Wednesday, January 13, 2010

kesempatan

Dalam banyak kali, saya sering kehilangan kesempatan. Blogging adalah salah satunya. Suatu malam, tiba-tiba berbagai ide berseliweran di kepala say auntuk ditulis. Beruntungnya dan anak sudah tidur, jadi saya punya kesempatan untuk menuangkan ide-ide itu dalam bentuk tulisan. Saya ketik tulisan itu di communicator saya karena saya malas menyalakan PC. Selesai. Itu betul-betul kesempatan yang mungkin satu diantara dua puluh atau bahkan tiga puluh, karena tidak asetiap ide yang tiba-tiba mampir di kepala saya bisa saya tangkap dan saya penjarakan di tulisan saya.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat dicegah (jadi inget pelajaran bahasa indonesia), apa daya tulisan-tulisan saya (termasuk tulisan yang satu diantara dua puluh atau bahkan tiga puluh itu!) terhapus dari communicator saya! Apa sebab? Olala, ternyata anak saya yang sempet main-main dengan communicator saya itu yang menghapus! Tidak tanggung-tanggung, ia juga menghapus satu folder berisi tulisan-tulisan saya yang idenya menclok di tempat-tempat tak senonoh seperti toilet kantor, ruang rapat, ruang tunggu, dsb. Folder lain yang berhasil ia hapus adalah file-file wav berisi sound untuk ringtone panggilan masuk dan SMS yang lucu-lucu dan unik, macam: TERETERTETETERETETTTTT... LAPOR! ADA TELEPON MASUKKKKK... GRAK! PENGHORMATAN KEPADA YANG MENELEPON! TERETRETTERET... Sangat cocok jika dipasang di awal bulan Agustus untuk menyambut HUT Kemerdekaan RI.

Dari situ saya sempet berpikir, memang kesempatan itu datangnya cuma sekali ya. Saya sempet mencoba menulis lagi tulisan di malam keberuntungan itu tapi hasilnya tetap BLANK. Dan saya sama sekali nggak ingat apa saja yang sudah saya tulis seperti orang kesurupan malam itu. Edan.

Ini mengingatkan saya pada beberapa waktu yang lalu, saat banyak sekali facebookers yang ada di frenlist untuk mengundang saya bergabung di topik: TOLAK PERMEN SEBAGAI KEMBALIAN! Intinya sih sepertinya menolak permen sebagai pengganti kembalian (iya saya tahu, ini nggak terlalu menjelaskan). Kan sering tuh di minimarket-minimarket terdekat, kalau kembaliannya Rp 7.150 misalnya, yang dikembalikan cuma lembaran lima ribu satu, seribuan dua (atau kadang-kadang duaribuan satu) dan permen 2 biji, kalau beruntung bisa dapet 3 biji, berarti permennya dihitung harga 50 perak per biji. Kadang-kadang sih memang bikin kesel, wong kita nggak mau beli permen kok dikasi kembalian permen. Seratus perak kan juga berguna. Bayangkan kalo mau beli kacang rebus seribu, terus di dompet cuma ada sembilan ratus rupiah, seandainya kembalian yang tadi dikasi permen itu kepingan seratu satu kan pas tuh! Ga perlu ngeluarin lembar seratus ribu untuk minta kembali sembilan puluh sembilan ribu! Masa seratus ribu mau dibuat beli kacang rebus semuanya? Dapet gerobaknya kali!

Saya nggak confirm semua undangan itu karena menurut saya itu bukan sesuatu yang terlalu esensial. Misalnya saya confirm, terus itu grup dapet 100,000 facebooker yang enggak setuju untuk dapet kembalian permen, apa minimarket-minimarket dekat rumah saya tahu? Belum tentu! Plus... ini ceritanya. Kadang-kadang gara-gara saya dapat kembalian permen itu, saya punya permen disaat-saat saya membutuhkan. Misalnya saat pendeta yang berkhotbah bikin ngantuk, nah permen bisa membantu kita mencegah berbuat dosa, seperti tidur di tengah kebaktian. Selain itu, saya juga jadi tahu kalo permen merk Station Rasa ada yang rasa cappucinno! Oke, saya tahu itu nggak terlalu penting, tapi on a more serious note, saya bicara soal kesempatan. Karena terkadang kesempatan mirip seperti Tusuk Jelangkung: datang tak diundang, pulang tak diantar. Apapun kesempatan itu, baik yang secara langsung disodorkan, atau bahkan yang lewat saja, jika bisa di-grab, kita nggak akan pernah menyesal. Dan percayalah, nggak ada yang suka dengan penyesalan.

Semoga setelah ini, saya dapat kesempatan untuk studi lanjut di luar negeri. ;)

Wednesday, 13 January 2009
12:03 pm
started in
salah satu tempat tak senonoh ;P

5 komentar ajah:

REYGHA's mum said...

Yuk nulis lagi rajin posting dong..aku nungguin tulisanmu lho..

Anonymous said...

*ketawa ngakak*

Balita jangan deket-deket HP. Hanya Tuhan yang tahu apa aja yang mereka pencet. Apalagi kalau mereka belum tahu apa arti kata "delete" dan "remove".

jc said...

@Reygha'sMum: iya nih, bu.. doain semoga bisa bagi waktu utk tulis2 di blog yahhh.. heheheh.. makasi banget udh ditungguin, jadi malu nehhh.. ;)

@Vicky: hush.. ngakaknya jangan banter2.. hehehe.. iya nih... itu bikin nyesel banget, tapi kalo dimarahin wong udh kejadian, lagian dia jg mana ngerti kan?

Surti said...

soal kembalian permen itu sempet bikin keki jg tuh jes waktu plg indo kemarin. Di sebelah rmh kan ada minimarket, tiap belanja disitu dikembaliin perman mulu, dah gitu bukan cuma 100-200 yg dijadiin permen, pernah 400 jg..sebel dong, akhirnya komplain dong *ratu komplain :D*, trus blg "besok2 kalo saya bayar pake permen blh gak?", eh di jawab boleh lho ama managernya hihih..lama2 dia gak enak ati jg tuh, pernah mestinya kembali 400 malah dibalikin 500, dah keseringan di kembaliin pake permen sih hihi

jc said...

Kakak Surti.. kalo ceritanya seperti itu namanya: MINI MARKETNYA KETERLALUANNN...!!! Bener tuh harus ditanyain, mau dibayar pake permen?? Gile ajaa... hehehehe