Sunday, May 03, 2015

dari balik jendela

Aku selalu terobsesi dengan jendela. Namun tak semua jendela menjadi obsesiku. Aku hanya terobsesi dengan jendela mobil, jendela bis dan jendela kereta api. Mereka membuatku merasa hangat dan lebih dekat dengan kehidupan manusia. Sungguh berbeda dengan jendela pesawat yang dingin dan angkuh. Jendela mobil, jendela bis, dan jendela kereta api selalu berhasil bikin aku merenung.

Dari jendela mobil, aku selalu memperhatikan manusia-manusia. Semakin kuperhatikan, semakin kupahami bahwa sungguh picik pandangan orang yang hanya mendefinisikan manusia hanya berdasarkan dari alat kelamin mereka saja. Tiap manusia memang berbeda, itu saja. Apapun kelaminnya. Barangkali itu sebabnya aku benci seragam sekolah, aku benci seragam kantor. Seragam bikin aku berpikir perbedaan adalah kriminal.

Dari jendela mobil, aku tak hanya makin memahami manusia, tapi aku juga makin memahami negeri ini. Tahukah kamu sebuah negeri dapat dikenal dari gaya hidup rakyatnya? Dan rakyat negeri ini terdiri dari manusia-manusia yang tangguh. Bagaimana aku bilang tidak tangguh kalau aku baru saja melihat dengan mata yang tertempel di kepalaku ini ada anak, kira-kira sebaya dengan keponakanku yang baru kelas lima SD, dengan kakinya yang belum panjang mengayuh becak sambil mengepulkan asap rokoknya? Bagaimana aku bilang tidak tangguh, kalau tak hanya sekali aku melihat satu keluarga yang terdiri atas bapak, ibu dan tiga anak-anaknya yang masih kecil berada di atas satu sepeda motor – melaju kencang diantara kendaraan-kendaraan besar lainnya? Itu belum termasuk para penjaja koran dan tahu goreng yang biasa berjibaku di perempatan lalu lintas jalan raya menghirup polusi, menjejak panasnya aspal tanpa bisa menghindari teriknya sinar matahari di ubun-ubun dan dinginnya malam tanpa bulan yang tambun.

Karena itu aku tak percaya jika ada pengamat – baik dari dalam maupun luar negeri – mengatakan bahwa negeri ini tak ada harapan. Negeri ini sudah jatuh terlalu dalam, tak mungkin dapat bangkit lagi. Negeri ini cuma citra yang palsu dan tak ada yang bagus di negeri ini. Mereka keliru. Negeri ini memang dramatis, tapi negeri ini akan baik-baik saja. Meski banyak yang pesimis, tapi lebih banyak lagi yang optimis. Jalannya memang berbatu-batu, tapi negeri ini tetap melangkah maju. Ini negeri yang dipenuhi manusia-manusia tangguh, bung! Kalau kau tak percaya, tinggalkan sejenak ponsel pintar dan media sosialmu, lihatlah dari balik jendela mobilmu, jendela bis tempat kau menumpang atau jendela kereta api tempat kau menunggu sampai ke tujuanmu.

Lihat saja dan kau akan percaya.


Sunday, 3 May 2015
3:43 pm

0 komentar ajah: