah tahu kalau hari esoknya akan cerah, jauh lebih cerah dari kakak-kakak tirinya. Privilege yang ia dapat dari wajah cantiknya.

Sampai suatu ketika, Cinderella pulang dari diskotik dalam keadaan mabuk, digotong oleh dua teman prianya yang juga hampir sama mabuknya. Meledaklah amarah ibu tirinya. Dihukumnya ia membersihkan gudang bawah tanah yang kotor, kumuh dan berbau tak sedap itu. Ia menangis tersedu-sedu, melolong keras-keras sehingga tetangga yang mendengarkan lolongannya yang menyayat hati itu ikut memohon pada sang ibu tiri untuk mengeluarkan Cinderella dari gudang bawah tanah. Namun sang ibu tiri tetap bersikeras bahwa Cinderella harus dihukum. Kakak-kakak tirinya yang juga mendengar sedu-sedan Cinderella pun ikut tergerak hatinya dan memohon pada ibu mereka untuk mengeluarkan Cinderella dari gudang bawah tanah. Sang ibu tiri pun akhirnya luluh dan mengeluarkan gadis itu dari gudang bawah tanah. Namun hukuman tetap berlaku bagi mereka yang melanggar, katanya. Karena itu sebagai gantinya, Cinderella tidak boleh menghadiri pesta yang diadakan oleh pangeran negeri itu.

Cinderella kembali melolong-lolong. Diobrak-abriknya seisi rumah. Ia mengamuk. Dan karena ia mengamuk, dengan sangat terpaksa sang ibu tiri memasukkan kembali ia ke gudang bawah tanah. Tersedu sedan lagi lah Cinderella di situ. Dan, Kawan, sudah kubilang bahwa hidup lebih sering tidak ada adil. Siapa yang bisa tahan melihat wajah cantiknya itu bersedih? Matanya yang indah itu meneteskan air mata? Bibirnya yang ranum itu melolong-lolong minta tolong? Siapa yang bisa tahan? Sudah juga kubilang, bahwa dunia ini selalu berpihak pada mereka yang cantik dan menawan biarpun kosong otaknya dan tak berperasaan hatinya. Karena itu ibu peri datang, menolong Cinderella yang cantik lagi rupawan ini untuk pergi ke pesta pangeran. Diberinya Cinderella gaun yang indah dan sepatu kaca yang legendaris itu. Didandaninya pula gadis itu agar layak datang ke pesta kerajaan. Terakhir, diubahnya labu menjadi kereta kencana, dan dua tikus kotor di gudang itu menjadi kusir dan pelayannya. Ahhh…, kecantikan rupa selalu dapat meluluhkan hati siapa saja, termasuk hati ibu peri yang seharusnya menolong mereka yang lebih susah walaupun rupa mereka biasa-biasa saja.

Jadi jangan kaget kalau pada akhirnya Cinderella dengan sepatu kacanya yang legendaris, dipinjami khusus oleh ibu peri kemudian yang dipilih oleh pangeran untuk dinikahinya. Jangan kaget kalau tak ada seorang pun yang tahu bahwa Cinderella menertawakan kakak-kakak tirinya habis-habisan karena kaki mereka yang besar-besar itu tidak cukup untuk masuk dalam sepatu kaca itu. Takkan ada pernah kau baca yang seperti ini di buku mana pun. Memang betul apa kata ibunya, bahwa perempuan cantik tidak perlu berusaha terlalu keras untuk mendapatkan sesuatu. Kecantikan mereka adalah anugerah yang tidak boleh disia-siakan. Semuanya menjadi tidak penting kalau kau sudah diberi wajah yang rupawan. Karena pada akhirnya, seperti kisah Cinderella, ia hidup bahagia dengan pangeran selamanya. Dan dongeng itu ditutup dengan tepuk tangan dari anak-anak kecil. Yang memihak pada Cinderella dan ibu peri serta pangeran yang buta dengan kecantikan Cinderella. Anak-anak perempuan akan bermimpi menjadi Cinderella dan jika pada akhirnya mereka menyadari bahwa mereka tak serupawan Cinderella, mereka akan frustasi dan mengasihani diri sendiri. Maka kukatakan, kasihan sekali.

Begitulah ingin kuceritakan padamu, perempuan (dan juga laki-laki). Dunia ini memang bangsat. Hidup  ini tak adil. Barangkali kau tak serupawan Cinderella, namun saranku, teruslah berusaha tanpa terlalu peduli apa kata orang mengenai penampilanmu. Tutuplah kupingmu, biarpun sekeras apa pun kau berdandan, orang akan selalu menganggap kau tidak cantik. Kau tidak rupawan. Kau adalah kakak tiri dari Cinderella. Namun Cinderella akan bertambah tua, kecantikannya lama kelamaan akan luntur. Sedangkan usahamu akan terus membuahkan hasil. Hingga suatu saat nanti, dunia ini akan berpendapat isi kepala dan isi hati lebih penting daripada apa yang hanya bisa dilihat oleh mata. Dan kau pun jadi paham bahwa tak masalah hidup tanpa pangeran karena kau punya sesuatu yang lebih bisa kau andalkan. Dirimu sendiri.

Tunggu saja.


Monday, 5 December 2011
10:27 am

modified on Saturday, 5 February 2022
08:52 pm

PS: gambar diambil dari sini

5 komentar ajah:

efahmi said...

huaaa... cerita cinderella yang nggak biasa, ha!

~ jessie ~ said...

Halooo.. Fahmiii.... hehehehe thanks for dropping by! ;)

Ika Devita Susanti said...

wes ce wes ce, takk kasi buat cece wes.... ayo monggo diposting seven things nyaaaa..... huhauhauhuahuahuahuahuha

Petter Sandjaya said...

wah, ceritanya bagus banget. it looks like a true story...

~ jessie ~ said...

@Ika: ah telat ah... *lha aku comment-e juga telat huehehehe*

@Cendol & Bata aka Petter: it doesnt look like a true story, it is a true story. ;P *teuteup*