Seorang ibu sedang berjalan-jalan pagi bersama
anjingnya. Setiap pagi ia selalu
menyusuri jalan yang sama. Pergi dan kembali ke rumahnya. Si ibu seseorang yang
ramah, karena itu selalu ia sapa orang-orang yang kebetulan berpapasan dengan
dirinya.
Suatu hari, si ibu melakukan rutinitasnya seperti biasa.
Salah seorang tetangga sambil mengendarai mobilnya dengan jendela terbuka,
berpapasan dengannya. Seperti biasa si ibu melambaikan tangannya pada tetangga
tersebut dan mulutnya siap menggerakkan senyum. Namun apa yang terjadi? Si
tetangga tersenyum pun tidak. Jangankan
tersenyum, menoleh pun tidak. Wajahnya cemberut seolah-olah mengisyaratkan pada
dunia bahwa ia sedang tidak ingin diganggu. Dan lewatlah si tetangga dengan
mobilnya begitu saja.
Si ibu tertegun. Seumur-umur baru kali itu sikap ramahnya
mendapat balasan tak menyenangkan. Ia pulang ke rumah dalam keadaan galau dan
tidak tenang. Seharian ia berpikir apa salahnya sehingga ia harus mendapatkan
perlakuan ramah lagi tak menyenangkan dari tetangga? Apa karena waktu itu ia
tidak mengundang si tetangga ke pesta ulang tahunnya? Tapi pesta ulang tahunnya
memang hanya untuk keluarga. Tak ada satu pun tetangga yang ia undang. Atau
apakah anaknya bikin masalah dengan anak tetangga tersebut sehingga tetangganya
jadi malas bertegur sapa dengannya? Lantas segala macam yang tak enak dan
cenderung negatif berseliweran di otaknya. Membuat si ibu menghabiskan siang
hingga sore hari dengan berpikir keras tentang tetangganya yang tak ramah itu.
Tak jauh dari rumah si ibu, ada rumah si tetangga tadi. Ia
riang gembira karena baru mendapatkan kabar dari optik langganannya bahwa
kacamatanya yang pecah tadi pagi sudah dapat diambil. Si tetangga ini, seorang
perempuan muda, suntuk berat karena tak sengaja menjatuhkan kacamatanya di
kamar mandi dan baru menyadari kontak lens-nya sudah tak dapat digunakan.
Alhasil, ia harus berangkat kerja dengan menyetir mobil tanpa kacamata. Yang
menyebabkan segala sesuatu yang di hadapannya tampak buram. Untung saja kantornya dekat
dengan rumah, sehingga ia selamat sampai tujuan tanpa kacamata.
Yang si perempuan muda ini tak tahu, tetangganya – seorang ibu-ibu
yang tadi pagi berpapasan dengannya tanpa si perempuan muda ini sadari sedang
dihibur oleh pembantunya bahwa di dunia ini memang tak semua manusia itu ramah.
Termasuk perempuan muda diatas mobil yang berpapasan dengannya pagi tadi. Yang
tidak membalas sapaan ramah si ibu.
Terima saja.
Surabaya, 18 Februari 2013
3:54 pm
3:54 pm
2 komentar ajah:
Jadi pesan moralnya: Orang dengan pandangan mata yang kabur memang gampang disalahpahami ya, Jess? Haha...
Hahahaha! Ini juga dialami temanku saat keluar rumah dan kacamatanya tertinggal, padahal matanya minus 5! :))
Post a Comment