Tahukah, kawan, ada yang
salah dengan warung kopi di pinggir jalan itu. Bukan. Bukan letaknya yang di
pinggir jalan yang salah. Juga bukan apa yang disediakan yang salah. Tidak pernah
ada yang salah pada secangkir kopi. Kesalahan selalu ada pada keputusan
peminum. Walaupun tak semua peminum kopi itu salah. Warung kopi itu selalu
bikin hati perempuan itu tak tenang tiap kali ia lewat. Ia selalu merasa tak
enak hati dan sering mengumpat perlahan tiap kali ujung matanya menemukan
warung kopi itu. Seolah-olah keberadaannya itu betul-betul sudah mengganggu
hidupnya.
Dan tahukah, kawan,
warung kopi itu sudah bikin ia berdosa karena cemburu. Ia cemburu karena disana
hanya ia temukan makhluk paling arogan sedunia yang bernama laki-laki. Tidak
ada perempuan disana. Semuanya laki-laki. Seolah-olah disana tidak ada jenis
kelamin lain. Mereka menyeruput kopi perlahan-lahan sambil mengepulkan asap
rokok. Dan selagi asap rokok beredar diatas kepala, mulut mereka komat-kamit -
bergosip satu dengan yang lain. Siapa bilang hanya perempuan yang bergosip?
Laki-laki pun demikian. Tidak cukup hanya itu, ada papan-papan catur yang siap
kapanpun untuk dipakai oleh pengunjung. Tentu saja laki-laki lawan laki-laki.
Jarang kau akan temukan laki-laki lawan perempuan di ajang pertarungan catur di
sebuah warung kopi pinggir jalan. Laki-laki lawan perempuan hanya akan kau
temukan di atas ranjang bergoyang yang berderit-derit. Begitulah yang kau akan
temukan dalam sebuah warung kopi di pinggir jalan yang ia benci itu. Pada pagi
hari.
Tahukah kawan, warung
kopi itu menunjukkan pada dunia bahwa laki-laki selalu punya waktu untuk diri
mereka. Tidak peduli apakah mereka masih sekolah, jomblo, berpacaran, duda, dan
yang menikah sekali pun.
Tapi, kawan, cobalah
tengok tak berapa jauh dari warung kopi itu. Disana ada pasar. Ribut dan kumuh
seperti kandang ayam yang tidak pernah dibersihkan. Di pasar itu niscaya kau
akan tahu bahwa hidup seringkali memang tidak adil adanya. Perempuan-perempuan
tercecer disana, tua, muda, setengah baya dan kebanyakan tangan kanan mereka
menggendong bayi, tangan kiri menggandeng anaknya yang sulung sekaligus plastik
berisikan belanjaan hari itu.
Ia benci warung kopi di
pinggir jalan itu. Namun ia juga tak kalah bencinya dengan pasar yang tak jauh
dari warung kopi tadi. Setengah mati ia berharap warung kopi itu roboh dan
diganti dengan sesuatu dimana perempuan-perempuan dapat berkumpul santai di
pagi hari tanpa merasa bersalah dan tak jauh dari situ ada pasar dimana makhluk
arogan bernama laki-laki itu berkeliaran bingung tak tentu arah karena tak tahu
mau makan apa mereka hari itu dan oleh sebab itu mereka tak tahu apa yang harus
mereka beli. Dan juga bingung bagaimana harus berbelanja sekaligus menjaga
anak-anak mereka.
Hingga suatu hari,
harapannya jadi kenyataan. Persis seperti yang ia inginkan. Lengkap dengan kebingungan
para laki-laki yang ia tanggapi dengan bahak paling kencang yang pernah bisa ia
semburkan.
Namun, ada yang ia tak
tahu. Dalam warung kopi yang ia benci itu, yang ia kira tak ada makhluk lain
selain laki-laki, ada satu perempuan disana. Dan ia mengutuk apa yang sudah
terjadi. Karena perempuan-perempuan yang berkumpul di warung kopi membuat dia
rugi besar. Tawar-menawar harga tiada henti. Permintaan diskon yang tak masuk
akal. Juga tuntutan promo buy one get one.
Dan tak jauh dari situ, para pedagang di pasar bersorak-sorak gembira, karena para
laki-laki yang berbelanja itu percaya dengan harga yang mereka berikan dan
membayarnya tanpa berkata suatu apapun. Di rumah, istri-istri mereka
mencak-mencak karena uang belanja tiba-tiba melambung tinggi sehingga mereka tak lagi bisa mendapatkan tambahan
untuk berbelanja baju dan sepatu di mall.
Siapa yang mengira?
Friday, 25 November 2011
11:34 pm
Revised:
Tuesday, 10
January 2012
2:17 pm
4 komentar ajah:
ya begitulah.. mudah iri tp sukar bersyukur..
huhuhauhauhau.... bukan pengalaman pribadi kan ce? emang kalo cewek separah itu ya sampe minum kopi pun nawar... ueheuhuehu... tapi emang sih ce, kalau cowok itu ga pikir panjang, brapapun yang ditawarin pasti diambil, trus bayar. apalagi kalo yang nawarin bikkin deg deg ser... hmmm...
Haha... Jadi serba salah ya? Harusnya pasarnya sebelahan sama warung kopi, trus belanja dan ngopinya barengan saja suami dan isterinya.
@Felix: huehehehehe masa sampe segitunya sih, Lix... =)
@Ika: wahahahaha pengalaman pribadi juga sih yah... minum kopi itu kalo bisa ditawar ya ditawar, Ka kalau cewek mah...
@Grace Receiver aka Selvia: well, u cant always get what u want sometimes :D
Post a Comment