Seumur hidup, barangkali tujuan
utama makhluk yang bernama manusia adalah mencari. Mencari jati diri, mencari makna,
mencari kebenaran. Ia bisa-bisa saja berkata bahwa ia sudah tak lagi mencari.
Ujung pencariannya sudah ketemu. Akhir pencariannya sudah kelihatan. Tapi
selama ia masih bernafas dan menjejakkan kaki di bumi ini, sesungguhnya ia masih
terus mencari.
Aku selalu berpikir bahwa cara
manusia mencari kebenaran tidak sama satu dengan yang lain. Seperti sudah
kubilang berkali-kali, jika ada seratus ribu manusia di muka bumi ini, maka ada
seratus ribu cara untuk mencari kebenaran. Makanya, aku tak setuju denganmu
saat kamu bilang bahwa kebenaran hanya bisa didapat di dalam tembok gereja.
Maaf jika sudah lama aku melihat bahwa tembok gereja dibangun semakin tinggi,
hingga ada satu momentum orang-orang mengira gereja hanya untuk orang-orang
terpilih. Orang-orang khusus. Orang-orang spesial. Orang-orang tertentu. Yang
harum baunya. Yang mahal asesorisnya. Yang terhormat busananya. Tidak boleh
terlalu kumuh. Tidak boleh terlalu seksi. Tidak boleh terlihat berandalan.
Intinya: hanya untuk orang-orang tertentu saja.
Tapi menurutmu sendiri, siapa
Tuhan? Katamu, Tuhan adalah pencipta alam semesta ini. Kutanya, apakah jawaban itu
kamu temukan sendiri? Kamu bilang tidak. Kamu bilang guru agamamu yang bilang
begitu. Maka kutanya lagi, jadi siapa Tuhan menurutmu? Kemudian jawabmu, Tuhan
adalah Yesus, nabi yang menyelamatkan manusia-manusia berdosa di dunia ini
diatas kayu salib. Kutanya, darimana jawaban itu kamu dapatkan? Kamu jawab lagi
dari pendeta di gereja. Sudah kubilang, kataku sewot, kalau menurutmu sendiri
bagaimana? Lantas satu per satu jawaban meluncur dari mulutmu. Tuhan adalah
ini. Tuhan adalah itu. Tuhan itu begini. Tuhan itu begitu. Ini itu, begini
begitu. Tapi waktu kutanya lagi, kamu selalu bilang bahwa jawaban itu kamu
dapatkan dari orang lain. Jika kamu mengenal Tuhan dari orang lain, lalu untuk
apa kamu percaya padaNya? Kamu toh tidak mengenalNya sendiri. Apa kamu yakin
Tuhan yang kamu percaya itu sama dengan Tuhan orang-orang yang kamu sebut tadi?
Kemudian kamu diam. Entah jengkel
atau putus asa mendengarku bertanya tak henti-henti. Barangkali hanya karena
tidak ingin bertengkar saja, kamu tidak menutup mulutku dengan apapun yang bisa
tanganmu jangkau.
Tapi kamu harus tahu, bahwa aku sedang
mencari sendiri jawaban tentang Tuhan seumur hidupku. Aku tak mau
mendefinisikan Tuhan berdasarkan apa yang orang lain katakan padaku. Karena
makna Tuhan bagi hidup mereka barangkali dapat berbeda dengan makna Tuhan bagi
hidupku. Apakah ada yang salah dengan itu? Apakah ada yang salah jika aku mulai
mencari Tuhan dari luar tembok gereja? Tembok yang menurutku sudah menjulang
terlalu tinggi sehingga orang-orang yang ada di dalamnya telanjur hidup enak
sehingga enggan melangkahkan kaki keluar dan melihat ada apa saja yang terjadi di
luar tembok gereja yang tinggi itu. Apakah ada yang salah jika aku mulai
mencari Tuhan dengan cara-cara yang tidak biasa kamu lakukan? Dengan mengikuti
Kebaktian Kebangunan Rohani satu ke Kebaktian Kebangunan Rohani lainnya,
misalnya? Dengan membaca buku rohani satu ke buku rohani lainnya, misalnya? Tak
dapatkah aku mencari Tuhan di tempat-tempat yang menurutmu gelap dan suram,
yang kamu masukkan dalam kotak sekularisme? Hanya karena aku percaya Tuhan
dapat hadir dengan berbagai bentuk?
Ada yang berbeda tatkala aku mencari
sendiri makna Tuhan untuk hidupku. Aku merasa lebih hidup karena aku selalu
bertanya. Pertanyaan-pertanyaan yang barangkali terdengar bodoh dan konyol,
tapi ketika kutemukan jawabannya, pertanyaan-pertanyaan itu menjadi lebih
sederhana. Dan aku makin menyadari bahwa hidup tak serumit yang aku kira
sebelum kuajukan pertanyaan-pertanyaan itu. Aku juga merasa lebih bergairah,
karena aku tak melulu ikut kata orang lain untuk mencari makna Tuhan - hanya
supaya aku dapat segera punya jawaban yang memuaskan kuping saja.
Sampai hari ini aku masih terus
mencari. Dan menurutku, Tuhan sesungguhnya tidak rumit. Aku lah yang rumit. Aku
lah yang lebih sering mengada-adakan sesuatu yang tidak ada dan meniadakan
sesuatu yang sesungguhnya ada. Aku juga pelan-pelan memahami bahwa yang sering
kamu namakan berkat tidak melulu soal materi. Tidak melulu soal uang,
kesuksesan dan kebahagiaan menurut ukuran manusia pada umumnya. Pada sebuah
masalah, pada sebuah kisah sedih, pada sebuah tragedi, ada sesuatu yang
sesungguhnya dapat membuat kamu lebih merasakan saripati hidup. Sehingga ketika
kamu berdoa, kamu tak lagi menunggu sesuatu yang menurutmu baik akan terjadi.
Kamu hanya berdoa karena hatimu ingin berdoa. Sehingga ketika kamu dirundung
masalah tak henti, kamu akan berhenti menunggu kapan akhir bahagia itu tiba
seperti dongeng Cinderella. Sehingga ketika kamu melihat kemiskinan, kamu tak
lagi melihat bahwa itu sebuah kesalahan, sebuah dosa yang harus ditebus supaya
si miskin dapat rutin makan di restoran mewah atau sering minum kopi di cafe
bersama teman-temannya yang berjas atau nonton tivi yang isinya sebenarnya
kebanyakan sampah.
Dan kemudian kamu juga akan
mengerti bahwa Tuhan lebih besar dari cinta, lebih besar dari seluruh keadilan
di dunia ini, bahkan jika dijadikan satu sekalipun, dan bahwa Tuhan lebih besar
dari sebutan apapun yang sudah manusia ciptakan untuk menamaiNya, sebab apapun
sebutannya, terlebih penting apa yang ada di hatimu, dan untuk apa kamu
menyebut demikian.
Sampai mati nanti aku pasti akan
terus mencari. Tapi yang kucari bukan Tuhan, karena Ia memberi diri untuk
ditemukan dalam berbagai bentuk. Yang kucari adalah pengenalanku akan Ia yang
lebih dulu mengenalku. Dan Alkitab hanyalah salah satu cara.
Monday, 23 April 2012
12.55 pm
PS: Gambar diambil dari sini
3 komentar ajah:
Good! Plg suka bag ini: Tuhan itu g rumit. Kita yg mbulet!!
Honestly, Jess, I'm dizzy reading this posting. I just feel that religious stuff isn't your best field to write on. It just doesn't suit you.
Selvia:
Hey! It's ok kok! Setiap tulisan akan diinterpretasi dan dipahami berbeda oleh pembaca. I appreciate ur opinion. But for me, seeking God isnt religious stuff. Let me just say, it's a spiritual tought of mine. =)
Even my husband doesnt agree with this writing. And it didnt cause us big problem. XD
Post a Comment