Monday, November 27, 2017

virus

Kadang aku tak paham mana yang lebih baik: tahu sedikit namun bahagia atau tahu banyak namun senantiasa gelisah?

Maksudku begini. Pernah pada suatu masa aku tak terlalu paham tentang bahaya plastik dan sampah-sampah non-organik yang dihasilkan oleh manusia. Dan masa-masa itu adalah masa dimana hidupku lebih sederhana dan bahagia. Bagaimana tidak; karena aku tak paham maka untuk tiap pembelanjaan yang aku lakukan, aku tak pernah merasa terganggu jika diberi kantong plastik sebagai wadah hasil belanjaku. Hidupku juga lebih sederhana. Otakku tak perlu bekerja terlalu keras untuk berpikir bahwa kantong plastik membutuhkan belasan tahun untuk terurai dan karenanya tak seharusnya aku memakainya secara boros. Dan bayangkan, berapa banyak manusia seperti aku yang membuang plastik-plastik seenak jidat? Sehingga mari kita visualisasikan bumi ini ternyata penuh dengan… ah, sudahlah.

Tapi, tahu maksudku kan?

Ketika kau tahu banyak hal, hidupmu tak lagi mudah. Gerakmu lantas terperangkap dengan pengetahuan-pengetahuanmu sendiri. Kau jadi gelisah atas banyak hal. Hal-hal yang dulu kau nikmati dan yang dulu tak kau pikirkan tak lagi sama. Tiba-tiba kau menjadi seseorang yang terlalu sibuk untuk bersenang-senang. Benakmu terlalu sibuk untuk santai. Barangkali kau lantas menjadi idealis. Dan karenanya kau tak lagi jadi orang yang menyenangkan. Kau tak lagi cukup menuntut dirimu sendiri untuk terus lebih baik menurut kau. Kau pun mulai menuntut orang lain mengikuti alur pikirmu. Mengikuti idealismemu. Lalu tiba-tiba kau dan orang-orang lain menjadi sekumpulan orang-orang yang tidak bahagia dan selalu gelisah. Dan makin kau tahu, kau makin lapar, makin haus mencari-cari lebih banyak. Kau makin gelisah.

Kau tahu ujung dari ini semua? Tak lain tak bukan adalah sekelompok orang-orang yang terus menerus gelisah dan makin menuntut. Orang-orang yang takkan pernah puas bahkan atas pencapaian mereka sendiri dan karenanya sengaja atau tidak tak puas juga dengan pencapaian orang lain. Padahal orang lain itu juga sedang berusaha menyamai gerak langkah mereka.

Kebahagiaan dan kesederhanaan pun tinggal kenangan.

Sampai saat ini, aku masih tak paham mana yang lebih baik: tahu sedikit namun bahagia atau tahu banyak namun senantiasa gelisah? Be damned Thomas Gray who wrote “Ignorance is a bliss” in his poem because he could be right all this time!

Barangkali karena itu aku masih mencari tahu. Yang menyebabkan kegelisahan ini mengikat kaki, tangan dan kepalaku. Dan seperti virus yang belum ada penangkalnya, ia menular.

Surabaya, 26 November 2017
8.31 pm

Gambar diambil dari sini.