Tuesday, May 24, 2016

tanah

Jika kau ingin belajar tentang penerimaan, jangan belajar dari aku. Belajarlah dari tanah.

Sebab tanah menerima siapapun dalam diam. Tanah tak hanya menerima orang-orang baik seperti Suster Teresa, tapi juga orang jahat seperti Hitler. Tanah tak pernah memandang latar belakang keluargamu, status sosialmu, dan profesimu. Tanah tidak menghujat. Tidak juga menghakimi. Ia berdenyut hidup, namun senyap.

Tanah menerimamu dalam diam. Dengan keanggunannya.
                Menerima pelajar.
                Menerima pelacur.
                Menerima doktor.
                Menerima koruptor.
                Menerima seniman.
                Menerima ilmuwan.
                Menerima pendeta.
                Menerima politikus.
                Menerima tuan tanah.
                Menerima buruh.
                Menerima ateis.
                Menerima teroris.
                Menerima feminis.
                Menerima komunis.
                Menerima protagonis.

Kelak tanah menerimamu, tanah menerimaku. Tanpa banyak tanya. Meski syarat dan birokrasi diberikan oleh negara.

Jika kau ingin belajar tentang penerimaan, jangan belajar dari aku. Belajarlah dari tanah.


Surabaya, 24 Mei 2016

Terinspirasi dari puisi Sapardi Djoko Damono
“Tentang Seorang Penjaga Kubur yang Mati”

Gambar diambil dari sini
 

0 komentar ajah: