Tuesday, January 10, 2012

warung kopi di pinggir jalan


Tahukah, kawan, ada yang salah dengan warung kopi di pinggir jalan itu. Bukan. Bukan letaknya yang di pinggir jalan yang salah. Juga bukan apa yang disediakan yang salah. Tidak pernah ada yang salah pada secangkir kopi. Kesalahan selalu ada pada keputusan peminum. Walaupun tak semua peminum kopi itu salah. Warung kopi itu selalu bikin hati perempuan itu tak tenang tiap kali ia lewat. Ia selalu merasa tak enak hati dan sering mengumpat perlahan tiap kali ujung matanya menemukan warung kopi itu. Seolah-olah keberadaannya itu betul-betul sudah mengganggu hidupnya.

Dan tahukah, kawan, warung kopi itu sudah bikin ia berdosa karena cemburu. Ia cemburu karena disana hanya ia temukan makhluk paling arogan sedunia yang bernama laki-laki. Tidak ada perempuan disana. Semuanya laki-laki. Seolah-olah disana tidak ada jenis kelamin lain. Mereka menyeruput kopi perlahan-lahan sambil mengepulkan asap rokok. Dan selagi asap rokok beredar diatas kepala, mulut mereka komat-kamit - bergosip satu dengan yang lain. Siapa bilang hanya perempuan yang bergosip? Laki-laki pun demikian. Tidak cukup hanya itu, ada papan-papan catur yang siap kapanpun untuk dipakai oleh pengunjung. Tentu saja laki-laki lawan laki-laki. Jarang kau akan temukan laki-laki lawan perempuan di ajang pertarungan catur di sebuah warung kopi pinggir jalan. Laki-laki lawan perempuan hanya akan kau temukan di atas ranjang bergoyang yang berderit-derit. Begitulah yang kau akan temukan dalam sebuah warung kopi di pinggir jalan yang ia benci itu. Pada pagi hari.

Tahukah kawan, warung kopi itu menunjukkan pada dunia bahwa laki-laki selalu punya waktu untuk diri mereka. Tidak peduli apakah mereka masih sekolah, jomblo, berpacaran, duda, dan yang menikah sekali pun.

Tapi, kawan, cobalah tengok tak berapa jauh dari warung kopi itu. Disana ada pasar. Ribut dan kumuh seperti kandang ayam yang tidak pernah dibersihkan. Di pasar itu niscaya kau akan tahu bahwa hidup seringkali memang tidak adil adanya. Perempuan-perempuan tercecer disana, tua, muda, setengah baya dan kebanyakan tangan kanan mereka menggendong bayi, tangan kiri menggandeng anaknya yang sulung sekaligus plastik berisikan belanjaan hari itu.

Ia benci warung kopi di pinggir jalan itu. Namun ia juga tak kalah bencinya dengan pasar yang tak jauh dari warung kopi tadi. Setengah mati ia berharap warung kopi itu roboh dan diganti dengan sesuatu dimana perempuan-perempuan dapat berkumpul santai di pagi hari tanpa merasa bersalah dan tak jauh dari situ ada pasar dimana makhluk arogan bernama laki-laki itu berkeliaran bingung tak tentu arah karena tak tahu mau makan apa mereka hari itu dan oleh sebab itu mereka tak tahu apa yang harus mereka beli. Dan juga bingung bagaimana harus berbelanja sekaligus menjaga anak-anak mereka.

Hingga suatu hari, harapannya jadi kenyataan. Persis seperti yang ia inginkan. Lengkap dengan kebingungan para laki-laki yang ia tanggapi dengan bahak paling kencang yang pernah bisa ia semburkan.

Namun, ada yang ia tak tahu. Dalam warung kopi yang ia benci itu, yang ia kira tak ada makhluk lain selain laki-laki, ada satu perempuan disana. Dan ia mengutuk apa yang sudah terjadi. Karena perempuan-perempuan yang berkumpul di warung kopi membuat dia rugi besar. Tawar-menawar harga tiada henti. Permintaan diskon yang tak masuk akal. Juga tuntutan promo buy one get one. Dan tak jauh dari situ, para pedagang di pasar bersorak-sorak gembira, karena para laki-laki yang berbelanja itu percaya dengan harga yang mereka berikan dan membayarnya tanpa berkata suatu apapun. Di rumah, istri-istri mereka mencak-mencak karena uang belanja tiba-tiba melambung tinggi sehingga  mereka tak lagi bisa mendapatkan tambahan untuk berbelanja baju dan sepatu di mall.  

Siapa yang mengira?

Friday, 25 November 2011
11:34 pm

Revised: 
Tuesday, 10 January 2012 
2:17 pm

PS: Gambar diambil dari sini 

4 komentar ajah:

Holix said...

ya begitulah.. mudah iri tp sukar bersyukur..

Ika Devita Susanti said...

huhuhauhauhau.... bukan pengalaman pribadi kan ce? emang kalo cewek separah itu ya sampe minum kopi pun nawar... ueheuhuehu... tapi emang sih ce, kalau cowok itu ga pikir panjang, brapapun yang ditawarin pasti diambil, trus bayar. apalagi kalo yang nawarin bikkin deg deg ser... hmmm...

Grace Receiver said...

Haha... Jadi serba salah ya? Harusnya pasarnya sebelahan sama warung kopi, trus belanja dan ngopinya barengan saja suami dan isterinya.

~ jessie ~ said...

@Felix: huehehehehe masa sampe segitunya sih, Lix... =)

@Ika: wahahahaha pengalaman pribadi juga sih yah... minum kopi itu kalo bisa ditawar ya ditawar, Ka kalau cewek mah...

@Grace Receiver aka Selvia: well, u cant always get what u want sometimes :D