Oh, jadi yang dimaksud dengan 'akhir yang tidak bahagia' alias 'nggak happy ending' itu adalah karena mereka enggak menikah dan hidup bahagia selamanya seperti kisah Cinderella, Putri Tidur dan dongeng-dongeng putri lainnya?
Ini jadi mengingatkan saya pada seorang jurnalis perempuan yang belakangan ini namanya kembali mencuat karena memoderatori debat pemilihan kepala daerah terheboh seantero nusantara. Iya, jurnalis perempuan itu bernama Ira Koesno - yang rumor nama dokter kulitnya menyebar di dunia maya setelah pemirsa sadar bahwa perempuan cantik bertampang usia 30an dengan kulit kencang ini ternyata berumur 45 tahun. Kurang apa coba? Sudah cantik, cerdas, terkenal, ..., eh tunggu dulu. Sebab kabar berikutnya tentang Jeng Ira Koesno yang nggak kalah hebohnya adalah dia masih SINGLE. Lalu, entah bagaimana dan entah karena apa, mulai terdengar omongan-omong busuk baunya. Persis bau mulut tidak tersentuh air dan pasta gigi berbulan-bulan.
"Cantik-cantik kok belum kawin.”
“Makanya jadi cewek jangan pinter-pinter, ngga laku-laku kan?”
“Kebanyakan ngurus karier sih, makanya ngga kawin-kawin.”
Oh, jadi puncak kesuksesan perempuan itu dilihat dari dia udah kawin atau belum?
Sedih juga ya. Enggak, saya enggak lagi menentang perempuan atau siapapun itu untuk menikah. Menikah adalah sebuah pilihan, begitu juga dengan berkarier. Begitu juga dengan sejuta jalan hidup lainnya yang dipilih, sebab hidup enggak cuma perkara kawin dan berkarier saja. Saya sedih aja jika seorang perempuan baru dipandang sukses hanya karena ia menikah. Lha apa mereka pikir, menikah itu gampang? Segampang tajuk “hidup bahagia selamanya” di akhir dongeng-dongeng dimana pangeran dan putrinya menikah?
Buat saya, film La La Land itu happy ending. Gimana nggak happy ending, impian-impian kedua pemeran utamanya tuh TERCAPAI! Si cowok ganteng yang pengen punya klub jazz sendiri untuk ‘menyelamatkan’ musik jazz akhirnya keturutan punya. Si cewek cantik yang pengen jadi aktris terkenal akhirnya tercapai juga keinginannya. Dapat bonus suami yang mendukung dan anak kecil yang lucu lagi. Saya tanya: ITU NGGA HAPPY ENDING-NYA DIMANA?
Impian tercapai kok dibilang enggak happy ending. Puncak kesuksesan kok tergantung dari status. Bahagia kok cuma dilihat dari kawin atau enggak. Menurut saya sih, hidup kamu itu sempit kalau mendefinisikan kebahagiaan hanya dari itu aja.
Ya…, sesempit vagina perempuan kali.
Surabaya, 31 Januari 2017
8 : 23 pm
3 komentar ajah:
Lucu ketika saya barusan nonton bridget jones's baby yg punya ide cerita who gives a shit about love life, career is all that matters. Dan punya ujung cerita "vagina perempuan", suami idaman dan bayi lucu.
Jadi perempuan sukses itu seperti apa?
A nice point of view.
Dear Gigid aka filando, perempuan sukses itu perempuan yang ngga disetir siapa-siapa saat menjalani hidup. Entah dia menikah, entah dia single, entah dia punya anak, entah engga punya anak. Dia lebih memilih karir daripada kawin, silahkan. Lebih milih kawin daripada karir juga silahkan. Lebih milih tetap berkarir, monggo. Mau jadi ibu rumah tangga juga nggak papa. Ngga beda kok dengan laki-laki. Silahkan mendefinisikan suksesnya masing-masing.
Thank you, Bang Adhi. :)
Post a Comment