Wednesday, November 07, 2012

bertanya

Dari guru bahasa Indonesia-ku, aku belajar sebuah pepatah begini: malu bertanya, maka kamu akan sesat di jalan. Namun menurutku, pepatah ini belum selesai. Pepatah ini mungkin lebih masuk akal jika dilanjutkan dengan: tapi lebih baik sesat di jalan daripada dipermalukan.

Buatku, pepatah itu maknanya dalam, apalagi untuk anak-anak Indonesia yang sering kurang percaya diri untuk bertanya di dalam kelas. Selain dalam maknanya, buatku pepatah itu juga mustahil. Mustahil untuk sering-sering diterapkan. Sebab rupa-rupanya kebanyakan orang tua menganggap pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulut anak-anak, selain kadang-kadang absurd, juga bisa sangat merepotkan. Satu pertanyaan berbuah jadi dua. Dua pertanyaan berproduksi jadi tiga. Dan seterusnya. Bagaimana tidak merepotkan coba? 

Sekali-kali cobalah alas kaki seorang guru dan berdirilah di depan kelas. Kemudian seorang murid mengajukan suatu pertanyaan yang ternyata tak bisa kamu jawab. Bagaimana perasaanmu? Biasa saja? Jengkel? Atau malu? Tidak usah malu mengakui kalau memang malu. Sebab reaksi itu wajar sekaligus manusiawi. Jika kamu tidak merasa malu, itu bukan karena hasil pembelajaran dalam satu malam. Itu hasil pembelajaran seumur hidupmu.

Sesungguhnya, pada sebuah pertanyaan – apapun itu – ada langkah pencarian jati diri disana. Bertanya adalah pembuktian bahwa otakmu bekerja cukup baik. Tak peduli apa kata orang. Tak peduli bagaimana tawa orang. Bertanya adalah bukti bahwa kamu merasa kurang. Atas sesuatu yang belum kamu pahami.

Dan Tuhan memang baik. Sangat baik. DiciptakanNya orang-orang yang menciptakan Google. Sebab kesanalah orang-orang jaman sekarang akan bertanya jika tidak ingin dipermalukan, ditertawakan atau dihina-hina. Yang menyebabkan pepatah malu bertanya, sesat di jalan menjadi relevan kembali.

T : Apa sih artinya hopeless romantic?
J : Tanya Google sana.

T : Apa itu kleptomania?
J : Tanya Google sana.

T : Bagaimana caranya upload foto di blog?
J : Tanya Google sana.

T : Gunung Raung itu dimana?
J : Tanya Google sana.

T : Lebih bau mana, kambing atau babi?
J : Tanya Google sana.

Google. Google. Google. Ia selalu punya jawaban atas segala pertanyaan konyolmu. Tanpa kamu perlu khawatir mukamu penuh lumpur karena malu. Tanpa kamu perlu khawatir diremehkan. Tanpa kamu perlu khawatir ditertawakan karena tidak tahu. Tanpa perlu kamu khawatir dihina-dina. Hampir semua jawaban ada disana. Free. Kecuali kalau kamu belum bayar tagihan internetmu.

Jadi pelajaran moral hari ini adalah: dengan meng-google kamu jadi gemar membaca. Dan tak pernah ada yang salah dengan gemar membaca, walaupun sebenarnya sama tak salahnya bertanya pada pacarmu, pada sahabatmu, pada temanmu, pada orang yang kamu rasa kamu percaya mereka tidak akan mentertawakanmu, sebodoh apapun pertanyaanmu.

Bertanya pada seseorang di jaman sekarang, ternyata merupakan kemewahan tersendiri. Yang tak mewah? Bertanya pada mesin atas nama teknologi.

Titi DJ sekarang kawin sama siapa? Tanya Google sana.


Wednesday, 7 November 2012
5:38 pm


PS : Gambar diambil dari sini

4 komentar ajah:

Grace Receiver said...

Hehe... Untung ada Google.

~ jessie ~ said...

Kata beberapa orang, Google adalah salah satu penemuan paling jenius yang pernah ada di muka bumi ini. Kalau menurut saya sih penemuan paling jeniusnya bukan Google, tapi sambel terasi dan sandal jepit. :D

-Indah- said...

ahahahahaha.. gua kadang suka sebel lho kalau lagi nanya temen terus dijawabnya, "Google ajaa", ntah karena emang dia ngga tau jawabannya atau karena dia bosen gua tanya2 terus, ahahahahaha :))

~ jessie ~ said...

Betul, Indah. Jadi akhirnya sebelum dapet jawaban "Goggle aja" atau "Tanya Google sana" lebih baik tanya Google dulu daripada tanya manusia. :p

Salam kenal ya... :)