Thursday, March 20, 2014

"Ada! Ibu rumah tangga!"

Sejak subuh tadi perempuan itu sibuk. Menjerang air. Menyiapkan sarapan. Mencuci baju. Belanja sayuran di depan rumah. Supaya tiap makhluk hidup yang tinggal serumah dengannya dapat memulai hari dengan tenang. Tak berapa lama suaminya bangun. Seperti biasa, ritual yang dilakukan adalah mandi, ganti baju kemudian sarapan. Setelah membaca surat kabar sebentar, sang suami berangkat. Itu berarti tinggal makhluk hidup satu lagi dalam rumah itu yang belum memulai harinya.

Si perempuan membuka pintu kamar si makhluk hidup satunya, yaitu anak laki-lakinya – seorang mahasiswa – dengan hati-hati. Sebab ia tahu semalam anaknya tidur lewat jam dua belas karena mengerjakan tugas kuliah. Lewat pukul sembilan pagi, setelah ia merapikan kamar tidurnya, dan anaknya belum juga bangun, ia bangunkan anaknya pelan-pelan karena ia tahu pukul sepuluh anaknya harus mengikuti kelas wajib.

Sambil menggerutu sedikit, tanpa ganti baju si anak mengambil sarapan paginya, membawanya ke ruang tengah dan makan sambil nonton siaran pagi. Selesai sarapan, si perempuan, ibunya bilang air hangatnya sudah siap di kamar mandi untuknya. Pukul sepuluh kurang sedikit, si anak sudah sampai di kelasnya siap untuk mengikuti kuliah.

Di rumah, ibunya menyiapkan makan siang untuk ia sendiri lalu mulai menyeterika baju, menyapu dan mengepel lantai rumah. Menginjak sore, sang ibu akhirnya punya waktu sejenak untuk diri sendiri. Diseduhnya teh dan dibacanya novel yang minggu lalu ia beli. Tak lama, si suami pulang dan selesai lah waktu untuk diri sendiri pada hari itu. Ia kembali menyiapkan air hangat untuk mandi suaminya, lantas menyiapkan makan malam.

Si anak baru pulang ke rumah setelah makan malam – sambil mengomel kanan kiri tentang dosen yang menyebalkan, tugas yang sulit, teman kuliah yang cerewet dan juga pacar yang cemburuan. Didengarkannya curhatan si  anak dengan sabar sambil menemaninya makan malam. Perempuan itu mengerti bahwa malam itu akan dilewati lagi oleh anaknya hingga larut untuk mengerjakan tugas kuliah yang belum rampung.

Esoknya, rutinitas sang ibu tetap sama, namun anaknya bangun lebih pagi. Ia makan sarapannya dengan cepat dan buru-buru berangkat kuliah. Pagi itu, si anak ada janji kerja kelompok bersama teman-teman sekelasnya.

Di kampus, selesai kerja kelompok, mereka ngobrol ngalor ngidul – mengeluhkan pekerjaan apa yang akan dilakukan selepas lulus nanti. Ada yang bilang kalau ia pernah ditawari kerja di bank, tapi ngeri dengan targetnya yang berbunyi satu setengah em. Ada juga yang menyahut lebih ngeri lagi kalau dapat kerja yang waktunya shift-shift­an - kapan pacarannya coba? Lantas mereka berpikir: Memang ada pekerjaan yang gampang? Yang nggak pake target?

Si anak laki-laki tadi, sambil makan bekal yang disiapkan oleh ibunya, berucap dengan lantang: “Ada! Ibu rumah tangga!”

Sementara di rumahnya, sang ibu sedang memasak makanan kesukaan anaknya untuk makan malamnya nanti karena ia tahu anaknya baru melewati dua malam yang melelahkan.

Thursday, 20 March 2014
4:45 pm
   

3 komentar ajah:

Sri Riyati said...

Suka banget ama tulisanmu Jess! Gaya yang begini ini yang jarang aku baca di tulisan2 lain, nyenggol tapi nggak nginjek dan nempelnya halus gitu. Kita emang suka mengabaikan hal2 kecil, hal2 yang justru sebenernya penting, yang bikin dunia kita berputar. Hal2 ini cuman akan disadari kalau sudah hilang...sama seperti CD berkolor. Nggak kliatan, tapi kalo nggak ada...runyam!

~ jessie ~ said...

Ria: Ini hasil geregeten sama mahasiswa yang ngomong soal ibu rumah tangga itu pekerjaan paling gampang dan ngga ada target. >.<
How are you? :D

Grace Receiver said...

Hehe... Kira-kira yang bilang ibu rumah tangga itu pekerjaan paling gampang dan ngga ada target mingkem tidak ya setelah baca tulisanmu ini? :p