Ada yang salah pada dongeng Cinderella. Bahwa sesungguhnya barangkali si ibu tiri dan
kakak-kakak tiri Cinderella itu tidak jahat. Karena jika demikian, mengapa ayah
Cinderella mau-mau saja mengawini sang ibu tiri jika ia memang jahat? Pria bukanlah
makhluk yang bodoh. Jika kau melihat pria sebagai makhluk bodoh, maka aku
sarankan, sebaiknya berhentilah kau menontoni sinetron-sinetron busuk itu – yang
dengan senang hati mempertunjukkan para pria yang sepertinya tidak punya otak
dan yang isi kepalanya cuma air mata saja. Berhenti. Pria di dunia nyata tidak
setolol mereka.
Dengarkan aku, barangkali apa yang akan aku ceritakan ini
tidak bikin enak kuping. Tapi ini yang sesungguhnya terjadi. Sesuatu yang
sesungguhnya terjadi namun kurang sensasional memang tidak terlalu menarik,
bukan? Sesuatu yang sesungguhnya terjadi namun pemeran utama di dalamnya kurang
rupawan juga tidak menarik hati bukan? Tapi biar bagaimanapun, kebenaran tetap
kebenaran, walaupun yang sudah telanjur menyebar beritanya bukanlah yang benar.
Jadi begini.
Kau tahu, selama ini dunia diberitahu bahwa Cinderella adalah
perempuan rupawan yang ditinggal mati oleh ibunya yang baik hati dan dermawan.
Yang sesungguhnya terjadi ibunya Cinderella mati bukan karena sakit, tetapi
karena ia terlalu banyak minum alkohol. Ia sering pergi ke tempat-tempat untuk
minum minuman keras sambil memamerkan anaknya yang cantik jelita bernama
Cinderella itu. Sedari kecil, Cinderella terus-menerus diberitahu oleh ibunya
bahwa ia akan tumbuh jadi perempuan yang cantik dan rupawan. Dan perempuan yang
cantik dan rupawan selalu punya tempat tersendiri di bumi manusia ini. Mereka
yang cantik dan rupawan tidak perlu khawatir akan hidup susah. Tidak perlu
khawatir akan hidup menderita. Dunia akan selalu memihak mereka yang cantik dan
rupawan. Biarlah yang perlu khawatir akan hidup susah dan menderita adalah mereka
yang berburuk rupa atau yang diberi wajah biasa-biasa saja. Mereka yang akan
merasakan betapa hidup ini tidak adil adanya. Biar mereka saja. Karena itulah
Cinderella tidak pernah khawatir akan hidupnya. Ia tahu ia cantik, dan ia akan menikah
dengan pria kaya yang tampan kemudian hidup bahagia selamanya.
Sebab itulah Cinderella benci betul dengan perempuan yang
dikawini ayahnya setelah ibunya meninggal. Ia juga benci dengan kakak-kakak
tirinya. Ia tidak mengerti kenapa perempuan tidak rupawan itu dikawini oleh
ayahnya. Ibunya jauh lebih cantik dari ibu tirinya. Tiap kali ia
mematut-matutkan diri di depan cermin, ia selalu tertawa terbahak-bahak
membayangkan kakak-kakak tirinya. Dipandang dari segi mana pun, dilihat dari ujung
bumi mana pun, ia tetap yang paling cantik diantara semuanya.
Tapi Cinderella tak hanya benci pada ibu dan saudara-saudara
tirinya karena mereka buruk rupa. Ia benci karena ibu barunya suka mengatur
kapan ia harus belajar untuk sekolahnya. Jam pulang rumah yang tidak boleh
terlalu malam. Ibu barunya juga selalu ingin tahu ke mana ia pergi dan bersama
dengan siapa. Padahal dulu dengan ibunya, tidak pernah ia diberitahu ini dan itu,
kapan pulang dan ke mana ia pergi, juga dengan siapa. Ia bisa pulang dan pergi seenaknya
sendiri. Bukankah sudah biasa jika gadis cantik sering diajak kencan oleh
teman-teman prianya? Kan bukan urusannya kalau tak ada laki-laki yang sudi
mengajak kakak-kakak tirinya yang rupanya biasa-biasa saja itu? Yang lebih
senang mendekam di kamar, tekun belajar demi hari esok yang lebih cerah untuk
mereka? Ia sudah tahu kalau hari esoknya akan cerah, jauh lebih cerah dari
kakak-kakak tirinya. Privilege yang ia dapat dari wajah cantiknya.
Sampai suatu ketika, Cinderella pulang dari diskotik dalam
keadaan mabuk, digotong oleh dua teman prianya yang juga hampir sama mabuknya.
Meledaklah amarah ibu tirinya. Dihukumnya ia membersihkan gudang bawah tanah
yang kotor, kumuh dan berbau tak sedap itu. Ia menangis tersedu-sedu, melolong
keras-keras sehingga tetangga yang mendengarkan lolongannya yang menyayat hati
itu ikut memohon pada sang ibu tiri untuk mengeluarkan Cinderella dari gudang
bawah tanah. Namun sang ibu tiri tetap bersikeras bahwa Cinderella harus
dihukum. Kakak-kakak tirinya yang juga mendengar sedu-sedan Cinderella pun ikut
tergerak hatinya dan memohon pada ibu mereka untuk mengeluarkan Cinderella dari
gudang bawah tanah. Sang ibu tiri pun akhirnya luluh dan mengeluarkan gadis itu
dari gudang bawah tanah. Namun hukuman tetap berlaku bagi mereka yang
melanggar, katanya. Karena itu sebagai gantinya, Cinderella tidak boleh
menghadiri pesta yang diadakan oleh pangeran negeri itu.
Cinderella kembali melolong-lolong. Diobrak-abriknya seisi
rumah. Ia mengamuk. Dan karena ia mengamuk, dengan sangat terpaksa sang ibu
tiri memasukkan kembali ia ke gudang bawah tanah. Tersedu sedan lagi lah
Cinderella di situ. Dan, Kawan, sudah kubilang bahwa hidup lebih sering tidak ada adil. Siapa
yang bisa tahan melihat wajah cantiknya itu bersedih? Matanya yang indah itu
meneteskan air mata? Bibirnya yang ranum itu melolong-lolong minta tolong?
Siapa yang bisa tahan? Sudah juga kubilang, bahwa dunia ini selalu berpihak
pada mereka yang cantik dan menawan biarpun kosong otaknya dan tak berperasaan
hatinya. Karena itu ibu peri datang, menolong Cinderella yang cantik lagi
rupawan ini untuk pergi ke pesta pangeran. Diberinya Cinderella gaun yang indah
dan sepatu kaca yang legendaris itu. Didandaninya pula gadis itu agar layak
datang ke pesta kerajaan. Terakhir, diubahnya labu menjadi kereta kencana, dan
dua tikus kotor di gudang itu menjadi kusir dan pelayannya. Ahhh…, kecantikan
rupa selalu dapat meluluhkan hati siapa saja, termasuk hati ibu peri yang
seharusnya menolong mereka yang lebih susah walaupun rupa mereka biasa-biasa
saja.
Jadi jangan kaget kalau pada akhirnya Cinderella dengan
sepatu kacanya yang legendaris, dipinjami khusus oleh ibu peri kemudian yang
dipilih oleh pangeran untuk dinikahinya. Jangan kaget kalau tak ada seorang pun
yang tahu bahwa Cinderella menertawakan kakak-kakak tirinya habis-habisan
karena kaki mereka yang besar-besar itu tidak cukup untuk masuk dalam sepatu
kaca itu. Takkan ada pernah kau baca yang seperti ini di buku mana pun. Memang
betul apa kata ibunya, bahwa perempuan cantik tidak perlu berusaha terlalu
keras untuk mendapatkan sesuatu. Kecantikan mereka adalah anugerah yang tidak
boleh disia-siakan. Semuanya menjadi tidak penting kalau kau sudah diberi wajah
yang rupawan. Karena pada akhirnya, seperti kisah Cinderella, ia hidup bahagia dengan
pangeran selamanya. Dan dongeng itu ditutup dengan tepuk tangan dari anak-anak
kecil. Yang memihak pada Cinderella dan ibu peri serta pangeran yang buta
dengan kecantikan Cinderella. Anak-anak perempuan akan bermimpi menjadi
Cinderella dan jika pada akhirnya mereka menyadari bahwa mereka tak serupawan
Cinderella, mereka akan frustasi dan mengasihani diri sendiri. Maka kukatakan,
kasihan sekali.
Begitulah ingin kuceritakan padamu, perempuan (dan juga
laki-laki). Dunia ini memang bangsat. Hidup ini tak adil. Barangkali kau tak serupawan
Cinderella, namun saranku, teruslah berusaha tanpa terlalu peduli apa kata
orang mengenai penampilanmu. Tutuplah kupingmu, biarpun sekeras apa pun kau berdandan,
orang akan selalu menganggap kau tidak cantik. Kau tidak rupawan. Kau adalah
kakak tiri dari Cinderella. Namun Cinderella akan bertambah tua, kecantikannya
lama kelamaan akan luntur. Sedangkan usahamu akan terus membuahkan hasil. Hingga
suatu saat nanti, dunia ini akan berpendapat isi kepala dan isi hati lebih
penting daripada apa yang hanya bisa dilihat oleh mata. Dan kau pun jadi paham bahwa tak masalah hidup tanpa pangeran karena kau punya sesuatu yang lebih bisa kau andalkan. Dirimu sendiri.
Tunggu saja.
Monday, 5 December
2011
10:27 am
modified on Saturday, 5 February 2022
08:52 pm
PS: gambar diambil dari sini
5 komentar ajah:
huaaa... cerita cinderella yang nggak biasa, ha!
Halooo.. Fahmiii.... hehehehe thanks for dropping by! ;)
wes ce wes ce, takk kasi buat cece wes.... ayo monggo diposting seven things nyaaaa..... huhauhauhuahuahuahuahuha
wah, ceritanya bagus banget. it looks like a true story...
@Ika: ah telat ah... *lha aku comment-e juga telat huehehehe*
@Cendol & Bata aka Petter: it doesnt look like a true story, it is a true story. ;P *teuteup*
Post a Comment