Wednesday, February 01, 2017

la la land, ira koesno dan akhir bahagia

Kabarnya film La La Land itu ending-nya ngeselin. Tidak sedikit juga yang bilang ini film bagus tapi ngga happy ending. Maka duduklah saya dengan manis di bioskop - menonton film ini untuk mencari tahu seperti apa yang dimaksud orang-orang ini sebagai 'akhir yang tidak bahagia'. Bagi yang belum nonton dan nggak keberatan dapat spoiler, sini saya beritahu: pemeran utamanya - si cowok ganteng dan si cewek cantik yang gerakan indahnya terpampang di poster itu pada akhirnya ENGGAK JADIAN aka ENGGA MENIKAH dan berbahagia selamanya. Pemeran utamanya - si cowok ganteng dan si cewek cantik itu mengambil jalan hidup yang berbeda.

Oh, jadi yang dimaksud dengan 'akhir yang tidak bahagia' alias 'nggak happy ending' itu adalah karena mereka enggak menikah dan hidup bahagia selamanya seperti kisah Cinderella, Putri Tidur dan dongeng-dongeng putri lainnya?

Ini jadi mengingatkan saya pada seorang jurnalis perempuan yang belakangan ini namanya kembali mencuat karena memoderatori debat pemilihan kepala daerah terheboh seantero nusantara. Iya, jurnalis perempuan itu bernama Ira Koesno - yang rumor nama dokter kulitnya menyebar di dunia maya setelah pemirsa sadar bahwa perempuan cantik bertampang usia 30an dengan kulit kencang ini ternyata berumur 45 tahun. Kurang apa coba? Sudah cantik, cerdas, terkenal, ..., eh tunggu dulu. Sebab kabar berikutnya tentang Jeng Ira Koesno yang nggak kalah hebohnya adalah dia masih SINGLE. Lalu, entah bagaimana dan entah karena apa, mulai terdengar omongan-omong busuk baunya. Persis bau mulut tidak tersentuh air dan pasta gigi berbulan-bulan.

        "Cantik-cantik kok belum kawin.”
“Makanya jadi cewek jangan pinter-pinter, ngga laku-laku kan?”
“Kebanyakan ngurus karier sih, makanya ngga kawin-kawin.”

Oh, jadi puncak kesuksesan perempuan itu dilihat dari dia udah kawin atau belum?

Sedih juga ya. Enggak, saya enggak lagi menentang perempuan atau siapapun itu untuk menikah. Menikah adalah sebuah pilihan, begitu juga dengan berkarier. Begitu juga dengan sejuta jalan hidup lainnya yang dipilih, sebab hidup enggak cuma perkara kawin dan berkarier saja. Saya sedih aja jika seorang perempuan baru dipandang sukses hanya karena ia menikah. Lha apa mereka pikir, menikah itu gampang? Segampang tajuk “hidup bahagia selamanya” di akhir dongeng-dongeng dimana pangeran dan putrinya menikah? 

Buat saya, film La La Land itu happy ending. Gimana nggak happy ending, impian-impian kedua pemeran utamanya tuh TERCAPAI! Si cowok ganteng yang pengen punya klub jazz sendiri untuk ‘menyelamatkan’ musik jazz akhirnya keturutan punya. Si cewek cantik yang pengen jadi aktris terkenal akhirnya tercapai juga keinginannya. Dapat bonus suami yang mendukung dan anak kecil yang lucu lagi. Saya tanya: ITU NGGA HAPPY ENDING-NYA DIMANA? 

Impian tercapai kok dibilang enggak happy ending. Puncak kesuksesan kok tergantung dari status. Bahagia kok cuma dilihat dari kawin atau enggak. Menurut saya sih, hidup kamu itu sempit kalau mendefinisikan kebahagiaan hanya dari itu aja. 

Ya…, sesempit vagina perempuan kali.



Surabaya, 31 Januari 2017
8 : 23 pm